Cara Mengembangkan Ide Agar Tidak Pernah Berkesudahan
Menulis Itu Mudah.
Itu adalah tema pertemuan ke 9 KBMN 28 yang dibawakan oleh Prof. Dr. Ngainum Naim, M.H.I dan moderator penganti adalah ibu Lely Suryani, S.Pd. SD
Awal kegiatan, moderator membuka kegiatan dengan doa syukur yang dipanjatkan ke hadirat Tuhan Penguasa Alam Semesta yang tidak pernah tidur, juga ibu Lely menyapa Omjay atau Dr. Kusumah Wijayah, M.Pd selaku founder KBMN yang selalu ramah.
Ibu Lely memberikan motivasi kepada peserta “Berbicara masalah komitmen dan konsistensi menulis haruslah dipegang teguh oleh penulis, jika ingin memiliki perubahan pada dirinya, perubahan ke arah positif tentunya”. Setelah itu Ibu Lely membagikan salah satu karyanya yang berjudul “Lebih Dekat Dengan Om Jay”.
Sang Dr memberikan ijin kepada ibu Lely untuk menulis biograpfi tentang dirinya dan diedit oleh beliau juga. Itulah buku pertamanya, kemudian disusul dengan buku atau karya selanjutnya yang semuanya ibu Lely dapatkan ilmunya dari KBMN.
Setelah itu, Ibu Lely share biodata narasumber, yaitu bpk Prof. Dr. Ngainun Naim, M.H.I. dimana beliau juga adalah seorang penulis handal yang sudah memiliki kurang lebih 47 buku. Setelah itu Narasumber bergabung dan memulai materinya.
“Saya tidak akan menjelaskan bahwa menulis itu mudah atau sulit, saya hanya ingin mengajak Bpk/Ibu menulis” kata Prof. Ngainun.
Setelah itu Prof membagikan satu artikelnya tentang kegiatannya di suatu sore di bulan ramadhan, yang intinya, dari tulisan beliau yang cukup panjang tersebut terkadang membuat pemula akan merasa tidak mampu menulis atau menyerah, karena merasa tidak bisa seperti Prof yang mampu menulis panjang.
Maka dari itu, Prof. Ngainun memberikan tips sebagai berikut :
- Menulislah Hal-Hal Sederhana Yang Kita Alami. Hal ini sama dengan yang sering saya tulis di blog ini agar tulislah sesuatu yang kita lihat, fikirkan, dengarkan, lakukan, rasakan setiap hari. Dengan membiasakan diri terus menulis pengalaman setiap hari, maka pengalaman hidup sehari-hari bisa menjadi sumber tulisan yang subur, kita hanya memilih aspek apa yang hendak ditulis tanpa melupakan etika dalam menulis. Satu hal yang beliau tegaskan agar penulis tak perlu binggung mencari ide-ide, tak perlu takut jika tulisan kita jelek atau salah bagi pembaca.Setiap orang unik, ada yang akan suka dengan tulisan atau karya kita, ada yang tidak akan suka, jadi hal itu lumrah terjadi.
- Janganlah Menulis Sambil Membaca Karya Orang Lalu Mengeditnya. “Hal ini bisa menjadi penghambat psikologis dalam menulis”, Prof menambahkannya lagi. Menulis itu ya menulis, Tulis saja yang ada di fikiran secara bebas, terus saja menulis, jika sedang mengalami writers block, tinggalkan sejenak tulisan, cari suasana psikologis yang berbeda, setelah itu lanjutkan lagi menulis. Jika saya diberikan pertanyaan tentang hal apa yang saya lakukan jika saya merasa mumet saat menulis, jawabnya adalah saya akan mencari cemilan dan menikmati cemilan tersebut, terkadang, sambil menikmati cemilan saya berjalan dalam rumah beberpa kali putaran dan setelah itu saya lanjutkan lagi tulisan saya. hehehhe. (Hanya orang tertentu yang bisa faham kebiasaan saya ini bpk/ibu, karena jika salah dimengerti dan langsung diikuti, maka saya jamin berat badan anda akan melonjak naik). Atau saya diselingi dengan berolahraga agar badan dan fikiran saya terasa rileks (Yoga, Jogging dalam rumah, Senam yang saya lihat dari Youtube).
- Tulislah Tentang Perjalanan. Bisa dikatakan, ini adalah tulisan yang mudah. Prof menuliskan pengalamannya dan membagikan kepada peserta tulisannya untuk kami baca, hal ini sangat menarik, karena bisa menjadi contoh bagi kami yang belum pernah menuliskan perjalanan. Zaman sekarang, penikmat medsos lebih sering share perjalanannya dengan cara membuat video atau siaran langsung/live, namun bagi saya, menulis pengalaman perjalanan yang nantinya menjadi buku juga sangat bagus.
Hal yang tak bisa di-skip adalah :
- Sebelum mengunggah artikel atau tulisan, sebaiknya reread atau membaca ulang, hal ini dapat dilakukan sekali atau dua kali atau bahkan berkali-kali sebelum di-publish.
- Minimalkanlah hal yang tidak sesuai dengan keinginan, mengapa? karena tulisan adalah jejak kita, jika kita menulis sesuatu yang kita tidak kuasai, maka proses pengembangan ide akan sulit dan dapat memakan waktu lama.
- Editlah tulisan kita yang bagi orang lain tulisan tersebut terasa berat. Hal ini bisa dimaklumi, karena tidak semua orang suka membaca. Tulisan yang berat menurut Prof adalah tulisan yang berhubungan dengan akademik, tulisan yang ringan adalah tulisan untuk kepentingan publik.
Demikianlah beberapa cara mengembangkan ide agar stock ide selalu ada, sehingga penulis selalu on fire. Proses memang sulit, namun jika sudah terbiasa pasti akan bisa, atau dengan kata lain, mengerjakan sesuatu yang sulit akan terasa mudah jika terus dibiasakan.
Salam Literasi