Sebelum kegiatan dimulai, Omjay selaku founder KBMN memberikan motivasi dengan mengatakan
“Di dalam kesulitan itu pasti ada kemudahan. namun sebaliknya di dalam kemudahan itu justru ada kesulitan. kita sendiri yang sering menciptakan kesulitan, sehingga hidup terasa sangat sulit”.
Omjay memperkenalkan moderator dan narasumber, dimana moderator adalah ibu Raliyanti S.sos., M.Pd dan narasumber adalah ibu Ditta Widya Utami, S.Pd, Gr.
Setelah itu, waktu diambil alih oleh moderator dengan mengingatkan peserta untuk mempersiapkan segala sesuatunya, seperti hp atau laptop, charger, cemilan, minuman supaya bisa belajar dengan tenang dan santai.
Jujur, saya skip cemilan dan minuman, kwatir setelah KBMN 28 selesai, berat badan melonjak naik, karena setiap pukul 21.00-23.00 WIT para moderator menyarakan peserta hal yang sama. 🤭
Lanjut, ibu Raliyanti menyampaikan tema pertemuan ke 7 adalah Mengatasi Writers Block, lalu ibu melanjutkan sharing tentang hasil karyanya, dimana buku pertamanya berjudul “Wujudkan Mimpi Terbitkan Buku” kemudian di tahun berikutnya lahir buku solo yang kedua dengan judul “Guru di Era Digital”. Selain itu, ada 17 judul buku antologi yang dia miliki baik fiksi mau pun nonfiksi.
Berikut dua contoh bukunya:
Moderator menuturkan bahwa semua ini terwujud karena dia punya mimpi, termotivasi karena komunitas KBMN dan mendapat support serta ilmu dari narasumber hebat yang ikhlas berbagi tanpa pamrih.
Ibu Raliyanti berharap, para peserta yang belum punyai buku, nanti dapat segera menyusul dan bisa mempunyai buku karya sendiri juga.
Setelah itu, moderator memperkenalkan ibu Ditta Widya Utami, S.Pd, Gr. dan memberikan kesempatan untuk membagikan ilmunya tentang Writers Block.
Sebelum memulai, ibu Ditta menanyakan kabar kepada ibu Raliyanti dan tak lupa berterima kasih kepada Omjay yang telah memberikan kesempatan untuk berbagi ilmunya.
Lanjut, ibu Ditta memberikan motivasi bahwa siapa pun yang ingin menjadi penulis handal, maka harus siap dengan prosesnya. Tak bisa instan, diperlukan jam terbang yang cukup banyak, agar bisa menjadi seperti Omjay, Bunda Kanjeng, Pak Dail, Bunda Aam, Bu Rali, Mr. Bams, Prof. Eko, dan lain-lain.
Narasumber sendiri sudah senang membaca buku-buku cerita sejak kecil sebelum duduk di bangku sekolah dasar, juga senang menulis dalam buku diary. Tak berhenti disitu saja, saat SMP, narasumber sering mengirim tulisan mading sekolah dan pernah menulis cerita di buku tulis yang dibaca bergiliran oleh teman-teman.
Ibu Ditta mengatakan, ketika SMA , dia masih tetap menulis diary. Beberapa teman dekat yang membaca diarynya sempat berkomentar bahwa tulisannya sudah seperti novel.
Dengan berlalunya waktu, Ibu Ditta menyadari bahwa menulis apa pun yang dirasakan bisa menjadi self healing yang baik, bahkan saat ini, beberapa psikolog ada yang menyarankan kepada para pasiennya untuk menulis sebagai salah satu cara mengatasi depresi dan lain-lainnya.
Narasumber menjelaskan bahwa menulis adalah kata kerja yang hasilnya bisa sangat beragam, oleh karena itu tak hanya novelis, cerpenis, jurnalis atau blogger, namun ada juga copywriter yang tulisannya mengajak orang untuk membeli produk.
Penulis-penulis tersebut masih bisa terserang virus Writer’s Block, tak peduli tua atau muda, profesional atau belum, WB bisa menyerang siapa pun yang masuk dalam dunia kepenulisan.
WB ini bisa menjangkit dalam hitungan detik, menit, hari, minggu, bulan, bahkan tahunan. WB adalah kondisi dimana kita mengalami kebuntuan menulis. Tak lagi produktif atau berkurang kemampuan menulisnya. Ibarat penyakit, tentu akan lebih mudah disembuhkan bila kita mengetahui faktor penyebabnya.
Begitu pula dengan WB. Agar bisa terhindar atau segera terlepas dari WB, maka kita perlu mengenali penyebabnya sebagai berikut:
Berdasarkan penjelasan di atas, ibu Ditta selaku narasumber mengatakan siapapun bisa menulis. Tak perlu khawatir tulisannya tidak dibaca. Atau apakah anda khawatir tulisan anda dinyinyir orang? khawatir dikritik ahli? khawatir tulisannya nggak bagus? Dan masih banyak kekhawatiran lainnya? jauhkan semua itu.
Yuk, coba menulis bebas untuk mengatasi masalah, bukankah tulisan yang buruk jauh lebih baik daripada tulisan yang tidak selesai?.
Setelah sharing, narasumber membuka sesi tanya jawab dan bagian ini dimanfaatkan oleh peserta untuk menanyakan berbagai hal yang berhubungan dengan kegiatan menulis.
This post was published on %s = human-readable time difference 11:07 am
Salam Guru Hebat Indonesia. Pada kesempatan ini, saya akan menulis mengenai Jurnal Refleksi Dwi Mingguan…
Salam dan bahagia bagi kita semua. Kembali lagi saya menuliskan tugas saya koneksi antar materi…
Membuat keputusan, seorang pendidik harus mengutamakan kepentingan siswa berdasarkan nilai-nilai kebajikan. Keputusan yang diambil mencerminkan…
Salam hangat bagi kita semuanya. Kali ini, saya akan menampilkan hasil wawancara saya dan hasil…
Salam Bahagia bagi kita semua. Saya Delyana Tonapa, Calon Guru Penggerak Angkatan 11 Kota Jayapura.…
Tak terasa, saya dan CGP angkatan 11 telah sampai pada modul 2.3 Coaching untuk…