Tugas CGP Angkatan 11

Koneksi Materi Modul 1.4. Budaya Positif

Sumber Gambar : Pixabay.com

Pada tahap ini kami (CGP Angkatan 11) diajak untuk meninjau ulang keseluruhan materi pembelajaran di paket Modul 1 dan membuat sebuah koneksi antar materi yang sudah kami pelajari. kami akan membuat sebuah kesimpulan dan refleksi yang disajikan dalam bentuk media informasi secara mandiri, dan berikut soal dan jawaban saya.

A. Kesimpulan mengenai peran saya dalam menciptakan budaya positif di sekolah dengan menerapkan konsep-konsep inti seperti disiplin positif, motivasi perilaku manusia (hukuman dan penghargaan), posisi kontrol restitusi, keyakinan  sekolah/kelas, segitiga restitusi dan keterkaitannya dengan materi sebelumnya yaitu Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara, Nilai dan Peran Guru Penggerak,  serta Visi Guru Penggerak adalah saya sangat menyadari bahwa materi modul 1.4 budaya positif saling berhubungan dengan dengan materi sebelumnya yang saya pelajari pada modul 1.1 Filosofi Pemikiran KHD, 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak dan 1.3 Visi Guru penggerak.

Saat saya menjalankan budaya positif di sekolah tentu akan mempermudah dalam proses mencapai tujuan pendidikan nasional yang sesuai dengan filosofi KHD yang berpihak kepada siswa dimana hal ini bersifat menuntun tumbuh/ hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada siswa.

B. Refleksi dari pemahaman saya atas keseluruhan materi Modul Budaya Positif ini dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini:

  1. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep inti yang telah dipelajari di modul ini, seperti disiplin positif, teori kontrol, teori motivasi, hukuman dan penghargaan, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi? Adakah hal-hal yang menarik bagi Anda atau di luar dugaan?

Pemahaman saya tentang konsep-konsep utama dalam modul ini, seperti disiplin positif, teori kontrol, motivasi, hukuman dan penghargaan, serta keyakinan kelas, telah berkembang lebih dalam. Modul ini menekankan bahwa disiplin bukan sekadar menuntut siswa/anak untuk patuh akan aturan, tetapi juga penerapan dalam diri sendiri sehingga kedisiplinan, kesadaran muncul dari dalam siswa, bukan karena hukuman atau penghargaan.

Saya juga belajar pentingnya peran guru sebagai Teman, Pemantau Manajer, bukan hanya Penghukum, dalam mendidik siswa, hal ini sejalan dengan filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara.

Materi segitiga restitusi juga menjelaskan cara menyelesaikan masalah dengan langkah-langkah yang lebih tepat sebelum memberikan sanksi. Semua ini mendukung pentingnya penerapan budaya positif dalam Pendidikan, juga dalam keluarga.

Informasi dari modul 1.4 ini selaras dengan materi sebelumnya yang ternyata berkesinambungan, di mana untuk mewujudkan pemikiran Ki Hajar Dewantara, penerapan budaya positif sangat penting untuk diterapkan, terutama dalam peran guru penggerak.

  1. Bagaimana modul ini mengubah cara berpikir Anda dalam menciptakan budaya positif di kelas maupun sekolah?

Setelah mempelajari modul ini, saya semakin belajar giat untuk  memunculkan motivasi dari dalam siswa dalam proses belajar mengajar. Sebelum mengetahui Kurikulum Merdeka, saya  sering memberikan poin sebagai penghargaan atas keaktifan siswa, seperti memuji, memberikan hadiah kecil dan lain-lain. Sekarang, saya selalu memberikan pemahaman tentang manfaat belajar, terutama saat menyampaikan tujuan pembelajaran pada setiap awal pembelajaran.

Saya ingin memotivasi siswa bukan karena mengejar nilai, tetapi karena mereka sadar akan manfaat dari pembelajaran itu sendiri, seperti pengalaman belajar yang berharga dan rasa percaya diri yang meningkat.

Saya mendapatkan pengalaman dalam menangani masalah siswa. Sekarang, saya lebih sering membimbing siswa untuk menemukan solusi atas masalah mereka sendiri dengan bertanya, “Apa yang akan kamu lakukan untuk menyelesaikan masalah ini?” Metode ini lebih memberdayakan siswa dan mengajarkan mereka tanggung jawab, disiplin diri dan mengenal jati diri.

  1. Pengalaman apa yang pernah Anda alami terkait penerapan konsep-konsep inti dalam modul Budaya Positif, baik di lingkup kelas maupun sekolah?

Saya pernah mencoba menerapkan konsep-konsep dari modul budaya positif, terutama dalam menyelesaikan masalah indisipliner siswa dengan menempatkan diri sebagai Teman, Pemantau dan Manajer.

Namun, saya selau menghadapi tantangan dari pihak sekolah yang lebih terbiasa menghukum siswa. Untuk itu, saya merasa perlu menggunakan pendekatan yang lebih halus dan efektif untuk mensosialisasikan pendekatan baru ini kepada rekan-rekan sejawat.

 Bagaimana perasaan Anda ketika mengalami tantangan tersebut?

Saat mengalami tantangan, saya merasa sangat tertantang untuk lebih konsisten menempatkan diri sebagai Teman dan Manajer untuk menerapkan segitiga restitusi dalam menangani kasus-kasus indisipliner siswa. Saya juga merasa tertantang untuk menyusun strategi yang selalu saya perbaharui, agar bisa berkolaborasi dengan rekan-rekan sejawat dalam menerapkan budaya positif di sekolah.

  1. Menurut Anda, apa saja hal yang sudah baik dan apa yang perlu diperbaiki dalam lingkungan kelas dan sekolah

 Menurut saya, yang sedikit  sudah baik di lingkungan sekolah adalah penerapan disiplin positif, begitu juga dengan nilai-nilai kebajikan, dan keyakinan kelas yang telah dibangun bersama dengan berpihak pada siswa. Namun, hal yang perlu diperbaiki adalah posisi kontrol guru yang masih berperan sebagai Penghukum dan Pembuat Rasa Bersalah.

  1. Sebelum mempelajari modul ini, posisi kontrol mana yang paling sering Anda gunakan ketika berinteraksi dengan siswa, dan bagaimana perasaan Anda saat itu? Setelah mempelajari modul ini, posisi kontrol mana yang Anda gunakan sekarang, dan bagaimana perasaan Anda sekarang? Apa perbedaannya?

Sebelum mempelajari modul ini, saya sering menggunakan posisi kontrol sebagai Penghukum dan Pemantau saja tanpa tindakan. Saat itu, saya merasa benar dengan tindakan saya, karena lingkungan saya juga demikian meski hasilnya kurang signifikan.

Setelah mempelajari modul ini, saya mencoba memposisikan diri sebagai Manajer dan menerapkan segitiga restitusi. Saya merasa senang karena siswa menunjukkan tanggung jawab saat memperbaiki kesalahan mereka.

  1. Pernahkah Anda menerapkan segitiga restitusi sebelum mempelajari modul ini? Jika iya, tahap mana yang Anda praktikkan dan bagaimana Anda melakukannya?

Ya. Saya pernah menerapkan tahap-tahap restitusi in, saat mengetahuinya dari PMM dan sayapun sudah mengerjakan aksi nyatanya, namun tidak sepenuhnya baik, karena belum begitu paham. Saya lebih sering melakukan tahap menstabilkan identitas dan memvalidasi tindakan yang salah, tetapi belum sampai pada tahap menanyakan keyakinan siswa.

Juga, saya meminta siswa memperbaiki kesalahan mereka berdasarkan cara saya, bukan berdasarkan pendapat atau cara mereka sendiri.

  1. Selain konsep-konsep yang disampaikan dalam modul ini, apa hal lain yang menurut Anda penting untuk dipelajari dalam proses menciptakan budaya positif, baik di lingkungan kelas maupun sekolah?

Menurut saya, hal penting dalam menciptakan budaya positif adalah kolaborasi atau kerja sama yang baik antara semua warga sekolah. Ini agak rumit, karena saya mengajak mereka melakukan perubahan dari kebiasaan mereka, namun saya tidak akan putus asa.

Sarana prasarana yang mendukung juga sangat penting. Kerja sama ini diperlukan untuk membangun budaya positif, sementara sarana prasarana yang memadai akan menciptakan lingkungan belajar yang nyaman, aman, dan mendukung proses pembelajaran yang menyenangkan.

Berikut adalah susunan langkah-langkah dan strategi yang lebih efektif, konkret dan realistis untuk mewujudkan budaya positif di sekolah.

Delyana Tonapa

I am Delyana