Ada banyak hal yang harus diketahui, disadari oleh guru dan Orangtua siswa, mulai dengan mengenal gaya belajar siswa/anak hingga mencari tau hambatan belajarnya.
Namun sebelum membaca penjelasan tentang PDBK yang saya dapatkan dari sebuah webinar dan dari Platfom Merdeka Mengajar (PMM), saya ingin menyampaikan tujuannya adalah agar guru mampu mengenal lebih baik PDBK dan Orangtua siswa bisa mengetahui langkah apa yang perlu dilakukan jika memiliki anak yang Berkebutuhan Khusus (BK).
Peserta Didik Berkebutuhan Khusus (PDBK) terbagi dua, yaitu ;
Klasifikasi Peserta Didik Berkebutuhan Khusus (PDBK).
Hal ini bisa dikatakkan tidak mudah bagi guru, karena terkadang siswa yang mengalami hal seperti ini merasa malu menyampaikannya kepada guru, dan parahnya awal masuk disebuah sekolah, ada saja orangtua yang tidak menceritakan masalah anak tersebut kepada wali kelas dengan alasan tidak perduli, malas, karena acuh, sibuk atau mengharapkan wali kelas dan guru untuk mencari tau sendiri kondisi tentang anaknya.
Beda dengan siswa yang dikategorikan Buta Total, yaitu kondisi dimana siswa sama sekali tidak bisa melihat rangsangan cahaya dari luar. Biasanya orang/siswa yang mengalami hal ini membutuhkan alat bantu sebagai mobilitasnya atau didampingi oleh orang lain jika berada di tempat baru, untuk belajar mengenal lingkungan tersebut.
Hambatan fisik motorik terdiri dari dua kategori, yaitu hambatan otak dan hambatan otot. Misalnya terdapat cacat pada alat gerak sehingga jari tidak bisa menggenggam, kesulitan berdiri, duduk bahkan berjalan
Siswa yang memiliki hambatan yang telah dijabarkan di atas bisa disebut slow learner yaitu anak yang memiliki intelektuak sedikit dibawah rata-rata teman sebayanya. siswa yang seperti ini membutuhkan waktu belajar lebih lama dengan teman-temannya sehingga guru memerlukan adaptasi kurikulum.
Ada juga siswa yang kesulitan belajar spesifiknya yaitu apabila memiliki IQ rata-rata atau di atas rata-rata, namun memiliki hasil belajar pada bidang tertentu yang di bawah perkembangan umurnya, contoh karena siswa tersebut kesulitan dalam membaca (diseleksia), kesulitan menulis (disgrafia), dan kesulitan berhitung (diskalkulia).
Tak lupa, ada juga siswa yang berkebutuhan khusus yang memiliki kecerdasan istimewah dan bakat istimewah, siswa yang seperti ini cepat memahami materi pelajaran, suka ngobrol dengan orang dewasa, senang memberikan kritik terhadap pernyataan daripada menjawab pertanyaan, namun cendrung lebih rapuh secara emosional.
Dari penjabaran di atas guru dan Orangtua siswa sebaiknya saling berkolaborasi untuk mencari tahu solusi dalam penanganan siswa berkebutuhan khusus. Guru juga dapat melakukan adaptasi kurikulum dan proses pembelajaran yang tepat untuk memberikan simulasi yang lebih tepat, lebih menantang sesuai kemampuan siswa.
Baca Juga :
This post was published on %s = human-readable time difference 8:47 pm
Salam Guru Hebat Indonesia. Pada kesempatan ini, saya akan menulis mengenai Jurnal Refleksi Dwi Mingguan…
Salam dan bahagia bagi kita semua. Kembali lagi saya menuliskan tugas saya koneksi antar materi…
Membuat keputusan, seorang pendidik harus mengutamakan kepentingan siswa berdasarkan nilai-nilai kebajikan. Keputusan yang diambil mencerminkan…
Salam hangat bagi kita semuanya. Kali ini, saya akan menampilkan hasil wawancara saya dan hasil…
Salam Bahagia bagi kita semua. Saya Delyana Tonapa, Calon Guru Penggerak Angkatan 11 Kota Jayapura.…
Tak terasa, saya dan CGP angkatan 11 telah sampai pada modul 2.3 Coaching untuk…