Kategori
Ceritaku Guru, Siswa dan Orangtua Siswa

Kerja Keras Dan Keberanian Tak Membohongi Hasil.

Taukah anda!.

Cara berdagang, agar cepat dapat banyak cuan saat ini apa?

Para buk ibuk pasti sudah menjawab setelah membaca pertanyaan di atas.

Benar, cara termudah dapat cuan saat ini bagi pedagang lama maupun pedagang baru adalah berbisnis jual jasa, jasa titip (Jastip).

Berawal sejak awal Covid 19 memporak-porandakan perekonomian dunia, membuat para pedagang yang kreatif tak tinggal diam untuk terus berinovasi.

Ada yang membuat aneka jajanan dan menjualnya secara online, ada yang membuat tas unik dari bahan yang muda di dapatkan yang juga dijual secara online.

Setelah Covid 19 mulai bisa bersahabat dengan manusia, akhirnya penjualan secara online dan offline kembali memeriangkan dunia perdagangan.

Malah, cara mengais rezeki dibidang ini semakin maju dengan cara menawarkan jasa titip.

Jika saya perhatikan, modalnya hanya satu, yaitu  B E R A N I. Mengapa saya katakan demikian?

  1. Berani Berkunjung Ke Negara Orang, Walau Hanya Beberapa Waktu.
  2. Berani Mempertaruhkan Nama Baik.
  3. Berani Beradaptasi Dengan Orang Baru.

Usaha ini tidak hanya diminati orang yang telah lama bergelut tentang perdagangan, tetapi tak jarang anak yang baru lulus sekolah sudah ada yang serius mengeluti pekerjaan ini.

Saya juga melihat, dengan bermodalkan akun media sosial, lalu memperomosikannya secara konsisten, maka orang lain bisa mengetahui profesi ini dan segera bergabung.

Ada seorang siswa yang pernah saya ajar saat saya masih di kampung dulu. Dia bercerita bahwa saat ini dia mengeluti bisnis ini dan negara yang paling sering dia kunjungi untuk mendukung aktivitas barunya ini adalah Bangkok.

Yap, Barang dagang dari bangkok khusu di dunia fashion, seperti baju, sepatu, topi  dan asesories lainnya sangat banyak di sana, termasuk bahan dan modelnya yang selalu ter-up to date atau terbaru.

Tak perlu menanyakan harga, karena rata-rata barang bangkok murah. Hal ini yang digunakan oleh siswa tersebut bersama para jastiber untuk menaikkan harga sebagai pengganti uang tiket dan penginapan  selama di sana.

Cara memesan barang juga sangat ketat, agar tidak dikacangin oleh para Pemberi Harapan Palsu (PHP) yaitu setiap pembelian di atas satu pieces, customer harus deposito dulu kepada owner berdasarkan nomor rekening yang sudah diberikan.

Jika customer mengalami penipuan atau salah transfer uang, maka hal tersebut bukan tanggung jawab pemilik usaha.

Bisnis ini sangat menjanjikan, bukan?

Namun, anak yang pernah saya didik tersebut mengatakan dengan sadar bahwa dia harus pintar-pintar simpan modal banyak, walau sekarang sudah banyak keuntungan, pasalnnya, perekonomian setelah masa transisi menjadi flaktuatif atau naik turun.

Dengan bangga saya merasa anak ini keren. Dia bisa tau kapan menyediakan payung sebelum hujan.

Saya juga bertanya tentang daerah atau objek wisata apa saja yang sudah dia kunjungi di Bangkok, dan jawabannya membaut saya sedikit terdiam.

Dia berkata kalau daerah pusat perbelanjaan sudah semua dia kunjungi, tapi untuk bersenang-senang, seperti pergi mengunjungi  objek menarik belum sama sekali, masih fokus kumpulkan cuan (uang) banyak.

Sepertinya, dia sangat menikmati pekerjaan yang dia gumuli saat ini dengan keuntungan cuan yang tak main-main.

Dia bercerita bahwa tingkat kriminalitas di sana minim, bahkan jika pelanggan ketinggalan barang atau handphone, tak akan ada satupun orang di sana mengambilnya. Mereka akan membiarkan barang tersebut tetap berada di tempatnya, hingga pemiliknya datang atau pihak penggelola yang datang mengambilnya.

Hebat bukan?.

Jika dunia industri dan kehidupan sosial orang Indonesia juga demikian, maka Indonesia akan sama dengan Bangkok.

Caranya bagaimana? tentu Pemerintah harus membenahi banyak hal dan di dukung oleh masyarakat itu sendiri.

Dan, belajar dari anak muda yang berani dan selalu ingin bekerja keras  walau prosesnya tak mudah.

Kategori
Ceritaku

Yang Muda Dan Yang Mateng Suka Ini

Sumber Gambar: pixabay.com

Akhir-akhir ini, medsos semakin terdepan, terlebih Tik Tok. Jaringan sosial dan platform video musik asal Tiongkok ini sangat diminati semua kalangan, baik anak-anak, maupun berusia lanjut.

Sang pendiri, Toutiao  memperbolehkan para pemakai aplikasi ini u membuat video musik pendek dengan menggunakan fiture menarik.

Saking mudahnya, banyak kalangan yang sangat tertarik menggunakannya sebagai hiburan, sumber pendapatan, memperluas pergaulan dan lain-lain.

Tak perduli dengan tanggapan para viewers, para pengguna selalu berusahan menampilkan tayangan terhebat yang dimiliki untuk dibagikan, yang tujuan utamanya sebagai hiburan.

Saya mengamati, hal demikian juga dilakukan oleh banyak siswa, baik siswa SD hingga mahasiswa, namun bagi siswa SMA/SMK dan mahasiswa, terkadang platform ini sekaligus digunakan untuk mengais rejeki dengan membuat konten dagang dengan berafiliasi dengan TikTok.

Yang menjadi bahan mengelitik bagi beberapa orang adalah beberapa akun yang dimiliki oleh bapak-bapak dan ibu-ibu terkadang menjadi hiburan penghilang masalah.

Tak jarang, bapak/ibu penguna TikTok membagikan konten yang lucu, ada yang sedang bekerja dengan memberika ekspresi yang aneh, namun lucu dan ada  konten seorang bapak yang memamerkan perut gendutnya.

Para ibu-ibu tak kalah lucu. Ada saja konten yang menampilkan ibu-ibu sedang memasak, namun hasil masakannya gosong, karena mempersiapkan gerakan untuk konten, ada yang sedang bernyayi seolah dia adalah penyanyi asli, dan lain-lain.

Bagi saya, konten demikian masih sangat layak untuk ditonton, karena tujuannya untuk menghibur dan tidak menanpilkan sesuatu yang melanggar kebijakan TikTok.

Tapi tak ada sedikit pengguna yang membagi konten yang seolah memberikan kode kepada orang tertentu. Tak salah, namun lucu. Kalau saya ditanya, lalu apa yang bisa dilakukan jika tidak memberikan kode?, saya akan menjawab, tag orang yang dimaksud biar ramai. 😀 

Setiap hari, selain menulis, kursus bahasa Mandarin online, mengerjakan pekerjaan sebagai tenaga pendidik dan mamak-mamak, saya juga selalu membuka akun ini.

Tujuan utamanya untuk mencari hiburan tambahan dan mencari informasi terkini.

Tak bisa dipungkiri bahwa banyak orang Indonesia tidak begitu suka membaca berita, sehingga membuat para konten kreator berinisiatif untuk membuat berita lewat platform ini.

Bagiku ini ide cermerlang, karena mereka menggunakan sesuatu yang diminati banyak orang saat ini untuk membagikan hasil kreativitas mereka.

Yang jarang saya dapatkan di akun ini adalah akun ini belum banyak digunakan oleh tenaga pendidik untuk membagikan bahan ajarnya, tak sedikit orang telah menggunakan fitur siaran langsung untuk mengajar beberapa mata pelajaran, seperti Matematika, Bahasa Inggris, Fisika dan lain-lain, untuk anak sekolah dasar.

Siaran langsung tersebut gratis bagi siapa saja yang mengikuti mereka, namun secara tidak langsung, penonton dapat memberikan poin kepada guru-guru tersebut dengan memberikan kado, bintang, point dan lain-lain.

Atau dengan kata lainnya, penonton terus menonton dan membagikan tayang siaran langsung tersebut, agar pengguna bisa mendapatkan keuntungan setimpal.

Sangat mudah, kan?

Saya fikir, harus ada pelatihan khusus bagi pendidik untuk bisa menggunakan aplikasi ini sebagai ladang untuk membagikan ilmu kepada anak didik.

Tak ada salahnya membagikan sesuatu yang sedang up bagi semua kalangan. Walau awalnya tujuan tayangan atau konten untuk para pelajar seperti siswa, namun jika kontek menarik, dan mudah difahami penonton, video tersebut dapat dipelajari oleh para orangtua/wali siswa.

Wah, jika saja hal ini benar teraplikasikan, maka guru tidak akan terlalu sulit mengajar di sekolah, karena secara tak langsung tugas menjelaskan materi dapat dibantu oleh orangtua/wali siswa.

Kategori
Ceritaku

Harinya Anak Muda Sajakah Valentine Itu?

Tepat hari ini, 14 Februari adalah harinya sepasang sejoli. Hari dimana bunga palsu dan coklat manis buatan laku pesat.

Maaf, saya mengatakan bunga palsu, karena memang bukan bunga hidup, kan? Coklat manis buatan, karena basicly, coklat  memang pahit, namun diramu sedemikian rupa hinga rasanya manis dan tampilannya memikat hati.

Beberapa guru, merencanakan hal kecil di hari kasih sayang dengan mengajak siswa membawa coklat  untuk disantap bersama di kelas adalah hal yang tak pernah ditolak oleh siswa, namun perlu dicatet bukan menyuruh atau mewajibkan siswa membawa coklat untuk guru. Ini penting untuk diketahui.

Biasanya juga, ada ritual tukar bunga, coklat atau hadiah yang tujuannya untuk memeriahkan hari kasih sayang.

But, well, tahun ini, di sekolah tempat saya mengajar tidak ada perayaan, karena mengajar dan belajar dari rumah sedang diberlakukan selama beberapa hari ke depan, karena bencana alam.

Ritual Siswa

Saya kurang mendukung jika siswa sudah mensahkan hubungannya sebagai sepasang sejoli, menurut saya, tepatnya sepasang teman dekat. Masa dimana mereka sedang saling memperlajari karakter dan berbagi ilmu.

Inti dari tulisan saya di hari valentine ini adalah siapa saja yang patut merayakan hari kasih sayang.

Dilansir dari History, setidaknya ada dua asal usul hari valentine, yaitu tradisi Lupercalia dan kisah pendeta St, Valentine. Apapun alasannya, makna Valentine Day semakin bergeser  sebagai hari dimana kita diingatkan untuk tetap saling mengasihi.

Jika merujuk akan judul di atas, tentu tak adil jika hanya anak muda yang merayakan hari kasih sayang, alasanya :

  • Orang Dewasa Butuh Kasih Sayang. Orang dewasa pernah melewati masa muda, jika diumpamakan, orang dewasa pernah merasakan rasa suka, rasa malu, gemetar, berani yang berbeda saat mereka masih duduk di bangku sekolah. Apa yang dilakukan, dirasakan anak muda saat ini adalah hal sudah dilalui oleh orang dewasa, atau bisa dikatakan orang dewasa sudah lulus zamannya. Walaupun demikian, ada rasa dimana mendambakan kasih sayang tetap dibutuhkan hingga kapanpun, seperti membutuhkan kasih sayang dari pasangan, dari keluarga, dari Tuhan bahkan dari semua orang.
  • Orang Dewasa Perlu Mengeluarkan Rasa Kasih Sayangnya Secara Alami. Menyalurkan hasrat adalah hal alamiah, misalnya menyalurkan rasa sayang kepada hewan peliharaan, kepada anak, kepada keluarga dan lain-lain. Hal ini juga adalah salah kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan biologis manusia. Mari kita sadari, apakah setiap hari kita menebar kasih atau benci?, Jika orang dewasa sering menebar kasih sayang berarti hidupnya dipenuhi rasa syukur, dan sebaliknya. Tak bisa dibohongi bahwa hal demikian lebih sering nampak dari raut wajah dan mata seseorang.
  • Orang Dewasa Juga Ingin Bahagia Dan Berjiwa Anak Muda Selamnya. Umur boleh tua, namun semangat tidak. ungkapan ini sering terdengar sebagai pelega rasa haus akan candaan, karena keletihan akan rutinitas yang tak berkesudahan. Namun jika ditelaah, semangat memang harus terus dibangun sampaikan kapapun, tidak hanya anak muda saja. Dalam arti membangun energi seperti anak muda harus terus dipertahankan, jangan biarkan kendor. Hal yang bisanya menjadi penyokong orang dewasa bisa memiliki semangat walau tak muda lagi, dengan memiliki rasa kasih di dalam hati dan berupaya menebarkannya dengan siapapun, maka semangat akan terus eksis.

Sejatinya valentine tidak hanya untuk kalangan anak muda, namun untuk semua kalangan. Rasa kasih bisa diimplementasikan dengan berbagai cara dan salah satu hal terkecil adalah dengan mensyukuri sesuatu yang dimiliki.

Tak ada defenisi pasti tentang kasih sayang, yang ada adalah kasih adalah kasih. Semua orang membutuhkan kasih sayang, namun perlu berhati-hati, karena tak jarang orang memanfaatkan kasih untuk kepentingan jahat.

Kasih untuk kaula muda juga  ada kasih sayang untuk (jika saya tulis kaula tak lagi muda, kesannya aneh) 😀 

Salam Kasih Sayang Di Hari Peringatan Kasih Sayang 14 Februari 2023.

Kategori
Ceritaku

Yang Penting Gelar Atau Kompetensi?

Sumber Gambar : pixabay.com

Hari ini,  12 Februari 2023, saya shock ketika membaca surat kabar Kompas yang menuliskan tentang maraknya perjokian publikasi ilmiah, yang mengakibatkan perguruan tinggi dinilai mendewakan gelar.

Merujuk pada peraturan kemdikbud yang  mewajibkan dosen menulis jurnal internasional berindex scopus membuat sebagian tenaga pendidik berfikir keras untuk memenuhi target tersebut.

Bagaimana tidak, mereka yang belum terbiasa menulis akan mengalami kendala yang tak tanggung-tanggung akan mempersulit jenjang karir mereka.

Hal ini juga dialami oleh Guru, dimana guru harus bisa menulis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai salah satu syarat naik golongan dan jumlahnya tidak hanya satu PTK, tetapi lebih, berdasarkan persyaratan tiap golongan.

Jika diamati, hal ini memang sulit, namun kembali lagi, apakah ada yang mudah di dunia ini?, tentu tidak ada. Tetapi jika tenaga pendidik terbiasa menulis, tentu hal ini tidak akan terlalu sulit, hanya dibutuhkan ketekunan dan komitmen yang kuat untuk bisa terus menulis.

Saya memetik salah seorang founder literasi yang mengatakan “menulislah setiap hari maka lihatlah hasilnya”.

Dengan mencoba saran beliau tentu akan mempermudah siapapun yang ingin menulis untuk memenuhi kriteria apapun itu.

Yang menjadi spot light saat ini adalah apakah yang penting bagi seorang siswa atau mahasiswa, gelar atau kompetensi?

Atta Halilintar baru saja membagikan ilmunya dengan mengajar kelas private BUMN, pada hal dia tidak lulus SMA. Sebelumnya dia dikenal sebagai seorang YouTuber, dan dari penghasilannya dia membangun istana bisnis di berbagai bidang, salah satunya adalah bidang teknologi.

Sekarang, berkat belajar dari pengalamannya, dia mengembangkan karirnya sebagai pemateri. Hebat, bukan?, Bukankah selama ini pemateri mayoritas dilakukan oleh orang bergelar?.

Perlu digaris bawahi, dia adalah pebisnis  yang tidak lulus SMA, tetapi dia memiliki skill yang dibutuhkan pasar.

Tak adil jika hanya berbicara dengan orang yang tidak bergelar, mari kita lihat orang disekeliling kita yang bergelar, tak sedikit di antara mereka sukses, bahkan, lebih banyak orang yang bergelar sukses besar juga, bukan?

Yang membedakan hanya, seorang yang bergelar tidak terlalu rumit mendapatkan pekerjaan, walau penghasilannya pas-pasan, dan orang yang tidak bergelar membutuhkan kerja keras yang lebih daripada orang bergelar untuk mendapatkan pekerjaan.

Dari uraian di atas, saya  simpulkan bahwa, dua-duannya, penting, karena tak ada yang bisa menjauhi perkembangan zaman. Pendidikan perlu, tetapi pendidikan yang mengutamakan kompetensi jauh lebih penting daripada hanya ingin bergelar.

Tak benar jika berkata “Atta saja sukses walau dua tidak lulus SMA, kenapa saya tidak, saya tidak mau sekolah!”. Ini dia yang salah, tak baik menyamakan diri dengan orang lain, karena proses hidup, proses juang setiap orang berbeda.

Atta adalah orang yang berjiwa kuat, berkharisma, jadi tentu baginya untuk terkenal tidaklah rumit, Pertanyaannya “apakah setiap orang bisa sama dengan dia?”, tidak kan?.

Pekerjaan Apa Yang Paling Diminati Dan Bagaimana Hasilnya?

Pertanyaan di atas tentu akan kontroversial di negara kita, karena kebanyakan dari warga +62 lebih memilih menjadi pegawai Negeri Sipil.

Hal ini terjadi, karena pada saat duduk di bangku sekolah, pemahaman mendalam akan membangun usaha, dunia bisnis atau  kewirausahaan tidak begitu mendalam, sehingga tidak menjadi impian besar mayoritas siswa akan bidang usaha.

Jika bertanya “cita-cita kamu apa?”, mayoritas di antara siswa akan menjawab ingin menjadi pegawai bank, polisi, dokter, dosen dan lain-lain.

Jawaban ini tentu membanggakan juga, karena mereka memiliki acuan untuk sukses, mereka memiliki gambaran di masa sekarang yang siap membangun masa mendatang, namun jika kita amati, sedikit di antara mereka yang memilih dunia usaha, karena mereka kurang atau tidak memiliki kompetensi yang lebih, tidak memiliki kompetensi yang dibutuhkan pasar saat itu.

Tak salah jika memperkenalkan dunia usaha kepada siswa/mahasiswa sejak dini dengan mengembangkan skill mereka.

Skill tidak hanya untuk siswa SMK, namun siswa SMA pun bisa, karena usaha memiliki banyak peluang, tidak hanya berusaha di tempat, tetapi seorang pegawai, dokter dan lain-lainnya bisa memiliki usaha.

Yang tak kalah penting adalah meningkatkan kompetensi yang sudah ada, jika sedang bersekolah atau duduk dibangku kuliah, sebaiknya fokus akan kompetensi diri, bukan hanya mengejar gelar saja.

Gelar tanpa kompensasi di masa sekarang, berat.

Kategori
Ceritaku

Mata Pelajaran Gempa Bumi Di Jayapura, Perlukah?

Gempa di Jayapura cukup menguncang semua masyarakat di Indonesi. Bagaimana tidak, Selain telah memakan korban, hingga hari ini, 11 Januari 2023 gempa masih saja terus mengemparkan masyarakat.

Beruntungnya, kemarin 10 Januari 2023, Plt Walikota Jayapura bpk Dr. Frans Pekey, M.Si meliburkan seluruh sekolah berdasarkan koordinasi  dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, hal ini membuat guru dan siswa memiliki waktu untuk bersiap beradaptasi dengan sikon seperti ini.

BMKG mengungkapkan setidaknya ada 1.079 gempa yang terjadi di Jayapura, Papua sejak tanggal 2 Januari 2023 hingga Kamis 9 Januari 2023 dan belum terhitung hingga hari ini. Skala gempa memang tidak sedahsyat seperti di Turki, namun efeknya sudah mulai menimbulkan ketakutan bagi anak-anak.

Mengingat Indonesia berada di ring of fire atau Cincin Api Pasifik / Lingkaran Api Pasifik atau lebih dikenal daerah sabuk gempa Pasifik maka tak menutup kemungkinan gempa bumi akan terus ada, hanya saja waktunya yang belum diketau pasti.

Deputi Geofisika BMKG Mohammad Sadly dalam Keminfo mengatakan Pulau Kalimantan relatif lebih aman secara seismik jika dibandingkan dengan pulau-pulau lain di Indonesia. Merujuk dari pernyataan ini, maka Jayapura harus mengambil tindakan darurat.

Memang Pemerintah Kota (Pemkot) telah menetapkan situasi tanggap darurat bencana selama 21 hari, namun bagaimana dengan pendidikan di Jayapura kedepannya, Jika hal ini masih terjadi lagi suatu saat.

Apakah ada cara khusus untuk memberikan pemahaman diri tentang bencana alam, khusunya benca alam?

Belum hilang diingatan tentang banjir yang melanda kota Jayapura dan sekitarnya di awal tahun 2022, yang tak tanggung-tanggung telah menenggelamkan rumah-rumah dan fasilitas publik, dan  tahun ini terjadi gempa yang tak diketahui apakah kedepannya masih ada, masih sama atau tidak.

Namun jika merujuk akan lokasi yang rawan, maka saya fikir, sebaiknya ada tindakan lebih untuk melakukan aksi nyata dalam pencegahan kedepannya. Menghilangkan bencana alam mungkin rumit, namun meminimalisir korban dan dampak adalah hal yang patut direalisasikan.

Kurikulum bencana atau menambahkan mata pelajaran gempa bumi atau bencana alam kedepannya sebaiknya tidak dianggap sepele oleh siapapun.

Lebih baik pembekalan diri dibangun, agar setiap orang, setiap siswa yang ada di daerah rawan bencana memiliki dasar ilmu jika berhadapan di situasi seperti ini lagi.

Ungkapan cintailah lingkungan adalah solusi utama, namun bagaimana dengan prilaku manusia yang sudah ada, pembiaran lingkungan yang berefek hingga kini yang perlu ditindak lanjuti untuk meminimalisir efeknya.

Harapan saya kedepannya, dengan adanya Kurikulum bencana atau penambahan mata pelajaran bencana alam ke depennya kesadaran akan  tingginya potensi bencana di Indonesia, khususnya di Jayapura dapat menjadi paradigma dalam penyusunan kurikulum pendidikan maupun penyusunan kebijakan publik lainnya, sehingga meminimalkan potensi korban jiwa maupun material.

Kategori
Ceritaku

Mengenal Konselor Sebaya

Semalam saya menonton salah satu kejadian yang dialami oleh seorang anak muda yang hendak pulang ke rumahnya.

Diperjalanan dia dipalak oleh orang yang tinggal tidak jauh dari tempat tinggalnya.

Tak tanggung- tanggung, si pemalak memintanya untuk menyerahkan semua gajinya yang dia pegang saat itu.

Karena ingin mempertahankan haknya, mereka saling tarik menarik dan tak diduga, si pemalak pemukulnya dengan sebuah balok besar.

Sesampai di rumah, dia bersedih dan sekaligus heran, mengapa orang tersebut tau jika dia sedang membawa uang dalam jumlah banyak?.

Saat dia melaporkan kejadian yang menimpanya di salah satu kantor polisi terdekat, barulah dia sadar bahwa si pemalak yang telah membawa kabur uangnya mendapatkan informasi tentang dirinya dari seorang teman curhatnya.

Setiap dia mengalami masalah atau mendapatkan hal yang menggembirakan, dia selalu menyampaikan dan meminta saran kepada salah satu temannya yang dia anggap baik.

Dengan kata lain, dia sangat nyaman dengan teman sebayanya tersebut hingga hal yang tidak pentingpun dia sering ceritakan.

Tanpa dia ketahui ternyata temanya bukanlah orang yang tepat untuk ditempati curhat dan bertukar pikiran.

Inti dari cerita ini adalah dia telah salah memilih teman curhat.

Dia merasa selama ini telah mendapatkan teman yang care dan respect akan dirinya, namun ternyata kebalikannya.

Nah, saya menekankan teman curhat tempat meminta masukkan, atau kata lain konselor.

Bicara konselor hampir sama dengan seorang konsultan, dimana jika seseorang ingin membangun sebuah rumah/gedung, hal terbaik dilakukan adalah meminta pendapat seorang konsultan yang mengetahui kondisi tanah, bentuk bangunan bahan bangunan dan lain-lain.

Dalam kegiatan belajar mengajar, terkadang guru memilih salah satu siswa  sebagai tutor sebaya untuk membantu teman kelasnya yang dianggap kesulitan dalam belajar.

Konselor Sebaya Itu Apa?.

Menurut kla.id konselor adalah individu yang memberikan bantuan kepada orang lain yang sebaya agar dapat mengatasi masalahnya.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa konser sebaya adalah bantuan yang dilakukan oleh seseorang yang seumuran yang tujuannya untuk membantu, memahami, menasehati, mengarahkan, mengaktualisasi diri, menjadi jembatan dan menjadi pendengar yang baik.

Apakah Konselor Sebaya Diperlukan?.

Setelah saya mendengarkan kesaksian anak muda yang malang tersebut saya berfikir konselor sebaya tak penting lagi, karena tidak semua orang bisa menjadi pendengar yang baik.

Tak banyak orang yang suka memanfaatkan keadaan seseorang untuk menjatuhkan orang lain, karena iri atau penyakit jiwa bawaan dan lain-lain.

Namun setelah saya pertimbangkan, konselor sebaya itu penting, bahkan menjadi konselor juga sangat berguna, secara tidak langsung kita bisa membantu orang lain (dapat pahala), dan bisa membantu orang lain keluar dari masalah hidupnya.

Menjadi seorang konselor sebaya tidak harus menjadi orang yang profesional (non profesional), cukup dengan menggunakan pengalaman, cinta dan berdasarkan iman.

Namun mempercayai seorang konselor bukanlah hal yang mudah, karena jika salah pilih, maka akan hancur.

Tak jarang seorang yang terjerumus dalam pergaulan bebas karena mengikuti ajakan, rayuan, nasehat teman sebaya.

Kasus seperti ini bukan rahasia umum lagi bahwa teman yang dipercayai mengajak temannya untuk melakukan hal yang salah.

Terkadang pengaruh teman jauh lebih kuat dari pada handil keluarga, maka memilih konselor sebaya dengan baik perlu menggunakan akal sehat.

Macam -Macam Konselor Sebaya

Setelah googling, saya mendapatkan hasil bahwa ada banyak macam konselor sebaya, yaitu:

  • Konselor Sebaya Sebagai Pelopor Pencegahan Penggunaan Narkoba
  • Konselor Sebaya Pencegahan Pergaulan Bebas, dan lain-lain.

Apakah Konselor Sebaya Lebih Efektif Daripada Psikolog?

Jika berbicara mana yang lebih bagus, saya fikir dua-duanya memiliki kelebihan.

Psikolog bisa dikatakan profesional karena memiliki latar belakang pendidikan yang terarah dan memperlajarinya secara terus menerus. Sedang Konselor Sebaya hanya mendapatkan ilmu dari pengalaman dan rasa sayang kepada temannya.

Namun, terkadang siswa atau mungkin juga mahasiswa lebih memilih Konselor Sebaya daripada psikolog, jika dihadapkan pada sebuah masalah dengan alasan :

  • Menyampaikan masalah dengan teman sebaya terasa nyaman dan luwes,
  • Cara berfikir dan cara pandang teman sebaya kurang lebih sama.
  • Teman sebaya mudah dijangkau dan dihubungi kapanpun.

Sejatinya seberat apapun masalah yang dihadapi, setiap individu, setiap siswa perlu belajar menjadi konselor bagi diri sendiri, lalu bagi orang lain.

Demikianlah penjelasan singkat tentang konselor sebaya, saya harap ini bermanfaat.

Kategori
Ceritaku

Tahun Susah Uang

Baru saja saya berbincang dengan salah seorang siswa dan menanyakan tentang alasan belum melakukan pendaftaran ulang.

Sebagai informasi, sekolah kami setiap semester mengharuskan peserta didik melakukan daftar ulang dengan cara melunasi SPP selama dua bulan. Hal ini sudah berjalan lama dan tidak pernah menjadi masalah.

Namun awal tahun 2023, semuanya berubah, tak sedikit anak wali melaporkan bahwa orangtua mereka belum menerima gaji, sehingga tak sedikit diantara mereka meminjam uang, bahkan menjual barang untuk digunakan siswa sebagai ongkos dan jajan sekolah.

Lebih lagi, uang pendaftaran ulang belum dibayarkan, walau demikian pihak sekolah tidak pernah push siswa untuk segera melunasinya, walau hal demikian adalah kewajiban mereka, namun menurut siswa tersebut “mama bilang tahun ini susah uang”.

Maksudnya adalah tahun ini sulit mendapatkan uang, karena gaji yang belum dibayarkan dan kemungkinan, orangtua mereka tidak akan lagi mendapatkan Tunjangan Tambahan Penghasilan (TPP), kalau pun dapat, kemungkinan jumlahnya kecil, atau dengan kata lain jumlahnya tidak akan sama lagi seperti tahun sebelumnya.

Mendengar pengakuan siswa tersebut, saya pun menyadarinya bahwa kami sebagai Guru di Papua juga mengalami hal demikian.

Gaji belum dibayarkan yang kemungkinan karena guru SMA/SMK di Papua dipindahkan ke Kota dan Kabupaten, atau tidak lagi dibawah naungan Pemerintah Provinsi.

Hal ini sudah familiar bagi masyarakat Jayapura khususnya guru SMA/SMK, karena jauh sebelum pemekaran Provinsi di Papua, isu pengalihan sudah tersebar luas bahwa guru SMA/SMK dikembalikan saja ke kota dan kabupaten, sehingga mempengaruhi faktor ekonomi dan perputaran uang di Papua (Jayapura).

Saya sebagai guru sekaligus sebagai wali kelas tidak bisa melakukan hal banyak lagi, termasuk membantu dalam hal keuangan  kepada siswa yang dianggap kurang mampu, karena alasan yang saya sudah jelaskan di atas.

Hal serupa juga pasti akan sulit dilakukan lagi oleh guru dan wali kelas lainnya.

Saya amati tiga siswa lainnya dimana sebelumnya mereka mendapatkan ongkos dan uang jajan sekolah sebesar Rp.15.000,00, namun sekarang hanya mendapatkan Rp. 8000, 00 saja.

Satu diantara mereka menjelaskan bahwa jualan orangtuanya kurang laku, “papa bilang pembeli kurang” dia menyampaikan perkataan orangtuanya, saya bertanya “jualan papa kamu masih sama seperti tahun lalu atau tidak”, dia merespon “sama mam, tapi sekarang ini pembeli memang kurang, penjual yang lain juga bilang begitu”.

Mendengar pengakuan siswa tersebut saya berkata “aduh, biar hasil panen banyak, tapi kalau minat pembeli kurang berarti petani akan rugi besar, lalu siapa yang akan menanam lagi kedepannya kalau uang terbatas di kota ini?, No…….. apakah ini sudah menuju resesi?”.

Mengetahui hal ini, saya berharap, pemerintah daerah dapat mempertimbangkan hal besar ini, yang mana jika dilakukan pembiaran maka tentu jumlah kemiskinan akan bertambah,  bisa saja masalah sosial baru akan muncul dan tak sedikit siswa akan terganggu dalam mengikuti proses Kegiatan Belajar  di sekolah.

Saya teringat apa yang dikatakan oleh Presiden  Jokowi tahun lalu, tepatnya saat membuka Rapat Koordinasi Nasional Investasi Tahun 2022 di Jakarta (30 Oktober 2022) bahwa tahun ini negara akan gelap, maksudnya akan terjadi resesi.

Namun jika dilihat dengan daerah lain dan dari berbagai informasi lain, saya fikir hal demikian belum terjadi total, dalam arti, jika terjadi mungkin tidak akan terlalu parah dan secepat ini terjadi bagi para orangtua siswa di Jayapura.

Saya prihatin dan berharap, para orangtua siswa mampu memutar otak, agar anak mereka tetap bisa bersekolah normal, namun untuk bantuan dari guru mungkin tak akan sama lagi seperti tahun sebelumnya.

Kembalikan sistem seperti provinsi lain, agar masalah yang belum terlalu terang menderang ini tidak semakin nyata. Jika sudah terpampang nyata di depan mata, siapa yang akan mampu mengembalikannya dengan cepat?.

 

Kategori
Ceritaku

Jika Memiliki Kesempatan Besar, Mau Ciptakan Apa?

Kembali lagi di sini 👏👏👏

Pertama, saya ingin menyampaikan bahwa  sebutan sahabat pembaca setia Delyana Blog saya ganti menjadi “Dels”.

Setuju yah!

Tujuannya supaya tidak kepanjangan dalam penyebutan dan penulisan,  juga supaya kedengaran lebih kekinian😀😀 bisa yah?.🙏🙏

Let’s back to the point

Para Dels pasti memiliki impian dan cita-cita, walaupun sebagian dari anda mungkin sudah mewujudkan cita-citanya, namun tentunya anda masih memiliki impian, benar kan?

Kali ini, saya tidak membahas tentang perbedaan impian dan cita secara luas, namun saya akan memberikan perbedaan antara keduanya dari dua sumber secara singkat dan padat, setelah itu saya lanjut dengan inti tulisan hari ini.

Cita-cita terjadi karena adanya dorongan hidup atau termotivasi akan suatu keadaan, sehingga cita -cita merupakan sebuah keinginan yang sempurna untuk dicapai atau dilaksanakan  (Novi Nurani).

Sedangkan impian sama halnya dengan mimpi yang hendak dicapai. Roni Rinaldi memberikan pengertian sederhan tentang impian bahwa sebuah hasrat yang benar-benar kita inginkan, dan apapun kondisinya harus terwujud.

Mengapa Saya Membahas Hal Ini?

Teng Teng Teng Tengggggggg

Beberapa bulan lalu, seorang siswa bertanya tentang rencana Praktek Kerja Lapangan (PKL). 

Dia berkali-kali bertanya tentang waktu pelaksanaannya dan saya pun menjawabnya dengan jawaban yang sama bahwa pelaksanaan PKL akan diadakan setelah ujian semester, dengan memperhatikan ketentuan yang ada, seperti semua nilai dari semester satu hingga semester empat harus tuntas, begitu juga dengan biaya PKL.

Karena saya penasaran, saya bertanya balik padanya “mengapa kamu bertanya hal yang sama terus-menerus?” dia menjawab “su tra sabar mam“.

Memangnya kamu punya rencana atau apa? lanjut saya bertanya dan dia menjawab “ah trada mam, sa cuman mau cepat PKL saja”.

Etsss sahabat Dels bukan Guru namanya kalau langsung titik.

Dengan sabar saya terus bertanya, namun supaya dia tidak bosan sesekali saya selingi dengan menceritakan tentang pengalaman siswa PKL yang sudah tamat sekolah, dan yah, perjuangan saya membuahkan hasil.

Dengan pandangan yang kelihatan jauh dengan mata yang selalu melihat ke atas kiri dan kanan, dia berkata bahwa dia ingin mengetahui cara kerja arsitek bangunan bertingkat dan bangunan jembatan (Dia adalah salah satu siswa Desain Permodelan dan Informasi Bangunan (DPIB)).

Selama ini dia sudah dapatkan materi gambar dari Guru kejuruan DPIB, namun rupanya dia ingin lebih tau banyak lagi, sehingga pertanyaan – pertanyaan yang ada di benaknya dapat terjawab.

Saat itu saya menyarankan dia untuk melihat apa yang ingin dia ketahui tentang pertanyaanya di YouTube atau akun Media Sosial lainnya.

Dia menjawab bahwa dia sudah berkali-kali searching namun rupanya dia ingin melihatnya secara langsung.

Mengetahui hal tersebut membuat saya super duper penasaran dan mendorong saya untuk terus bertanya dan akhirnya saya menjadi  kepo tentang impiannya.😀

Saya bertanya, jika saat ini kamu sudah berada di DUDI (Dunia Industri) atau tempat PKL, hal pertama yang ingin kamu lakukan apa?.

Dia menjawab “saya akan bertanya tentang perencanaan, bentuk, bobot biaya dan…..(maaf saya lupa sebagiannya) tentang bangunan proyek mereka dan saya ingin dilibatkan tentang gambar bangunan proyeknya”.

Dengan sangat penasaran saya lanjut bertanya lagi “Apa yang ingin kamu ciptakan jika kamu memiliki kesempatan besar?”.

Dengan wajah sumbringah dia menjawab bahwa dia ingin menjadi seorang arsitek dan bermimpi ingin mengambar  jembatan terpanjang yang bisa menghubungkan kota – kota di Papua atau tol bawah laut seperti video di Facebook yang dia tunjukkan langsung saat itu.

Sontak saya kaget sekaligus kagum. saya menjawab “ale….andalan, pu mantap apa, kalau mam tau menggambar seperti pelajaran kejuruan kamu, mungkin mam akan berfikir sama seperti kamu”. (Untuk memberikan dorongan).

“iya mam, masalahnya kalau mau ke Nabire harus naik pesawat atau kapal laut, trada jalan darat” lanjut dia menjelaskan alasannya.

Setelah berbicara dan mendengarkan cita-cita, impian dan alasannya, saya jadi berfikir bahwa sebenarnya tak sedikit anak bangsa memiliki cita-cita dan impian besar yang patut untuk direalisasikan, namun kadang terhalang dengan berbagai macam faktor😭.

Saya berdoa, agar siswa tersebut bisa meraih cita-citanya dan merealisasikan impiannya suatu saat nanti. Aminnnn❤️

Dan saat ini, siswa tersebut sudah berada di DUDI, saya berharap dia sudah mendapatkan apa yang ingin dia ketahui dan setalah penarikan siswa PKL dia akan lanjut bercerita lagi tentang pengalamannya.

Baca Juga : 

Kategori
Ceritaku

Saya Menghilang Selama Hampir Seabad?

Sumber : pixabay.com

Hai, selamat datang kembali.

Lama yah, saya tidak menulis dan share banyak hal tentang kegiatan dan pengalaman saya sebagai tenaga pendidik.

Selama ini, semuanya terendap 😀 selama beberapa bulan dan telah membuat saya terkadang pusing sendiri, karena terlalu rindu untuk menulis lagi dan lagi😀.

Hal ini terjadi, karena kesibukan luar biasa padat saya selama ini sebagai Guru. Kegiatan yang saya lakukan dari pagi hingga malam hari dan akan berlangsung lagi selama beberapa bulan ke depan.

Untungnya, sekarang para instruktur kami sedang libur hingga bulan September, so akan banyak kesempatan bagi saya untuk menulis kembali.

Saya akan menulis lagi apapun tentang kegiatan saya dan orang lain lakukan yang memiliki hubungan dengan tema yang sering saya gaungkan selama ini.

Saya Berterima Kasih

Kegiatan online yang menyita banyak waktu saya termasuk tugas pokok saya sebagai tenaga pendidik telah membuat banyak pengunjung setia Delyana Blog mengirim pesan via WhatsApp dan Email.

Ada yang bertanya “mbak masih ada?”, “kenapa tidak ada postingan lagi?” “hilangnya sudah seperti seabad?” dan lain-lain.😀😀

Tak sedikit diantara kalian telah membagikan pengalaman tentang tanggung jawab sebagai orangtua/wali siswa dan berfikir tentang runyamnya mendidik anak.

Bahkan ada seorang ibu sharing tentang cara mengasuh anaknya yang susah diajak ngobrol dengan baik, karena kemauannya selalu ingin dipenuhi, namun untungnya sekarang hubungan antara mereka sudah mulai membaik.

Sejujurnya, hal seperti ini telah mengajarkan saya tentang berbagai ilmu yang tidak semuanya saya temukan di bangku kuliah dulu, seperti mengatasi anak yang susah berkata jujur, malas belajar dan lain-lain.

Namun hal mendasar yang perlu saya garis bawahi dari semua tips, sarang bapak/ibu bahwa apapun keadaan siswa/siswi, kerja sama baik antara wali kelas dan orangtua/wali siswa sangat berperan besar.

Bangunlah hal tersebut, agar kedua belah pihak dapat saling memberikan informasi yang seyogyanya dapat membangun karakter siswa.

Hal yang juga membuat saya merasa bersyukur adalah, tak sedikit para pembaca setia telah memberikan motivasi dan membagikan link tentang tips menjadi Guru Jitu.

Ada juga yang promosikan buku tentang pengalaman mereka sebagai tenaga pendidik yang profesional yang telah dilakukan selama hampir 20 tahun lamanya, luar biasa, bukan?.

Saya berterima kasih karena Tuhan yang telah memperkenalkan saya tentang menuangkan hal yang saya ketahui dan alami untuk  menulis di sini, juga mendapatkan ilmu gratis dari para pembaca dan secara tidak langsung saya memiliki teman dumay yang hebat.

Mengapa saya katakan demikian, karena secara otomatis yang mengirimkan saya saran, informasi, nasehat adalah mereka yang tentunya suka membaca, suka belajar, suka berbagi ilmu dan pantang menyerah.🙏🤗.

Harapan

“Tak Ada Kata Sudah”.

Kalimat penyemangat di atas sepatutnya saya ingat terus bahwa tak ada kata sudah dalam hidup ini.

Saya ingin terus berbagi pengalaman saya sebagai tenaga pendidik, walau saya tidaklah 100% profesional dalam bekerja, namun apapun yang saya, siswa dan guru lain alami, saya fikir sangat sayang untuk tidak dibagikan, karena hal-hal tersebut bisa saja menjadi pelajaran bagi orang lain atau minimal bisa menjadi hiburan, karena dapat membuka memori lama bagi pembaca yang merasa pernah mengalami hal yang sama.

Perlu Diingat

Blog ini terdiri dari beberapa kategori, jadi bagi pendatang baru, saya harapkan tidak terkecoh jika saya post bahan materi ajar, grammar dan lain-lain di sini.

Untuk lebih jelasnya, sebaiknya klik table of content atau daftar isi di atas agar sahat pembaca dapat memahaminya.

Baca Juga : 

Kategori
Ceritaku

Tak Akan Ada Kata Cukup Untuk Belajar

 

Sumber Gambar : pixabay.com

Orang cerdas akan selalu meluangkan waktunya untuk belajar, karena baginya, selalu ada sesuatu baru yang perlu untuk dipelajari, bahkan sesuatu yang mereka sudah dipelajari selama bertahun-tahun, masih saja dirasa kurang, mengapa?, karena ilmu pengetahuan terus berkembang.

Tadi saya mengikuti sebuah Webinar. Kegiatannya sangat menarik, karena diikuti oleh orang-orang yang menurut saya luar biasa.

Mereka cerdas, karena mereka mejawab quize dengan baik, bahkan pada waktu interaktif, mereka terlihat hebat.

Sesuatu yang membuat saya kagum adalah cara  mereka mengulas sebuah topik atau isu yang diberikan.

Cara mengelaborasikan pendapat dan pandangannya membuat saya merasa perlu belajar giat lagi.

Bukan berarti saya minder akan kehebatan mereka, tidak sama sekali, tetapi hal ini membuat saya merasa perlu banyak belajar kembali, walau saya juga masih terus belajar, namun serasa sesuatu yang saya pelajari selama ini masih kurang.

Jika diilustrasikan, seharusnya saya berjalan ke arah kanan sambil melihat ke kiri, ke kanan, atas dan bawah, namun selama ini saya hanya berjalan lurus saja tanpa menoleh.

Atau, selama ini saya belajar tanpa melatih diri saya sendiri untuk mempelajari sesuatu secara mendetail dan berfikir kritis.

Sejujurnya, jika ada kesempatan, saya akan bertanya kepada beberapa diantara mereka tentang cara atau trik mereka dalam belajar.

Saya penasaran akan cara pandangnya akan topik yang diberikan. Bagiku mereka hebat dan saya masih harus berusaha keras lagi.

Padahal kalau difikir-fikir umur saya agak jauh di atas dari mereka.

Jika saya bertanya dan alasan mereka, karena mereka merasa merdeka pada saat belajar di rumah dan belajar di sekolah atau mereka didukung dengan fasilitas lengkap, yah, memang saya kalah jauh. 😂

Saya salut dengan orangtua atau wali mereka, saya juga hormat kepada Guru atau tutor yang melatih mereka, karena memang hasil atau produknya berhasil.

Saya seorang tenaga pendidik, aneh rasanya jika saya tidak bercita-cita memiliki siswa seperti mereka.

Melihat mereka saya ingin memiliki cita-cita untuk mempunyai siswa seperti mereka.

Tetapi jika saya bertanya kepada peserta webinar tadi tentang tipsnya, pasti akan ada statement yang mengatakan bahwa beberapa kuncinya adalah giat belajar dan disiplin.

Para Guru dan Orangtua juga pasti sering mengingatkan siswa untuk demikian, namun kenyatannya, selama Pandemi saran itu tidak begitu digubris oleh siswa (i).

ngomong-ngomong, jika banyak siswa tidak giat belajar dan menanamkan kedisiplinan pada diri sendiri, kira-kira, beberapa tahun ke depan, apakah masih ada siswa yang akan memiliki cara pandang seperti yang saya lihat tadi?,

Apakah siswa sekarang akan banyak yang bisa membuat Guru dan orang sekitarnya bangga akan kecerdasan?,

Apakah akan masih banyak siswa yang akan kreatif, inovatif dan mampu berfikir kritis?.

Mudah-mudahan ada, yah!.

Pasti akan masih ada generasi sekarang yang mengepakkan sayapnya hingga ke luar negeri.

Semoga Pandemi ini tidak akan melemahkan atau mematahkan semangat siswa untuk tetap giat belajar, namun mereka terus menanamkan rasa disiplin yang tinggi.

Juga, semoga peserta Webinar tadi dapat membagikan ilmunya kepada orang lain dan menjadi generasi emas bangsa yang membanggan.

Baca Juga :

Jangan lupa kunjungi Del Channel Ok

dan ikuti halaman FP Delyana Tonapa