Mengapa Siswa Yang Suka Bolos Ingin Sukses Kelak
Masa SMA adalah masa yang paling indah, bagitu kata anak muda zaman now.
Zamannya bebas, bebas minta uang jajan, bebas bermain dan bercanda bersama teman-teman dan katanya bebas berbohong demi dapat uang jajan lebih.
Tak sedikit alumni suka bercerita tentang masa keemasan mereka saat masih berstatus siswa atau sebelum mereka merasakan arti tanggung jawab dalam kehidupan yang sesungguhnya.
Saat bersekolah, ada banyak hal yang mereka anggap lucu, menantang, seru dilakukan bersama, berkesan, namun membuat tanduk guru berdiri, karena tidak sesuai aturan yang dibuat oleh pihak sekolah.
Saya ingat, dulu ada seorang siswa ketahuan lompat pagar tembok sekolah, dengan alasan ingin ikut teman kelasnya menonton pertandingan sepakbola di lapangan Mandala Jayapura.
Saya bertanya dengan sabar dan dia pun merespon dengan tenang, namun ada satu pertanyaan yang jawabannya membuat saya ngobel di siang bolong saat itu.
“Kan, kamu tau tentang aturan sekolah, kenapa kamu langgar?”, Saya bertanya. Dia menjawab “mam, aturan dibuat untuk dilanggar, kalau tidak ada pelanggaran, maka aturan tidak akan dibuat”.
Guru disodorkan statement demikian dan tidak tau cara menjawabnya lucu dong.
Saya tak ingin bercerita jauh tentang situasi saat itu. Nanti kesannya saya ‘sok yesterday’ hehehehehehe
Btw, ada banyak kebiasaan siswa yang saat itu sering mereka lakukan baik secara sadar maupun tidak sadar.
Salah satu tindakan indisipline mereka adalah bolos sekolah. Terkadang mereka melakukan ini, karena dalam keadaan kepepet yang akhirnya membuat mereka terlihat seperti ninja, bahkan hampir menguasai jurus ninja, seperti ngumpet, manjat dengan menggunakan ilmu meringankan badan, menututupi wajah agar tidak ketahuan identitas dan lain-lain.
Walaupun demikian, saat mereka lulus sekolah, mereka kerab merindukan masa-masa bersekolah dulu dan anehnya, siswa yang dulunya suka bolos, tak sedikit diantara mereka mampu meraih cita-cita, atau minimal mereka memiliki pekerjaan yang bisa mereka pegang seumur hidup.
Setelah melakukan wawancara ringan dengan tiga orang teman sekolah dan dua orang alumni, akhirnya saya mendapatkan jawaban sebagai berikut:
- Capek Nakal. Salah seorang teman menjawab “kalau begitu-begitu terus saya capek, tra ada hasil sama sekali” maksudnya adalah masa nakal baginya sudah lewat, saatnya menata hidup agar lebih bermakna. Tidak ingin membuat hati keluarga merasa letih secara terus menerus.
- Taubat. Dengan banyak masalah dan hukuman yang sudah didapatkan dulu membuat si pembolos merasa ampun dan tak mau berada dilingkaran itu-itu saja. Dia merasa cukup dengan cibiran atau bahkan bulian dari orang sekitar dan dianggap orang tidak sukses, hal demikian yang membuatnya merasa termotivasi untuk menjadi orang sukses. Nakal saat menjadi siswa bukan berarti selamanya akan nakal.
- Merasa Malu. Melihat banyak temannya sudah bekerja, terkadang membuat seseorang merasa minder, merasa stagnan dengan keadaan begitu-begitu saja, bahkan dianggap benalu dalam keluarga. Tentu semua orang tidak mau demikian, bukan?
- Tanggung Jawab. Saat melakukan kesalahan atau pelanggaran di bersekolah membuat orangtua/wali siswa harus datang menemui wali kelas atau guru BK di sekolah, hal ini tentu membuat mereka malu, maka dari itu terkadang siswa merasa menyesal dan ingin membalas kesalahannya dengan mempertanggug jawabkan kesalahannya dengan menjadi orang yang mandiri.
- Banyak Pengalaman. Orang yang sudah sering berpetualangan dengan banyak hal yang dilakukan apakah baik atau benar terkadang membaut seseorang belajar tentang hal yang sebaiknya dilakukan di masa mendatang.
- Tau Akibatnya. Dengan banyak masalah yang telah dilakukan oleh indisipliner, maka semakin tau, semakin sadar akan resiko yang akan diterima jika melakukan hal yang tidak menyenangkan. Tidak mungkin kan mereka mau hidup susah seumur hidup?.
Masih banyak alasan mengapa siswa yang suka bikin gerakan tambahan saat bersekolah tak ingin hidup dengan batasan yang merugikan diri mereka selamanya.