Seperti Apa Generasi Stroberi?

Pernah kah anda mendengarkan atau bahkan mengucapkan “Ah, cemen, segitu aje mundur”, ‘Ah, payah, tidak juara lomba puisi sudah tidak mau ikut lomba lagi”. Kurang lebih demikian.

Maksudnya sama seperti buah stroberi, terlihat bagus, menarik , kreatif dari tampilannya, namun memiliki mental kerupuk, diinjak langsung hancur. Generasi ini mudah menyerah, mudah rapuh dan yang paling menonjol adalah mudah sakit hati ketika berhadapan dengan tantangan, seperti kekalahan, hinaan atau candaan.

Istilah Generasi Stroberi pertama kali muncul di Taiwan dan kemudian menyebar ke berbagai negara, termasuk Indonesia yang kemudian mulai populer di berbagai kalangan yang mana saat Gen Z muncul dengan karyanya, Generasi lainnya sedikit mencibir “nanti nagis, jangan katakan itu”, “nanti tidak mau ikut lagi, jangan senggol”, “nanti tersinggung”, dan lain-lain.

Hal ini yang membuat segelintir orang terkagum-kagum akan kreatifitas mereka, namun berhati-hati dalam berucap. Istilah “strawberry generation” seringkali digunakan untuk menggeneralisasi keadaan, namun penting untuk diingat bahwa setiap individu memiliki keunikan masing-masing dan tidak semua anggota generasi ini memiliki karakteristik yang sama.

Hal ini terjadi, karena pola asuh yang berbeda dan pergaulan yang tidak selalu dengan yang sesama generasi, Saat anak atau siswa bergaul dengan orang yang berbeda generasi, tentu pola fikir dan sikap cendrung tidak akan sama dengan orang yang berasal dari generasi yang sama. 

Merujuk dari tulisan dr. Ratih Paradini pada artikelnya yang berjudul “Mengambil Hati Generasi Stroberi”, beliau menjelaskan bahwa generasi Z merupakan generasi yang lahir saat masa perkembangan teknologi semakin canggih dan kehidupan lebih praktis. Inilah salah satu faktor yang menyebabkan generasi Z tidak tahan dengan tekanan maupun kerja keras.

Walaupun Gen Z diakui banyak orang merupakan generasi yang kreatif dan inovatif karena teknologi, namun cendrung mudah rapuh. Itulah mengapa generasi ini perlu selalu disuntikkan motivasi dan inspirasi, agar terus termotivasi dalam menciptakan karya. Melihat hal ini  menjadi pekerjaan rumah bagi guru dan orang tua tentang  bagaimana bisa membuat generasi rapuh menjadi tangguh dan mengarahkan segenap potensi yang dimiliki untuk menyongsong perubahan agar terus beradaptasi.

This post was published on 7 Agustus 2025 7:32 pm

Delyana Tonapa

I am Delyana

Recent Posts

Apa Itu Project Based Learning?

Dunia pendidikan tentu merasa ini bukanlah sebutan asing. Bagaimana tidak, Kurikulum sebelumnya sudah sering menjelaskan…

5 Agustus 2025

Tidak Fokus Instruksi Penugasan

Hai para Dels…. Apa kabar? Saya harap tetap prima🙏 Saya membuat kategori baru di blog…

3 Agustus 2025

Tak Lekang Oleh Waktu

Hai para Dels, apa kabar?, saya harap tetap prima!. Lama tidak menyapa anda lagi. Yah,…

8 Februari 2025

Koneksi antar Materi Modul 3.3: Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid

Berikut adalah tugas modul 3.3 koneksi antar materi. Bagaimana perasaan Anda setelah mempelajari modul ini?…

20 November 2024

Tugas Demonstrasi Kontekstual Modul 3.3 Pengelolaan Program Yang Berdampak Pada Murid

Tugas Demonstrasi Kontekstual Modul 3.3 Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pada Murid Tujuan Pembelajaran CGP…

19 November 2024

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 3.3 Pengelolaan Program yang Berdampak Positif Pada Murid

Saya Delyana Tonapa Calon Guru Penggerak Angkatan 11 Kota Jayapura. Pada kesempatan ini, saya akan…

16 November 2024