Kategori
Orangtua Siswa

Beratnya Beban Orangtua di Masa Pandemi.

 

Kehadiran Covid-19 cukup mengguncang para Orangtua. Bagaimana tidak, peran mereka sebagai teladan, pelatih, pendidik bahkan pengobat (terapis) telah meningkat intensitasnya, karena anak 100% harus berada di rumah, dimana sebelum Pandemi, sekitar 5-8 jam anak berada di sekolah, 1-3 jam mengikuti kegiatan lain atau jika ditotal 60%-80% anak bersama keluarga, sehingga Orangtua bisa melakukan aktivitas lain saat itu tanpa harus mengkwatirkan keberadaan anak.

Polemik ini cukup menyita perhatian, karena orangtua harus memastikan anak selalu berada di rumah.

Membuat anak betah di rumah tidaklah mudah, kebiasaan mereka sebelum Pandemi yaitu lebih sering bersosialisasi secara langsung dengan orang lain, melakukan aktivitas rutin pada jam-jam tertentu, bahkan berkumpul di luar rumah bersama teman sebaya membuat para Orangtua kewalahan untuk memberikan pengertian kepada anak mereka.

Disini kemampuan para Orangtua diuji. Orang tua dituntut kreatif dan inovative untuk menyiapkan suasana yang selalu nyaman bagi anak mereka walau mungkin kondisi tidak memungkinkan.

Tanggung jawab orangtua untuk mencukupi keperluan anak sangatlah penting, memutar otak untuk tetap menghasilkan uang walau hanya dalam beberapa jam setiap harinya merupakan sebuah keharusan.

Diperlukan beberapa strategi untuk mengatasi hal ini, dan berikut beberapa cara agar anak betah di rumah tanpa merasa terbebani oleh Pandemi:

  1. Mengenal Karakter Anak. Keluarga adalah tempat paling utama membentuk karakter anak, hal ini juga didukung oleh Ni Wayan Suarmini dalam penelitiannya yang berjudul “Keluarga sebagai wahana pertama dan utama pendidikan karakter anak”. Beliau menjelaskan bahwa orangtua adalah model bagi tumbuh kembang anak dalam keluarga dan masyarakat dengan mengetahui karakter anak. Beberapa karakter anak adalah percaya diri, jujur, bertanggung jawab, sopan, sombong, suka menolong dan masih banyak lagi. Dengan mengetahui karakter anak, orangtua harus mampu menyesuaikan diri agar anak betah di rumah.
  2. Menyiapkan Menu Kesukaan Anak. Dimasa Pandemi, penghasilan Orangtua bisa saja menurun drastis. Hal ini terjadi karena pembatasan wilayah, pembatasan waktu beraktivitas bahkan kekwatiran orangtua akan tertular virus Covid-19 yang membuat ruang gerak menjadi sempit. Namun apapun itu, orangtua sebaiknya lebih sering menyiapkan menu kesukaan anak serta menambahkan variasi baru walau menu sederhana, namun aman bagi anak untuk dikonsumsi. Sebagai contoh, anak senang makan sayur bening yang mungkin sebelumnya bahannya hanya sayur bayam, bawang merah dan jamur bubuk, agar anak merasakan suasana berbeda alangkah baiknya ditambahkan dengan daun kemangi atau daun bawang. Hal sederhana tetapi mampu menarik hati anak.
  3. Dua/Tiga Kali Seminggu, Ajak Anak Untuk Bermain. Bermain adalah salah satu aktivitas yang menyenagkan bagi semua kalangan. Bermain tidak hanya menghilangkan stress, rasa jenuh,menyatukan perbedaan, tetapi juga dapat melatih tingkat kecerdasan anak dalam beberapa hal. Bermain bisa dilakukan secara online maupun offline. Bagi para Orangtua, bermain online mungkin rumit dan mahal oleh karena itu, alangkah baiknya memilih permainan yang ekonimis atau tradisional seperti Congklak, Petak Umpet untuk anak 1-3 tahun, kartu, tebak-tabakan atau bahkan permainan Engklek dan masih banyak lagi.
  4. Mengajar Anak Untuk Melakukan Sesuatu Yang Belum Pernah Dicoba. Ada masa dimana anak memiliki rasa ingin tau yang besar . Tidak ada salahnya anak diajarkan untuk melakukan hal baru, seperti membuat kue/puding, masak bersama makanan kesukaan mereka, menanam, berkebun, atau apapun yang dirasa penting untuk diketahui tanpa memaksakan kehendak kepada anak.
  5. Menonton Siaran TV kesukaan Anak. Berkumpul bersama keluarga setelah seharian melakukan aktivitas bisa menyenangkan juga bisa membosankan/menakutkan bagi anak. Tergantung Orangtua telah memberikan kesan apa kepada anak. Orangtua yang mau duduk menonton siaran TV atau menonton film kesukaan anak diselingi dengan candaan, akan membuat suasana hidup, sehingga anak akan merasa senang dan betah berada di rumah.
  6. Komunikasi. Menurut Gordon I. Zimmerman menjelaskan bahwa komunikasi berguna untuk menyelesaikan setiap tugas penting bagi kebutuhan kita, juga untuk memberi sandang pangan kepada diri sendiri dan memuaskan kepenasaran kita terhadap lingkungan serta untuk menikmati hidup. Segala sesuatu sebaiknya dikomunikasikan dengan anak, terlebih lagi dalam keadaan lockdown seperti sekarang, bisa saja membuat anak menjadi jenuh, bosan bahkan stress berada di rumah terus menerus. Hal demikian jika terjadi dapat menimbulkan rasa bersalah bagi Orangtua, jadi ada baiknya selalu memantau mood anak dengan menanyakan keadaan, perasaan yang mereka alami sepanjang hari sebelum tidur malam.

Sebenarnya banyak hal lain lagi yang bisa dilakukan para Orangtua, agar anak selalu berada di rumah tanpa ada beban yang begitu berarti.

Perubahan pola fikir untuk menghadapi perubahan ini sangat perlu. Orangtua harus menyadari jika perubahan akan selalu ada, baik dari anak, lingkungan, situasi bahkan zaman.

sekarang saja kita sudah 20% masuk zaman 5.0, apakah para Orangtua siap? ya. mau tidak mau harus siap. Perubahan selayaknya membuat siapapun tetap bertahan dengan cara beradaptasi terhadap perubahan, bukan terpuruk karena perubahan.

Tetap semangat hai para Orangtua hebat. Tuhan menyertai kita.

 

 

 

 

 
Kategori
Guru, Siswa dan Orangtua Siswa

Jenuh Merayakan Lebaran karena Social Distancing? Ayo Lakukan Hal Berikut.

Situasi hari raya Idul Fitri Abepura-Kotaraja Dalam, 24 Mei 2020

Merasa shock dengan berbagai perubahan tanpa ada persiapan sama sekali?. Yah, itulah yang dialami oleh semua umat manusia saat ini.

Hadirnya virus yang telah merenggut ribuan nyawa manusia ini, menimbulkan kerugian di berbagai sektor. Hal ini begitu terasa, salah satunya di sektor pendidikan. Para Dosen, Guru, Mahasiswa dan Siswa (i) diwajibkan mengajar dan belajar dari rumah.

Peraturan ini begitu terasa bagi semua kalangan, ditambah lagi kebijakan ini terus diperpanjang hingga waktu yang tidak ditentukan.

Teaching and learning from home sudah berlangsung selama hampir tiga bulan lamanya sehingga banyak kegiatan/ritual rutin yang sering dilakukan pada waktu-waktu tertentu, kini tinggal cerita yang mengisahkan pilu.

Hari ini, umat muslim sedang merayakan hari kemenangan. Merayakannya dengan orang-orang yang dikasihi pastilah sangat ditunggu setelah satu bulan lamanya berpuasa melawan hawa nafsu. Suasana haru dan bahagia bercampur aduk menjadi satu dikala duduk di meja makan bersama keluarga, teman atau bahkan dengan para tetangga.

Keadaan telah berubah total hampir seratus persen dengan munculnya Covid-19. Ritual yang sering dilakukan di hari kemenangan kini berbeda. Hal ini dikarenakan stay safe adalah hal yang paling dinomorsatukan oleh semua orang, sehingga suasana lebaran kali ini tidak begitu berkesan lagi seperti tahun-tahun sebelumnya.

Perlu disadari bahwa tidak selamanya perubahan menyebabkan duka mendalam bagi siapapun, justru perubahan bisa saja memberikan hal baru yang mengesankan tergantung bagaimana cara setiap orang menghadapinya. Harus ada kemauan untuk menentukan dan menyesuaikan keadaan, begitupun saat lebaran tiba.

Berikut tips agar tidak jenuh merayakan lebaran walau sedang social distancing:

  1. Tetap menjalankan Solat Ied walau hanya di rumah saja namun dilakukan dengan rasa syukur.
  2. Tetap menghidangkan beberapa menu kesukaan.
  3. Melakukan Video call untuk menyapa keluarga dan teman secara personal atau meet.
  4. Bersilaturahmi antar tetangga di rumah masing-masing
  5. Berkaraoke/bernyanyi di depan rumah masing-masing sambil bergurau.

 

 

Kategori
Siswa

6 Alasan Mengapa Siswa Harus Tetap Giat Belajar Di Masa Pandemi.

Sumber Gambar : Pixabay.com

Dunia sedang dikagetkan dengan munculnya Virus Covid-19 yang membuat segala sesuatu berubah total, baik bagi para pekerja/guru, para orang tua dan para siswa (i).

Hadirnya sebuah wabah yang telah merubah banyak hal, seperti kebiasaan rutin manusia yang mempengaruhi tatanan kehidupan.

Virus ini tidak mengenal siapapun, sehingga merubah paradigma manusia untuk berfikir maju agar tetap hidup sambil menjaga diri agar tidak tertular dari virus tersebut.

Bagi para siswa yang sudah belajar dari rumah selama dua bulan lebih, tidak menutup kemungkinan bagi mereka untuk lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain, menonton TV, mendengarkan musik atau mengutak atik  telphone seluler dengan membuka berbagai akun di media sosial, sehingga belajar dari rumah hanya sekitar 20% saja dari semua kegiatan yang mereka lakukan.

Hal ini tidaklah sehat karena dapat membuat siswa mereset ulang kebiasaan belajar sebelum Pandemik yang tidak menutup kemungkinan hal ini bisa membuat mereka tidak kompetitif.

Jika kebiasaan ini tidak cepat ditanggulangi, maka siswa (i) akan kehilangan jati diri sebagai pembelajar sejati, sehingga lost learning bisa saja terjadi.

Agar hal ini tidak terjadi, diharapkan agar siswa (i) tetap memiliki semangat belajar, dan berikut ada enam alasan mengapa siswa harus tetap giat belajar di masa Pandemic.

  1. Menjadi pusing dan malas berfikir

Peneliti membuktikan jika otak yang jarang digunakan untuk berfikir akan membuat  manusia malas untuk bekerja, malas belajar, malas mengerjakan tugas bahkan bagi siswa jika dihadapkan dengan jenis soal  HOTS (High Order Thingking Skill) akan membuat mereka  merasa pusing karena sudah tidak terbiasa mengerjakan soal yang rumit bahkan soal LOTS (Lower Order Thingking Skill)pun dianggap rumit.

2. Menjadi Pemalas

Setiap kemauan berawal dari kebiasaan. Hal ini sering dikaitkan dengan karakter yang dimiliki oleh setiap manusia. Membiasakan diri untuk melawan sifat malas akan menjadi rajin bahkan sukses, tetapi kebiasaan yang membiasakan diri malas akan menjadi pemalas yang bisa saja mengarahkan siswa  menjadi gagal dalam segala hal.

3. Tidak fokus akan masa depan

Bersekolah merupakan hal mutlak yang harus dilakukan oleh semua anak didunia ini, baik itu mengikuti sekolah resmi (SD-SMA/SMK hingga Perguruan Tinggi) maupun sekolah tidak resmi (Lembaga Kursus dll). Memang tidak ada jaminan bahwa jika tidak tamat  sekolah siswa akan sukses dan sebaliknya, tetapi dengan bersekolah siswa akan dibekali berbagai macam ilmu dari berbagai mata pelajaran dan pelajaran hidup dari setiap guru mata pelajaran.

4. Otak menjadi lemot atau menjadi  pikun

Selama masa Pandemic  sebaiknya para siswa terus mengasa otak, baik itu bermain catur, teka-teki, mengerjakan soal matematika, membaca bahkan mengerjakan semua tugas dari guru-guru  agar otak terbiasa terus bekerja sehingga bisa setajam silet atau tidak mudah menjadi  pelupa.

5. Remedial

Siswa yang tidak perduli dengan tanggung jawab belajar dan tidak mengumpulkan tugas selama masa Pandemik akan dihadapkan dengan berbagai kesulitan yang diantaranya adalah remedial (Perbaikan). Bisa dibayangkan jika selama dua bulan lebih belajar dari rumah dan belum mengumpulkan tugas sama sekali, maka siswa tersebut  akan sangat kesulitan mendapatkan nilai karena setiap guru mata pelajaran telah memberikan sekurang-kurangnya dua tugas materi berbeda.

6. Tidak  naik kelas

Sekolah tidak menentukan masa depan siswa, tetapi dari bersekolah siswa bisa memiliki pemikiran bersaing secara kompetitif. Dengan membiasakan diri berhenti belajar selama Pandemik akan membuat siswa tidak naik kelas dan harus mengulang di tahun berikunya. Hal ini sangatlah sia-sia karena sebenarnya belajar tidak harus di sekolah, tetapi juga di rumah. Ada banyak media belajar untuk bisa tetap berkomunikasi dengan guru mata pelajaran seperti Google classroom, Zoom bahkan untuk mengumpulkan tugas bisa difoto di buku catatan dan dikirim melalui aplikasi Whatsapp, messanger dan lain-lain.