Kemarin, tepatnya kamis, 25 Juni 2020, Siswa (i) dimana saya mengajar menerima raport untuk melihat hasil belajar mereka selama satu semester, dari bulan Januari 2020 hingga Juni 2020.
Penerimaan hasil belajar kali ini, sangat berbeda dari penerimaan semester sebelumnya. Pada tahun sebelumnya siswa (i) didampingi oleh Orangtua dan penerimaan dilakukan di sekolah, namun tahun ini, penerimaan hanya dilakukan secara virtual.
Ada beberapa wali kelas, bahkan beberapa sekolah tetap melakukan penerimaan hasil belajar siswa (i) di sekolah, namun suasananya tidak sesakral seperti tahun-tahun sebelumnya.
Pada penerimaan raport semester ini, tak ada wajah-wajah yang tegang untuk menunggu dan melihat hasil belajar, tak ada wajah-wajah ceria bahkan tak ada amarah dari Orangtua siswa setelah melihat hasil belajar anak-anak mereka, malah yang ada hanya ungkapan terima kasih dengan wajah sedih, was-was, bahkan takut.
Hal ini terjadi karena semua orang masih dalam suasana antisipasi diri agar terhindar dari Covid-19 dan cemas akan hari esok dimana tidak sedikit dari Orangtua para siswa (i) kehilangan mata pencaharian utama mereka karena Pandemi.
Saya teringat perkataan dari orang yang saya tuakan berkata bahwa “kecemasan hanya akan memperburuk keadaan termasuk kesehatan”. Orang yang terlalu memikirkan sesuatu akan mempengaruhi fikirannya dan akan terpampang jelas di wajahnya dan cendrung mengalami kegagalan, gagal dalam berbagai hal.
Dengan melihat pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa seharusnya jika ada sesuatu yang menganjal hati dan fikiran sebaiknya jangan terlalu difikirkan, karena keuntungannya tidak ada. Bukankah kita hidup supaya memperoleh banyak keuntungan? Walaupun kesusahan sering dihadapkan kepada kita, mengapa kita tidak beradaptasi saja. Bukankah itu pilihan satu-satunya?
Menjadi kuat dalam keadaan susah adalah hal yang baik untuk menghasilkan mental sebagai pemenang. Seorang pemenang bukan dinilai dari seberapa sukses dalam hal materi saja, tetapi seberapa hebat orang tersebut menang atas keadaan yang membuat diri merasa down.
Memiliki mentalitas pemenang memang tidak semudah membalikkan telapak tangan, tetapi jika diupayakan pasti bisa.
Berikut beberapa hal yang perlu diketahui tentang mental seorang pemenang.
Saya juga teringat dengan kalimat motivasi yang pernah saya dengar yaitu “tetaplah tersenyum karena tersenyum adalah obat lelah” jadi jika sedang lelah memikirkan masalah, tetaplah tersenyum sambil beradaptasi, sehingga menjadi pemenang yang selalu BISA, walau sesulit apapun keadaan itu.
This post was published on %s = human-readable time difference 6:25 pm
Salam Guru Hebat Indonesia. Pada kesempatan ini, saya akan menulis mengenai Jurnal Refleksi Dwi Mingguan…
Salam dan bahagia bagi kita semua. Kembali lagi saya menuliskan tugas saya koneksi antar materi…
Membuat keputusan, seorang pendidik harus mengutamakan kepentingan siswa berdasarkan nilai-nilai kebajikan. Keputusan yang diambil mencerminkan…
Salam hangat bagi kita semuanya. Kali ini, saya akan menampilkan hasil wawancara saya dan hasil…
Salam Bahagia bagi kita semua. Saya Delyana Tonapa, Calon Guru Penggerak Angkatan 11 Kota Jayapura.…
Tak terasa, saya dan CGP angkatan 11 telah sampai pada modul 2.3 Coaching untuk…