Masih ingat blackboard? papan tulis yang menggunakan kapur tulis.
Saya teringat sewaktu masih di bangku Sekolah Dasar. Setiap jam istrahat, saya dan beberapa teman suka rebutan sisa kapur tulis yang diletakkan oleh bapak/ibu guru dipinggir papan tulis setelah mengajar.
Kami gunakan untuk menulis di papan tulis, menulis di meja belajar, menggambar sesuatu di lantai, lalu setelah itu kami hapus dan mengulang kembali hingga sisa kapur tulis habis.
Sekarang, masa itu telah tergeser dengan hadirnya spidol yang digunakan untuk menulis di white board atau papan tulis warna putih.
Penggunaan papan tulis putih untuk mengajar tidak kalah bagusnya dengan papan tulis hitam, karena dua-duanya menarik pada masanya.
Sejak hadirnya Liquid crystal display atau LCD Proyektor membuat penggunaan papan tulis sedikit tergeser, namun tidak benar-benar maksimal digunakan oleh Tenaga pendidik.
Alasan karena fasilitas pendukung tidak lengkap atau tidak ada yang mampu menyediakan atau semua pihak bidang pendidikan tidak fokus untuk mengadakannya.
Demikian juga para tenaga pengajar tidak begitu mendalami penggunaan PC atau laptop untuk mengajar saat itu.
Dan…Booooom!
Semua berubah total sejak hadirnya Pandemi Covid-19.
Banyak hal yang berubah, dari siswa yang awalnya hanya menggunakan smartphone untuk bermain permainan kesukaan, pasang status di akun media social dan lain-lin kini berubah menjadi fasilitas untuk belajar dari rumah.
Begitu juga Para tenaga pengajar yang seblumnya tidak begitu tertarik mempelajari penggunaan laptop/PC untuk mengajar,
Kini berbeda, rata-rata Guru bisa mengoperasikan PC walau hanya sebatas pengajaran saja. Hal ini membuat semuanya semakin berubah dan nampak menarik.
Beralih menggunakan fasilitas baru untuk menyesuaikan keadaan adalah pilihan tepat, namun tentu kenangan menggunakan papan tulis takkan terlupakan.
Pindah seratus persen menggunakan laptop mungkin tidak, karena kenyamanan akan penggunaan laptop tidak semudah itu terbentuk.
Bisa saja jika pertemuan tatap muka kembali dibuka, papan tulis akan kembali digunakan lagi, walau tidak se-intens seperti sebelumnya.
Mana Yang Bagus, Menggunakan Papan Tulis Atau Komputer Untuk Mengajar?
Jika pertanyaan ini disodorkan kepada saya, saya akan menjawab dua-duanya.
Saya bisa move on mengajar menggunakan papan tulis, namun tentu belum bisa seratus persen😂.
Terserah anda berfikir saya agak susah merubah kebiasaan menggunakan papan tulis, but it’s me.
Saya masih suka berbicara sambil menulis di papan dan sesekali menggunakan laptop.
Yah, biar kesannya mengajar menggunakan banyak fasilitas 😂😂
No, serius. Karena kebiasaan mengajar sambil menulis di papan tulis belum bisa sepenuhnya saya hilangkan.
Lalu Bagaimana Dengan Pendidik Yang Lain Yang Bisa menggajar tanpa menggunakan Papan Tulis Lagi?.
Keren dong. Semua orang bisa menyesuaikan keadaan yang jelas tetap nyaman menggunakan fasilitas apapun.
Memang ada orang yang bisa cepat beradaptasi dengan fasilitas baru, namun tidak semua orang bisa.
Bagi mereka yang dilengkapi alat mengajar yang memadai di ruang kelas, selayaknya menggunakannya, mubazir kalau tidak.
Namun bagi mereka yang tidak memiliki fasilitas lengkap tidak perlu berkecil hati, cukup berkreasi dengan fasilitas yang ada.
Toh, inti dari pengajaran adalah bagaimana Guru menyajikan materi seapik mungkin agar menarik dan mudah diterima oleh siswa.
Yang paling keren adalah jika materi yang diajar bisa membuat mereka merasa senang karena merasa materi yang diajarkan adalah hal yang mereka gemari atau hal yang mereka harapkan untuk mendukung cita-cita mereka suatu saat nanti.
Fasilitas hanya pendukung, namun jika semuanya lengkap tentu akan semakin menantang Guru untuk terus berkreasi mengunakan varian metode ajar.
Baca Juga :
Jangan lupa kunjungi Del Channel Ok untuk melihat penjelasan materi bahasa Inggris.
This post was published on %s = human-readable time difference 9:33 pm
Salam Guru Hebat Indonesia. Pada kesempatan ini, saya akan menulis mengenai Jurnal Refleksi Dwi Mingguan…
Salam dan bahagia bagi kita semua. Kembali lagi saya menuliskan tugas saya koneksi antar materi…
Membuat keputusan, seorang pendidik harus mengutamakan kepentingan siswa berdasarkan nilai-nilai kebajikan. Keputusan yang diambil mencerminkan…
Salam hangat bagi kita semuanya. Kali ini, saya akan menampilkan hasil wawancara saya dan hasil…
Salam Bahagia bagi kita semua. Saya Delyana Tonapa, Calon Guru Penggerak Angkatan 11 Kota Jayapura.…
Tak terasa, saya dan CGP angkatan 11 telah sampai pada modul 2.3 Coaching untuk…