Ceritaku

Malaria Mewarnai Akhir Tahunku.

“ A Very Merry Christmas and Happy New Year”

Saya berharap ucapan ini tidak terlambat untuk kita semuanya, bukankah hari Natal tidak hanya tanggal 25 Desember? tetapi semangat natal hendaknya selalu ada di hati, sehingga damai sejaterah selalu ada dalam hidup kita.

Saya akan menjawab beberapa pertanyaan tentang kegiatan atau peristiwa apa yang telah terjadi hingga dalam waktu  sebulan lamanya, saya tidak mempost apapun di blog saya.

Tapi terlebih dahulu izinkan saya mengucapkan turut berduka atas semua korban Pesawat Sriwijaya Air SJ182. Saya berdoa, semua arwah para korban diterima di sisi Tuhan Yang Maha Esa dan semua keluarga diberikan ketabahan. Amin.

Pada tanggal 10 Desember 2020 adalah hari terakhir dimana saya mempost artikel yang berjudul “Conditional Sentences” atau kerap dikenal sebagai kalimat pengandaian, dimana, saya menjelaskan pengertian kalimat pengandaian serta membubuhi beberapa contoh pengandaian.

Setelah itu, rencananya saya akan mempost soal-soal kalimat pengandaian, namun karena selalu antusias saya akan hari Natal, membuat saya menunda untuk membuat artikel saat itu.

Awal rencana. Saya hanya butuh  18 hari untuk fokus merayakan Natal dan meninggalkan aktivitas di blog saya sejenak, namun karena hal tak terduga membuat saya tidak bisa menulis apapun di blog saya.

Yang membuat saya demikian adalah saya sakit. Sejak 28 Desember 2020, setelah balik dari liburan di Tomohon Sulawesi Utara, saya merasa ada yang tidak beres dengan tubuh saya.

Saya merasa menggigil, demam, batuk dan pusing. Hal itu sama sekali tidak serta-merta membuat saya berfikir bahwa saya kena Covid-19, masalahnya karena sakit tersebut bukanlah sakit yang asing bagi saya.

Malam itu saya sudah merasa bahwa saya sakit Malaria, namun karena satu dan lain hal, saya tidak bisa mengecek darah untuk memastikan saya Malaria.

Malam, Pada tangga 31 Desember 2020, saya diantar untuk berobat dan disana saya bertemu dengan seorang dokter yang begitu teliti. Beliau mengecek kondisi saya dan mengatakan amandel sebelah kanan bengkak serta saya menderita alergi dingin. Alergi ini yang menyebabkan saya batuk.

Namun karena fasilitas saat itu tidak lengkap, ditambah lagi dengan banyak laboratorium swasta yang tutup karena akhir tahun, membuat dokter tidak bisa memberikan obat Malaria.

Hal ini terus saya upayakan hingga sehari sebelum balik ke Jayapura.

Pada tanggal 05 Januari 2021, sore hari setiba dari berlibur, saya langsung pergi ke salah satu dokter praktek dan mengecek darah. Feeling saya benar, saya sakit Malaria. Malaria tersiana plus satu. Saat itu, tanpa fikir panjang, dokter langsung memberikan obat dan meminta saya untuk beristrahat full.

Setiba di rumah saya berdoa dan bersyukur bahwa selama hampir satu minggu ternyata saya juga sakit Malaria selain yang telah didiagnosa dokter sebelumnya, namun hal lain yang membuat saya bersyukur bahwa saya tetap mempunyai kemampuan untuk mengerjakan apapun, bahkan tidak seperti sakit Malari yang saya rasakan dulu. Sakit kali ini, saya merasa tidak muntah dan tidak mengalami pusing berat. Saya bersyukur betapa Tuhan menyanyangi saya.

Hal yang sedikit menggelitik hati saya adalah mengapa ada nyamuk Malaria di Manado. Selama ini, hampir semua orang tau bahwa hanya di Papua dan NTT, mengapa ada disana?

Apakah karena faktor cuaca, faktor alam atau karena lingkungan yang tidak bersih? Apapun itu, hal ini membuat saya berfikir bahwa penyakit yang dikenal ada beberapa daerah saja ternyata bisa muncul di daerah lain tanpa ada batas.

Sekarang, saya merasa hampir pulih, hanya lidah  yang masih terasa pahit dan batuk. Namun hal ini tidak menghentikan saya untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab saya sebagai tenaga pendidik.

Penyakit seyogyanya tidak dijadikan alasan untuk berleha-leha. Masih banyak orang yang menderita penyakit berat dari saya, namun semangat mereka tidak padam. Tanggung jawab diatas segalanya, karena melaksanakan pekerjaan menunjukkan siapa diri kita.

Yuk, tetap semangat.

Delyana Tonapa

I am Delyana