Kategori
Guru, Siswa dan Orangtua Siswa

Memanfatkan Blog Sebagai Media Refleksi Diri Siswa

Flyer KBMN 28 pertemuan ke – 29, Jam 19.00 – 21.00 WIT

Tak terasa KBMN angkatan 28 kali ini adalah pertemuan ke-29, yang artinya tinggal selangakh lagi pertemuan ini akan selesai.

Hal ini menyedihkan, karena sebenarnya masih banyak yang harus saya pelajari dari para pakar hebat dan baik hati, dimana  mereka rela berbagi ilmu tentang menulis secara gratis.

Pertemuan ini bertema Blog Sebagai Media Dokumentasi Refleksi Diri Siswa yang di pandu oleh ibu Gina Dwi Septiani, S.Pd, M.Pd dan materi dibawakan oleh salah satu  narasumber hebat, yaitu bpk Bambang Purwanto, S.Kom., Gr. atau lebih dikenal dengan sapaan Mr. Bams.

Narasumber berbagi kepada para kami para peserta tentang bagaimana memanfaatkan Blog sebagai Media Dokumentasi Refleksi Diri Siswa. 
Menurut Mr. Bams memiliki web/blog adalah salah satu cara :
  • Menunjukkan identitas digital (nasionalisme) dengan DOT ID (Indonesia) (dot id (.id))
  • Menunjukkan sebagai guru yang beradaptasi dengan era digital,
  • Dibiayai oleh sertifikasi, sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada negara bahwa dana digunakan untuk mendukung kegiatan penujang guru,
  • Tempat menyimpan atau menyalurkan hobi menulis apa pun
Selain itu, beliau juga mengatakan bahwa blog dapat dimanfaatkan untuk mendokumentasikan tugas dan refleksi atas materi yang diberikan kepada siswa.
Peserta didik diberikan ruang untuk menuliskan pengalamannya di blog yang kita kelola. Mereka diberikan kesempatan menuliskan pengalaman, perasaannya setelah mengikuti kegiatan belajarnya.
Setelah membaca tulisan dari peserta didik, kita sebagai Guru akan mendapatkan beberapa hal yang bisa kita ketahui dari hasil tulisan kita tentang :
  • Materi yang dipelajaroi,
  • Apa saja aktivitas yang dilakukan,
  • Persaan yang dirasakan oleh siswa,
  • Karakter  spiritual untuk mengingat Tuhan YME.
Meminta siswa menuliskan refleksi diri setiap akhir pembelajaran per tiap pertemuan sangatlah penting. hal ini dapat menjadi ukuran dan masukkan bagi guru untuk melihat sejauh mana kemampuan guru dalam mengelabortasikan materi. 
Terkadang ada saja siswa yang merasa tidak puas dengan materi yang telah diajarkan guru, namun menerima dan menjadikan acuan tiap siswa bisa digunakan kapan saja.
mereka diminta untuk mengisi form yang sudah dibuatkan.
Contoh pertanyaan yang harus dijawab siswa adalah:
  • Setelah mendapatkan materi hari ini, apa yang kamu ketahui.
  • Tuliskan dalam bentuk paragraf,  apa yang dipelajari hari ini.
  • Apa yang kamu belum pahami dari materi hari ini.
  • Bagaimana perasaan kamu saat belajar bersama ma’am,  Adakah masukan?, Jika ada, jelaskan!

Untuk membuat blog menjadi media pembelajaran sekaligus tempat refleksi bagi siswa tidaklah sulit. Ada banyak tutorial yang bisa digunakan untuk mendisainnya.

Kategori
Guru, Siswa dan Orangtua Siswa

Perhatikan Ini Jika Ingin Menjadi Penulis Mayor

Flyer KBMN 28 pertemuan ke 28, jam 19.00-21.00 WIB.

Pertemuan ke 26 ini cukup berbeda, masalahnya pertemuan ini membahas tentang salah satu level tertinggi seorang penulis.

Narasumber kali ini cukup mempuni, hal ini didukung dengan sepak terjangnya di dunia penulisan dan penerbit mayor yang tak pernah diragukan oleh siapapun.

Beliau adalah Bpk Joko Irawan. Beliau adalah direktur penerbitan dari Penerbit Andi Yogyakarta, tak hanya itu, beliau tercatat sebagai anggota dewan pertimbangan IKAPI DIY dan penulis buku bersertifikat BNSP dan Asesor BNSP.

Pertemuan ini, dipandu oleh ibu Raliyanti yang tak lain adalah seorang penulis beken.

Dengan tema Menjadi Penulis Buku Mayor, Pak Joko memulai memberikan materi dengan memberikan mengingatkan peserta bahwa menjadi penulis Mayor tidaklah mudah dan tidak mungkin diraih dalam waktu singkat.

Dua dari sekian syarat menjadi penulis Mayor adalah harus memiliki judul terbitan buku dengan jumlah puluhan ribu dan tiap tahun harus menerbitkan ratusan judul secara konsisten.

Menurut narasumber, penerbit adalah industri kreatif yang didalamnya ada kolaborasi oleh insan kreatif, seperti penulis, editor, layouter, ilustrator dan desain grafis.

Ada dua jenis buku :

  1. Buku Teks. Contoh buku ini seperti buku sekolah (buku pelajaran), buku kampus (buku Perti atau Perguruan Tinggi). Buku Perti dibagi dua, yaitu buku Eksak dan Non Eksak.
  2. Buku Non Teks. Contoh seperti buku populer. Buku Non teks dibagi dua, yaitu buku fiksi dan non fiksi

Narasumber juga mengingatkan bahwa dalam industri penerbitan memiliki kendala atau penghambat, yaitu

  • Minat Baca. Tak bisa dipungkiri bahwa minat baca orag Indonesia tidak sama dengan negara lain, kurangnya budaya membaca, kurangnya bahan bacaan menarik dan kurangnya kwalitas bacaan menjadi kendala, namun tentunya hal seperti ini bukan penghalang bagi siapapun untuk menulis.
  • Minat Tulis. Hal ini sama dengan niat baca, dimana masyarakat Indonesia lebih cenderung menonton daripada membaca dan menulis.
  • Apresiasi Hal Cipta. Pembajakan, duplikasi Non legal dan perangkat hukum tentang pelanggaran hak cipta membuat karya tulis seseorang menjadi tak begitu dihargai.

Untuk itu, pak Joko menjelaskan untuk memilih penerbit yang baik, salah satu ciri penerbit yang baik adalah memiliki visi dan misi yang jelas. 

Adapun penerbit yang patut diwaspadai oleh penulis, seperti :

  • Hanya bertindak sebagai broker naskah
  • Alamat kantor tidak jelas
  • Tidak memiliki dokumen perjanjian
  • Laporan keuangan tidak jelas, dan lain-lain.

Adapun keuntungan yang diperoleh penulis, yaitu:

  • Peningkatan Financial. Dengan menulis, penulis bisa mendapatkan royalti dari hasil karya juga bisa mendapatkan diskon pembelian langsung dan bisa menjadi pembicara pada sebuah seminar. 
  • Peningkatan Karir. Adanya kebutuhan peningkatan status jabatan dan peluang karir di institusi atau perusahaan. 
  • Kebutuhan Batin. Buku sebagai karya monumental yang akan dikenang sampai kapanpun oleh penulis dan pembaca
  • Reputasi. Semua orang tau bahwa buku adalh hasil karya penulis yang terpublikasi dan akan meningkatkan reputasi penulisnya. 

Naskah seperti apa yang populer? Menurut narasumber terdapat 4 kategori, yaitu:

  • Tema tak populer, namun penulis populer, 
  • Tema populer, penulis populer, 
  • Tema tak populer, penulis tak populer, 
  • Tema populer, penulis tak populer. 

Maksudnyaa adalah seorang penulis seyogiyanya memilih tema yang sedang dibutuhkan oleh pasar. 

Pemilihan tema lama tentu akan ditolak oleh penerbit, namun bagi saya, jika ada tulisan dengan tema lama cukup dipost di blog saja, namun jika penulis sekiranya merasa tema tersebut bagus dan sedang dicari bnyak orang, ajukanlah ke penerbit. 

Jangan lupa selalu konsisten dalam menulis sehingga bisa menjadi penulis Mayor. 

Salam Literasi

Kategori
Guru, Siswa dan Orangtua Siswa

Membungkus Buku Solo Di Penerbit Indie

flyer KBMN 28 pertemuan ke 23, jam 19.00-21.00

Tak terasa, KBMN angkatan 28 telah memasuki pertemuan ke 23, sisa 7 kali pertemuan lagi atau 7 resume lagi, pertemuan dan tugas selesai.

Ada rasa sedih, namun sang founder Omjay pasti akan atur rencana lagi, agar para peserta tetap meng-update ilmu.

Narasumber kali ini adalah bpk Raimundus Brian Prasetyawan, S.Pd dan moderator adalah ibu Nur Dwi Yanti, S.Pd, dengan tema Menerbitkan Buku Semakin Mudah Di Penerbit Indie.

Pertemuan ini ditujukan bagi peserta yang hendak meluncurkan buku solo. Moderator menjelaskan jika peserta mengalami kendala tentang pemilihan penerbit yang profesional, dapat berkonsultasi, namun moderator juga sudah memberikan saran agar memilih penerbit Indie, karena kerjanya yang sudah terbukti.

Menerbitkan buku di penerbit indie atau independen dapat menjadi pilihan yang menarik jika para sahabat ingin mengontrol proses penerbitan dan distribusi buku secara mandiri..

Alasannya karena banyak kemudahan bagi penulis, jika melalui penerbit mayor tentu saja harus siap menanti dengan kriteria tersebut, sehingga buku dapat diterima dan masuk kualifikasi di penerbit mayor.

Jika penulis memilih penerbit indie, penulis dapat mengajukan secara individu atau kelompok dan mengontrol distribusi sesuai keinginan, namun tetap mempersiapkan draft buku sebelum mengajukannya.

Kelebihan Penerbit Indie:

  • Tidak ada seleksi naskah.
  • Proses terbit cepat (1-3 bulan).
  • Biaya penerbitan bervariasi tergantung ketentuan dan fasilitas penerbitan.
  • Biaya cetak ulang dan ongkir ditanggung penulis.
  • Penulis menentukan sendiri harga bukunya.
  • Tidak memasarkan buku ke toko buku.
  • Penulis yang harus memasarkan sendiri bukunya jika ingin bukunya laris.

Adapun kentuan penerbit Indie, yaitu:

  • Biaya penerbitan
  • Fasilitas penerbitan yang di dapat penulis
  • Batas maksimal jumlah halaman
  • Ketentuan dan Biaya cetak ulang
  • Apakah dapat Master PDF
  • Jumlah buku yang didapat penulis.

Hal seperti ini tidak hanya ada pada satu penerbit, namun semua penerbit, tetapi tentunya penerbit Indie tetap memiliki kelebihan yang dapat menguntungkan penulis.

 

Kategori
Guru, Siswa dan Orangtua Siswa

Ketentuan Mengirim Tulisan Ke Majalah Suara Guru

Flyer KBMN 28, pertemuan ke 22, Jam 19.00-21.00

Pertemuan KBMN malam ini dibawakan oleh bpk  Sim Xhung Wei, S.P dan narasumber adalah bpk Catur Nurrohman Oktavian, M.Pd, dengan tema Mengirim Tulisan Ke Majalah Suara Guru.

Narasumber menjelaskan bahwa Majalah suara guru adalah suatu majalah organisasi yang diterbitkan oleh Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI) sejak tahun 1949,yaitu sudah hampir 74 tahun. Majalah ini rutin diterbitkan, hingga kini terbit setiap 2 bulan sekali dengan kantor redaksi berada di Jalan Tanah Abang III No. 24 Jakarta Pusat.

Tulisan – tulisan yang  dimuat hendaknya memenuhi ketentuan – ketentuan sebagai berikut :

  • Tulisan harus asli dan bukan plagiat.
  • Tidak boleh menyinggung SARA.
  • Aktual dan terkini
  • Ringan dan enak dibaca dengan menggunakan bahasa populer.
  • Time new roman 12, spasi 1,5 dan max 700 kata, diluar opini 400-500 kata

Ada beberapa rubrik menarik pada Majalah Suara Guru, harus memenuhi syarat dan beberapa  diantara adalah:

  1. Rubrik Utama berisi tentang kebijakan-kebijakan terhadap guru;
  2. Rubrik Opini berisi komentar-komentar guru tentang Pendidikan atau pun hal lain yang berkaitan dengan pendidikan;
  3. Rubrik Sastra, berisi tentang puisi, cerpen, pantun, dan lainnya yang berhubungan dengan sastra;
  4. Rubrik Destinasi, berisi tentang perjalanan guru, kuliner, tempat wisata dan lain-lain;
  5. Rubrik Sejarah, berisi tentang sejarah-sejarah nasional;
  6. Rubrik Inspiratif, berisi pengalaman guru dalam mengajar dengan menggunakan metode-metode pembelajaran yang dikemas dalam cerita berbentuk Naratif maupun Deskriptif. Metode tersebut menginspirasi guru di nusantara untuk melakukan metode atau mencoba metode baru dengan menggabungkan metode yang sudah ada;
  7. Rubrik sekolah berisi tentang informasi sekolah-sekolah, kegiatan di sekolah seperti kegiatan P5 dan lain-lain;
  8. Rubrik Kampus, berisi tentang informasi perguruan tinggi, kegiatan di kampus dan lain-lain;
  9. Rubrik Percik dan Oase Rubrik, berisi motivasi dan Mutiara kehidupan.

Tak lupa, jika ingin menulis artikel di Majalah Guru, penulis harus :

  1. Menyebutkan identitas dan foto
  2. Tulisan sesuai dengan rubrik yang disediakan (opini, resensi, sastra, destinasi, dll)
  3. Diutamakan bidang pendidikan
  4. Mengangkat isu aktual
  5. Tulisan dikirimkan via email ke alamat: majalah.suaraguru@gmail.com
Kategori
Guru, Siswa dan Orangtua Siswa

Mengenal Beberapa Ciri Orang Hebat

Sumber Gambar : pixabay.com

Hari ini, saya mengikuti tiga pelatihan/kursus yang diadakan secara online. 

Pertama, kursus bahasa Mandarin yang sudah saya ikuti selama setahun lebih, kedua, Webinar mengenal orang dan yang terakhir, kegiatan KBMN.

Yang ingin saya bagikan adalah bagaimana mengenal orang hebat. Sebenarnya, banyak cara mengenal orang hebat, karena menilai orang hebat dan sukses tentu berbeda.

Kali ini, saya ingin berbagi bahwa menurut pemateri tadi, ciri orang hebat dapat dilihat dengan menilai apakah orang tersebut produktif dan percaya diri.

Selama ini yang sering saya baca, salah satu ciri orang hebat adalah dari keberanian seseorang karena percaya diri.

Saya sedikit terkejut bahwa orang yang produktif juga adalah ciri orang hebat. 

Seharusnya, dari dulu saya sudah menyadari hal ini, namun mungkin saya belum begitu faham akan situasi yang sebenarnya.

Zaman sekarang, tak produktif menghasilkan karya, dalam hal ini sesuatu yang tentunya bisa menghasilkan rezeki tentu akan kurang .

Tak sedikit orang berlomba-lomba belajar dan berfikir untuk bisa menghasilkan sesuatu yang bisa dimiliki sebagai pegangan hidup.

Kategori
Guru, Siswa dan Orangtua Siswa

Sudah Menjadi Siswa SMK, Tapi Koq Begitu Nulisnya?

Ada saja proses yang terus membuat guru merasa perlu mempelajari sesuatu yang dianggap tak terlalu  perlu diulangi.

Hal yang paling sederhana yang terkadang membuat guru SMK menjadi gondokkan adalah ketika cara menulis siswa tidak sesuai aturan penulisan yang baik dan benar.

Entah karena alasan apa, siswa senang dengan cara menulis yang terlihat alai.

Sebagai contoh, mereka sering menggunakan huruf besar di sembarang tempat, dengan alasan supaya terlihat keren.

Pengalaman saya mendapati siswa seperti ini membuat saya bertanya tentang kebiasaan mereka menulis saat masih duduk di bangku Sekolah Menengah.

Mengabungkan huruf besar dan huruf kecil dalam satu kata agar menurut mereka terlihat keren, bukanlah hal yang harus dianggap biasa.

Sebagai bukti, siswa yang saya ajar untuk merubah hal ini terasa sulit bagi mereka.

Hal ini terjadi, karena sudah menjadi kebiasaan yang susah untuk mereka ubah.

Saya harap ke depan, semua guru di semua jenjang fokus untuk akan hal kecil seperti ini.

Kategori
Ceritaku Guru, Siswa dan Orangtua Siswa

Kerja Keras Dan Keberanian Tak Membohongi Hasil.

Taukah anda!.

Cara berdagang, agar cepat dapat banyak cuan saat ini apa?

Para buk ibuk pasti sudah menjawab setelah membaca pertanyaan di atas.

Benar, cara termudah dapat cuan saat ini bagi pedagang lama maupun pedagang baru adalah berbisnis jual jasa, jasa titip (Jastip).

Berawal sejak awal Covid 19 memporak-porandakan perekonomian dunia, membuat para pedagang yang kreatif tak tinggal diam untuk terus berinovasi.

Ada yang membuat aneka jajanan dan menjualnya secara online, ada yang membuat tas unik dari bahan yang muda di dapatkan yang juga dijual secara online.

Setelah Covid 19 mulai bisa bersahabat dengan manusia, akhirnya penjualan secara online dan offline kembali memeriangkan dunia perdagangan.

Malah, cara mengais rezeki dibidang ini semakin maju dengan cara menawarkan jasa titip.

Jika saya perhatikan, modalnya hanya satu, yaitu  B E R A N I. Mengapa saya katakan demikian?

  1. Berani Berkunjung Ke Negara Orang, Walau Hanya Beberapa Waktu.
  2. Berani Mempertaruhkan Nama Baik.
  3. Berani Beradaptasi Dengan Orang Baru.

Usaha ini tidak hanya diminati orang yang telah lama bergelut tentang perdagangan, tetapi tak jarang anak yang baru lulus sekolah sudah ada yang serius mengeluti pekerjaan ini.

Saya juga melihat, dengan bermodalkan akun media sosial, lalu memperomosikannya secara konsisten, maka orang lain bisa mengetahui profesi ini dan segera bergabung.

Ada seorang siswa yang pernah saya ajar saat saya masih di kampung dulu. Dia bercerita bahwa saat ini dia mengeluti bisnis ini dan negara yang paling sering dia kunjungi untuk mendukung aktivitas barunya ini adalah Bangkok.

Yap, Barang dagang dari bangkok khusu di dunia fashion, seperti baju, sepatu, topi  dan asesories lainnya sangat banyak di sana, termasuk bahan dan modelnya yang selalu ter-up to date atau terbaru.

Tak perlu menanyakan harga, karena rata-rata barang bangkok murah. Hal ini yang digunakan oleh siswa tersebut bersama para jastiber untuk menaikkan harga sebagai pengganti uang tiket dan penginapan  selama di sana.

Cara memesan barang juga sangat ketat, agar tidak dikacangin oleh para Pemberi Harapan Palsu (PHP) yaitu setiap pembelian di atas satu pieces, customer harus deposito dulu kepada owner berdasarkan nomor rekening yang sudah diberikan.

Jika customer mengalami penipuan atau salah transfer uang, maka hal tersebut bukan tanggung jawab pemilik usaha.

Bisnis ini sangat menjanjikan, bukan?

Namun, anak yang pernah saya didik tersebut mengatakan dengan sadar bahwa dia harus pintar-pintar simpan modal banyak, walau sekarang sudah banyak keuntungan, pasalnnya, perekonomian setelah masa transisi menjadi flaktuatif atau naik turun.

Dengan bangga saya merasa anak ini keren. Dia bisa tau kapan menyediakan payung sebelum hujan.

Saya juga bertanya tentang daerah atau objek wisata apa saja yang sudah dia kunjungi di Bangkok, dan jawabannya membaut saya sedikit terdiam.

Dia berkata kalau daerah pusat perbelanjaan sudah semua dia kunjungi, tapi untuk bersenang-senang, seperti pergi mengunjungi  objek menarik belum sama sekali, masih fokus kumpulkan cuan (uang) banyak.

Sepertinya, dia sangat menikmati pekerjaan yang dia gumuli saat ini dengan keuntungan cuan yang tak main-main.

Dia bercerita bahwa tingkat kriminalitas di sana minim, bahkan jika pelanggan ketinggalan barang atau handphone, tak akan ada satupun orang di sana mengambilnya. Mereka akan membiarkan barang tersebut tetap berada di tempatnya, hingga pemiliknya datang atau pihak penggelola yang datang mengambilnya.

Hebat bukan?.

Jika dunia industri dan kehidupan sosial orang Indonesia juga demikian, maka Indonesia akan sama dengan Bangkok.

Caranya bagaimana? tentu Pemerintah harus membenahi banyak hal dan di dukung oleh masyarakat itu sendiri.

Dan, belajar dari anak muda yang berani dan selalu ingin bekerja keras  walau prosesnya tak mudah.

Kategori
Guru, Siswa dan Orangtua Siswa

Apakah Benar Bahwa Adab Lebih Penting Dari Pada Ilmu?

Sumber Gambar : pixabay.com

“Dasar anak tidak tau adab!”

“Belajar adab kamu, supaya tau menghargai orang!”

Berbicara tentang adab berarti berbicara tentang sikap, prilaku seseorang akan suatu.

Adab merupakan implementasi prilaku sopan, ramah dan lembut budi pekerti atau adab erat kaitannya dengan akhlak atau perilaku terpuji.

Mari kita mengingat kembali ajaran kakek/nenek kita zaman dulu.

Rata-rata diantara mereka tidak bersekolah seperti kita di zaman sekarang, kalaupun bersekolah, ilmu yang mereka dapatkan tidak seperti saat ini.

Kita ambil positifnya saja, bahwa ilmu yang ada saat itu, cocok digunakan saat itu, dan sebaliknya saat ini.

Yang ingin saya perjelas adalah mereka juga mendapatkan pendidikan, baik formal dan non formal, namun sikap dan perilaku mereka tidak seperti kita saat ini.

Mungkin ada yang akan berkata “zaman dulu, teknologi belum seperti saat ini, jadi kemungkinan orang-orang di zaman itu tidak mudah terkontaminasi dengan perkembangan”.

Tepat sekali, dan karena itu pula sikap sopan, ramah tetap melekat pada diri mereka, walau ilmunya tak seperti mayoritas kita saat ini.

Apakah Adab Penting?

Jika bertanya, apakah adab lebih penting dari pada ilmu, saya katakan kedua-duanya penting, saya tidak akan memilih salah satunya, karena di zaman saat ini, adab tanpa ilmu biasanya tak dihargai.

Mari kita melihat orang di sekitar kita. Tak sedikit orang baik, tak sedikit orang sopan tak begitu dihargai, karena dianggap kurang pandai, kurang berpendidikan.

Sebaliknya, orang yang memiliki latar belakang pendidikan yang jelas bersikap tak pantas, seperti rakus, penjilat, meremehkan orang dan lain-lain.

Mari kita coba bayangkan jika orang berpendidikan  memiliki ilmu, serta memiliki sikap sopan, ramah dan lain-lain.

Orang berilmu sejatinya beradab, karen orang berilmu tau akibat jika tak memiliki adab.

Tak baik juga terlalu baik, karena biasanya dimanfaatkan oleh orang yang merasa kurang beruntung hingga melalukan hal yang tak layak.

Adab dan ilmu penting, namun mengimplementasikannya tak mudah bagi beberapa orang yang sudah mengalami kekecewaan akan ilmu dan adab.

Kategori
Guru, Siswa dan Orangtua Siswa

Mengapa Siswa SMK Harus Minder?

Sumber Gambar : pixabay.com

Hari ini, saya terketuk harus menulis, karena saya membaca sebuah artikel yang berjudul “siswa SMK tidak perlu minder.

Belum hilang diingatan kita tentang jumlah pengangguran di Indonesia.

Kepala BPS Margo Yuwono pada Cinbcindonesia pada tanggal 09 Mei 2022 menyebutkan dari jumlah pengangguran yang dimaksud oleh Badan Pusat Statistik (BPS)  yang mencatat jumlah pengangguran di Indonesia sebanyak 8,4 juta, pendidikannya yang paling banyak adalah lulusan SMK. Pengangguran lulusan SMK tercatat 10,38%.

Mengetahui hal ini tentu banyak pertanyaan yang muncul.

Bagaimana cara BPS mendapatkan hasil demikian?, apakah sudah sesuai sasaran atau tidak?, lalu apa langkah berikutnya?.

Sepengetahuan saya, cara sekolah mengetahui kemana saja lulusan atau almuni setelah lulus sekolah adalah dengan membagikan link tracer lulusan.

Caranya dengan memberikan link tersebut kepada guru-guru yang masih aktif, khususnya wali kelas, lalu membagikannya kepada siswa anak wali.

Kendala yang saya temui pada saat membagikan link tracer study adalah:

  • Tak jarang siswa yang sudah lulus menganti nomor kontak mereka, sehingga untuk membagikan link tersebut untuk diisi sangat sulit,
  • Ada saja siswa merasa malu jika memberitahukan pekerjaannya setelah lulus. Pengalaman terakhir, anak wali saya menginformasikan bahwa temannya enggan mengisi link alasannya, karena saat ini dia belum mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya, sehingga dia memutuskan untuk jualan Lalapan. Ada juga yang sedang kuliah sambil memelihara ternak untuk membiayai dirinya.

Lulusan SMK yang tercatat mendapatkan pekerjaan sesuai kejuruan mereka sewaktu sekolah sangat minim.

Hal ini terjadi, karena ilmu yang mereka dapatkan masih sangat minim, sehingga mereka memilih untuk melanjutkan pendidikan.

Sedangkan yang tercatat di penulusuran lulusan adalah siswa yang lulus sekolah dan langsung bekerja.

Tak adil bagi sekolah kejuruan jika dikatakan pengganguran didominasi oleh lulusan SMK.

Minat siswa berbeda-beda, walau sebenarnya lulus dan langsung bekerja adalah hal yang paling diimpikan oleh guru.

Namun mari kita melihat di lapangan atau DUDI (Dunia Usaha). Ada berapakah perusahaan yang siap menyerap siswa yang baru lulus sekolah, berapa  yang tidak.

Tentu hanya di beberapa perusahaan saja, khusunya di bidang otomotif seperti mekanik motor dan mobil,  perusahaan bidang konstruksi seperti buruh bangunan dan lain-lain.

Bagi pekerjaan berat seperti arsitek bangunan atau konsultan dibutuhkan ilmu yang lebih tinggi dari seorang yang lulusan SMK saja, mengapa, karena lulusan SMK hanya dibekali ilmu arsitek dan konsultan sebagai pengenalan atau dasar, walau materinya sudah hampir sama seperti saat kuliah.

untuk mendapatkan lisensi seorang arsitek dan konsultan tidaklah mudah karena melalui tahap-tahap yang sulit.

Walau demikian siswa yang lulus SMK tak sedikit memilih melanjutkan sekolah sambil bekerja dibidang yang sesuai dengan kejujurannya dan tak sedikit juga, mereka kuliah sambil bekerja diluar keahliannya.

Sejatinya, semua lulusan ingin bekerja, namun sebaiknya tidak adil jika langsung menjudge bahwa lulusan SMK penyumbang pengganguran terbesar di negeri ini.

Aplikasi atau platform untuk mengetahui lulusan kemana saja saat lulus mungkin sebaiknya diperbaharui agar penulurusannya mendetail.

Tak elok jika lulusan SMK bertanya “lulusan SMA bagaimana, apakah mayoritas mendapatkan pekerjaan sesuai keahlian mereka saat lulus?”.

Kedepannya, agar tidak menimbulkan kegaduhan opini akan lulusan, sebaiknya semua pihak harus berkoordinasi dengan baik.

Terutama wali kelas hendaknya terus menjalin hubungan yang baik dengan lulusan, agar bisa saling terbuka akan masalah yang bisa saja membuat mereka tidak terbuka akan lokasi dan bidang pekerjaan  mereka saat ini.

Bagi lulusan SMK tetaplah asa keterampilan yang dimiliki agar dapat bersinar suatu saat nanti.

Kategori
Guru, Siswa dan Orangtua Siswa

Tak Memiliki Sumber Alam, Namun Rakyatnya Tidak Miskin

Sumber Gambar: pixabay.com

 Baru saja saya melihat informasi tentang Israel.

Israel merupakan salah satu negara yang hampir tidak memiliki sumber alam seperti nikel, minyak, batu bara, emas dan lain-lain.

Satu-satunya yang memiliki adalah kecerdasan. Kecerdasan yang menghasilkan banyak hal melalui kreativitas.

Pada saat mereka berperang melawan melawan salah satu negara besar di Timur tengah, mereka kehabisan peluru dan alat perang lainnya.

Karena amunisi untuk berperang habis, mereka menggunakan akal untuk melawan musuh dengan menggunakan alat dan bahan seadanya untuk menakuti lawan, seperti pecahan kaca yang diisi di botol dan berbunyi keras. Bunyi tersebut di anggap lawan sebagai bom besar.

Selain itu, mereka juga mengunakan lesung yang disebut ‘Davika’ akurasi alat ini rendah, namun ledakannya sangat keras, hal itu membuat lawan binggung.

Sebelumnya mereka tau bahwa israel telah kehabisan segala hal untuk persiapan perang, mendengar ledakan dari Israel membuat lawan mundur.

Selain itu, mereka juga menggunakan intelijen yang canggih untuk memata-matai musuh, sehingga setiap berperang, mereka menang dalam waktu yang tidak lama.

Israel tidak pernah menggunakan uang donasi dari berbagai negara untuk hal yang tidak berfaedah.

Dari donasi yang tidak seberapa saat itu, mereka memfokuskan uang tersebut pada PENDIDIKAN. 

Israel memberikan peraturan ketat bagi lulusannya dalam setiap pelatihan. Bagi siswa yang hendak lulus, mereka diberikan tugas yang sekaligus digunakan untuk perbaikan negara, misalnya bagaimana jika hendak lulus, mahasiswa harus bisa mengatasi masalah transportasi, mengembangkan irigasi, mengatasi kelangkaan air atau bagaimana cara meningkatkan pertahanan negara.

Bukankah ini adalah masalah nyata bagi mereka saat itu dan sangat membutuhkan kreativitas yang tinggi?.

Bisa dikatakan, mereka tidak perlu mengundang orang luar datang mengajarkan mereka cara mengatasi masalah negara mereka, namun mereka melatih siswanya untuk berlomba-lomba belajar dan mengatasinya.

Hebat, bukan?

Mari kita lihat di negara kita, seperti skripsi, tak sedikit dari kita menulis skripsi berdasarkan pendahulu atau hasil luusan sebelumnya, atau dengan kata lain, tulisan tersebut bukanlah masalah terbaru, pembahasan sekian banyak orang dengan judul atau masalah yang hampir sama. 

Yang sama dengan negara kita adalah program pendidikan Israel selalu diperbaharui sesuai dengan perkembangan teknologi dunia.

Mereka tidak mengajarkan sesuatu yang tertingal (ketinggalan zaman) dan tidak untuk tujuan penilaian.

Investasi besar mereka adalah PENDIDIKAN, dengan tujuan dari pendidikan akan mendapatkan investasi perekonomian dari lulusan yang sudah mereka bekali dengan ilmu.

Sama halnya tujuan pendidikan saat ini yang dapat dilihat pada generasi saat ini di masa mendatang. Israel menganggap, manusia yang didik saat ini adalah sumber daya yang penting.

Mereka benar – benar memutar otak, bukan?, saya ulangi investasi mereka pada PENDIDIKAN dengan mencerdaskan bangsanya.

Hal ini membuat mereka terlatih untuk memeras otak agar terus kreatif dan inovatif.

Mari kita lihat siapa saja orang hebat di dunia ini, maksud saya adalah mayoritas mereka dari mana atau turunan orang apa. Turunan Yahudi. Silahkan search data orang-orang hebat tersebut jika anda kurang yakin.

Disini saya tidak mengagung-agungkan negara Israel, tapi mengajak siapa saja yang membaca ini untuk sama-sama belajar dari cara mereka.

Sebenarnya banyak hal yang bisa kita pelajari dari mereka selain yang sudah saya jabarkan di atas, namun yang menjadi prioritas saya adalah investasi terbesar mereka adalah mencerdaskan bangsanya, karena rakyat yang pintar akan menghasilkan negara yang hebat dan power.

Siapa yang bisa berperan untuk merealisasikan hal ini, tentu pemerintah, sekolah (pimpinan dan guru) beserta orangtua/wali siswa.

Jika semua saling berpegang tangan, menggedepankan pendidikan, maka niscaya INDONESIA akan semakin disegani, karena rakyatnya bukan masyarakat abal-abal.