Pendaftaran siswa baru untuk tahun ajaran 2020/2021 sedang berlangsung. Pendaftaran siswa baru kali ini cukup berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, dimana rata-rata pendaftaran dilakukan secara online.
Tidak sedikit para Orangtua siswa berbondong-bondong mencari sekolah favourite untuk menyekolahkan anak-anak mereka dengan tujuan, agar kelak mereka menjadi kebanggaan keluarga bahkan negara.
Setiap melangkah ke tahap berikutnya, khususnya tentang memilih sekolah dan jurusan, selalu ada konflik kecil antara anak dan orangtua, dimana kadang keinginan anak tidak sinkron dengan keinginan orangtua yang kadang mengakibatkan percekcokan yang tidak wajar.
Semua orangtua pasti menginginkan yang paling terbaik untuk anak mereka, tetapi tidak jarang orangtua hanya melihat keinginan mereka, tanpa memikirkan passion anak. Sebaliknya, anak hanya ingin memilih sekolah atau jurusan yang mereka inginkan karena ikut-ikutan pilihan teman tanpa memikirkan talenta atau keterampilan dan citi-cita mereka sendiri.
Tidak sedikit siswa (i) yang malas belajar, tidak pergi sekolah karena mereka bersekolah di tempat dimana hati mereka tidak berada di sana. Ini sering terjadi, sehingga tidak sedikit diantara mereka tidak naik kelas.
Ada juga siswa yang terpaksa mengikuti kemauan orangtua karena takut dipukul, takut tidak disekolahkan dan sebagainya yang akibatnya anak tumbuh dengan luka yang mendalam, sehingga menimbulkan traumatik yang walau dalam keadaan senang sekalipun, luka itu masih tersisa dan kerap muncul jika dihadapkan dengan situasi yang mirip seperti demikian.
Di lain sisi, ada juga siswa menjadi malas belajar dan mendapatkan nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM), karena pada akhirnya anak tersebut sadar bahwa bukan sekolah atau jurusan yang sedang diambil yang menjadi keinginan utamanya. Karena sudah salah memilih sekolah atau jurusan, akhirnya tidak serius dalam mengikuti pelajaran.
Dari kedua hal ini, yang paling sering terjadi adalah pilihan orangtua, karena orangtua lebih memiliki power daripada anak. Orangtua kadang tidak menempatkan posisinya sebagai sahabat, malah menyamakan dengan pengalaman hidup yang dulunya yang sering diatur oleh orangtua. Sebaiknya orangtua harus nyadari akan perbedaan zaman dulu dan zaman sekarang.
Otoriter. Ya, inilah yang dinamakan orangtua yang otoriter. Selalu mengambil keputusan termasuk menentukan pilihan sekolah atau jurusan sesuai kemauan sendiri tanpa ada diskusi, pemberian pandangan dan kepercayaan kepada anak.
Ada efek yang perlu disadari orangtua yang seakan-akan membuat anak bagaikan katak dalam tempurung, yaitu :
Setiap orangtua pasti ingin anak mereka berhasil, tumbuh menjadi generasi yang hebat. Hal demikian juga disampaikan oleh Sri Mulyani dihadapan para calon penerima beasiswa LPDP bahwa beliau tidak ingin generasi muda saat ini tumbuh sebagai generasi yang wawasannya kurang luas, bodoh, picik. Menurutnya orang seperti ini penglihatannya tidak luas, luasnya bagaikan luas tempurung.
This post was published on %s = human-readable time difference 7:03 pm
Salam Guru Hebat Indonesia. Pada kesempatan ini, saya akan menulis mengenai Jurnal Refleksi Dwi Mingguan…
Salam dan bahagia bagi kita semua. Kembali lagi saya menuliskan tugas saya koneksi antar materi…
Membuat keputusan, seorang pendidik harus mengutamakan kepentingan siswa berdasarkan nilai-nilai kebajikan. Keputusan yang diambil mencerminkan…
Salam hangat bagi kita semuanya. Kali ini, saya akan menampilkan hasil wawancara saya dan hasil…
Salam Bahagia bagi kita semua. Saya Delyana Tonapa, Calon Guru Penggerak Angkatan 11 Kota Jayapura.…
Tak terasa, saya dan CGP angkatan 11 telah sampai pada modul 2.3 Coaching untuk…