Categories: GuruSiswa

Perlukah Design Thinking Bagi Siswa?

Sumber Gambar : pixabay.com

Lagi up tentang design thingking dalam organisasi, dimana perusahaan mengharapkan para pegawai dapat mengembangkan budaya design thingking dan iklim kreatif untuk menciptakan produk atau jasa untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. 

Ini berarti ditujukan bagi para workers, tidak hanya pekerja tertentu seperti swasta, namun tentu semua unit istansi yang mengharapkan pertumbuhan signifikan dalam hal keuangan.

Lalu bagaimana dengan siswa, perlukah mereka mengetahui tentang desain thingking sejak dini?.

Tentu iya, dalam kehidupan mereka sehari-hari, mereka kerab merancang sesuatu, seperti merancang tugas kejuruan agar tampilannya, merancang atau merencanakan kegiatan menarik dengan teman mereka dan lain-lain.

Proses desain thingking akan membangun kebiasaan atau budaya baru dalam bekerja, bukankah siswa dipersiapakan untuk siap bekerja dan mempekerjaakan orang suatu saat?.

Tugas guru hanya mempertajam dengan cara menerapkan desain thingking dalam pembelajaran.

Menurut Samahuta. co.id menjelaskan tentang 4 prinsip desain thingking, yaitu empati, partisipatif, holistik dan visual. 

Prisip empati menekankan pada  titik tolak dari perspektif pengguna yang merasakan manfaatnya dan mengalami persoalannya.

Partisipatif tentang keluhan dan usulan perbaikan desain datang dari pengguna yang tidak bisa memaksakan idenya. 

Holistik semua pengguna berhak menyatakan idenya, keahlian dapat menyumbangkan ide dan solusinya. 

Visual ide dan usulan harus disampaikan dalam suatu prototipe yang lengkap secara visual sehingga semua pihak dapat melihatnya secara utuh.

Design thinking dapat diterapkan melalui 5 tahap, yaitu :

  • Empatize atau design thingker harus mampu memahami dan mengetahui alasan dibalik perasaan pengguna, baik fiaik maupun emosional.
  • Define adalah langkah-langkah untuk menganalisis atau mengintepretasikan berbagai aspirasi.
  • Ideate adalah tahap brainstorming dimana semua pemangku kepentingan diajak melontarkan ide atau gagasan untuk mendapatkan design yang sesuai kriteria
  • Prototype ada tahap sintesis berbagai ide dan usulan design yang dituangkan dalam bentuk design utuh secara visual.
  • Test adalah menguji prototype yang sudah dibuat untuk melihat apakah pengguna dapat memahami value dari solusi atau ttidak.

Siswa dapat mengembangkan kultur design thinking dan iklim kreatif dengan cara :

  1. Terus belajar. Seorang pemikir selalu belajar dalam keadaan apapun, dimanapun dan kapanpun. Belajar tidak hanya sedang membaca buku atau membaca artike di gawai, tetapi saat melihat, mendengar juga dapat dilakukan. Contoh : saat melihat karya orang, katakanlah hasil lukisan seseorang, design thinker tidak hanya melihat dan memuji karya tersebut, namun dia akan berusaha mengetahui bagaimana cara karya tersebut dibuat, apa maksud lukisan tersebut, terbuat dari apa, dapat ide dari mana, berapa lama membuatnya dan lain-lain. Bahkan pemikir akan berimajinasi untuk membuat lukisan serupa namun lebih menarik, berdasarkan kekurangan dari lukisan tersebut, baik dari warna lukisan, bahan lukisan dan lain-lain.
  2. Menjadi Design Thinker. Menjadi pemikir bagi mereka yang terlatih sejak kecil memang tidak sulit, namun bagi mereka yang tidak, tentu bisa memulainya. Mulailah dengan melihat sebuah kejadian, lalu berfikir solusi apa yang terbaik, melibatkan siapa dan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dalam proses penanganannya.
  3. Berani Tampil. Siswa introver,  ekstrovert dan ambivert adalah jenis kepribadian mereka yang kerab membuat guru harus belajar menangani mereka dengan penanganan yang berbeda. Namun di sini adalah siswa yang introvert atau cendrung pendiam adalah mereka yang terkadang memiliki banyak ide, namun malu untuk membagikannya. Terkadang mereka memiliki ide yang besar, namun malu menyampaikannya. Tak bisa menutup mata jika siswa yang ekstrovert dan ambivert terkadang ada moment membuat mereka malu membagikan idenya kepada orang lain.

Yang menjadi masalah adalah, tak semua orang bisa menerima ide, yang dibutuhkan ada kembali pada prinsip design thinking di atas.

Siswa adalah pengerak suatu saat nanti, jadi design thingking sangat perlu diperkenalkan bahkan dikembangkan agar suatu saat mereka menjadi design thinker hebat yang di miliki oleh bangsa ini.

This post was published on %s = human-readable time difference 2:59 pm

Delyana Tonapa

I am Delyana

Recent Posts

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 3.2 Pemimpin Dalam Pengelolaan Sumber Daya

Salam Guru Hebat Indonesia. Pada kesempatan ini, saya akan menulis mengenai Jurnal Refleksi Dwi Mingguan…

6 November 2024

Koneksi Antar Materi Modul 3.2 Pengelolaan Sumber Daya

Salam dan bahagia bagi kita semua. Kembali lagi saya menuliskan tugas saya koneksi antar materi…

4 November 2024

Koneksi Antar Materi Modul 3.1

Membuat keputusan, seorang pendidik harus mengutamakan kepentingan siswa berdasarkan nilai-nilai kebajikan. Keputusan yang diambil mencerminkan…

24 Oktober 2024

Tugas Demonstrasi Kontekstual Modul 3.1 Pengambilan Keputusan

Salam hangat bagi kita semuanya. Kali ini, saya akan menampilkan hasil wawancara saya dan hasil…

22 Oktober 2024

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 2.3 Coaching untuk Supervisi Akademik

Salam Bahagia bagi kita semua. Saya Delyana Tonapa, Calon Guru Penggerak Angkatan 11 Kota Jayapura.…

6 Oktober 2024

Koneksi Antar Materi Modul 2.3 Coaching Untuk Supervisi Akademik

  Tak terasa, saya dan CGP angkatan 11 telah sampai pada modul 2.3 Coaching untuk…

6 Oktober 2024