Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) semester ganjil 2020 sudah dimulai sejak 13 Agustus 2020. Penyesuaian belajar dari rumah masih berlanjut, keadaannya dinilai rumit, tetapi situasi yang mengharuskan seperti ini, sehingga menimbulkan beberapa masalah yang masih membutukan waktu untuk menjawabnya.
Masalah yang muncul tidak hanya berasal dari Orangtua siswa (i), tetapi juga dari Guru dan siswa. Masalah yang muncul beragam, ada yang mudah, ada yang sedang dan ada yang paling susah, dimana, penyelesaiannya membutuhkan tenaga, atau bahkan urat leher yang besar. Hehehe
Serius ….
Masalah yang sangat serius terkadang mudah diselesaikan, namun tidak sedikit masalah yang sering dianggap enteng, ternyata rumit untuk menentukan kebijakannya. Ops…atau saya saja yang tidak tau yah. Hehehe
Ini tentang beberapa siswa (i) yang mengaku tidak memiliki fasilitas berupa pulsa data. Kening saya berkerut mendengar hal ini dari mereka, masalahnya kadang terlihat online, namun untuk belajar mengaku mengalami sedikit kendala.
Tapi, memang tidak sedikit siswa (i) yang tidak memiliki fasilitas, terkadang untuk berusaha mengumpulkan tugas, mereka harus meminjam smartphone tetangga atau bahkan orang lain, untuk melihat materi dan tugas yang diberikan Guru, serta memfoto hasil pekerjaan mereka dan mengirimnya kepada Guru.
Yang menjadi perdebatan adalah beberapa siswa mengatakan “mam, kitong kerja tugas begini saja, yang penting ada, kitong juga jaga imunitas tubuh ini, tidak boleh terlalu capek, karena banyak tugas lagi dari pelajaran lain”.
Kalimat yang saya garis merah bawahi adalah “yang penting ada” dengan kata lain yang asal keja tugas, selesai. Stop. Please. Jangan jadikan korona sebagai alasan untuk bermalas-malas atau bermanja ria yang akan membuat siswa (i) menjadi lulusan PEMALAS.
Semua orang merasakan Pandemi ini, tetapi jika tidak dilawan dengan tetap belajar dan berusaha, maka bukan keamanan yang didapat, tetapi penumpukan masalah yang terjadi.
Berusaha tetap belajar, berfikir pada saat Pandemi adalah cara yang tepat, karena waktu kebanyakan dihabiskan di rumah. Tidak mungkin otak diikutkan istrahat sepanjang hari hanya karena takut Korona?.
Saya berfikir, mungkin Orangtua kurang mengarahkan atau mengontrol anak-anak, agar supaya menghemat kuota atau mengingatkan smartphone hanya digunakan untuk belajar dan keperluan crusial lainnya. Sebaiknya ada sedikit pendekatan dari Orangtua siswa (i) untuk menghandel penggunaan smartphone atau meminta tugas secara langsung bagi siswa (i) yang tidak memiliki fasilitas.
Tidak lupa, kesadaran dari siswa (i) juga dibutuhkan, agar tetap belajar dari rumah atau mencari referensi ilmu dari berbagai sumber. Untuk itu, tetaplah semangat belajar. Jangan mudah menyerah dalam keadaan apapun, karena hidup penuh perjuangan.
Baca juga :
This post was published on %s = human-readable time difference 6:44 pm
Salam Guru Hebat Indonesia. Pada kesempatan ini, saya akan menulis mengenai Jurnal Refleksi Dwi Mingguan…
Salam dan bahagia bagi kita semua. Kembali lagi saya menuliskan tugas saya koneksi antar materi…
Membuat keputusan, seorang pendidik harus mengutamakan kepentingan siswa berdasarkan nilai-nilai kebajikan. Keputusan yang diambil mencerminkan…
Salam hangat bagi kita semuanya. Kali ini, saya akan menampilkan hasil wawancara saya dan hasil…
Salam Bahagia bagi kita semua. Saya Delyana Tonapa, Calon Guru Penggerak Angkatan 11 Kota Jayapura.…
Tak terasa, saya dan CGP angkatan 11 telah sampai pada modul 2.3 Coaching untuk…