Guru, Siswa dan Orangtua Siswa

Berprestasi Di Luar Sekolah, Mengapa Tidak Naik Kelas?

Sumber Gambar : pixabay.com

Setiap orangtua mendambakan anak berprestasi, hal demikian juga menjadi harapan Guru-guru, agar peserta didik memiliki prestasi yang bisa mereka kenang saat lulus nanti.

Berprestasi tidak hanya bisa didapatkan di sekolah, namun juga di luar sekolah, seperti kegiatan lomba yang diadakan oleh organisasi tertentu, universitas dan masih banyak lagi.

Jenis kegiatan yang sering diperlombakan adalah lomba solo, lomba puisi, lomba fashion show, kompetisi sepak bola, lomba tinju, lomba perahu layar, atau berprestasi karena memiliki album yang sudah booming dan lain-lain.

Keinginan siswa terjun langsung dengan berbagai hal yang mereka anggap menyenagkan adalah hal yang patut diacungkan jempol, namun terkadang, kegiatan di luar sekolah menjadi prioritas, sedangkan pelajaran sekolah menjadi yang kedua.

Tidak sedikit siswa dan Orangtua beranggapan bahwa dengan siswa berprestasi di luar sekolah akan membuka semua jalan atau akan mendapatkan kompensasi khusus dari wali kelas dan pimpinan sekolah, masalahnya, prestasi anak mereka secara tidak langsung membawa nama baik sekolah.

Perlu diketahui bahwa beberapa persyaratan naik kelas selama Pandemi yaitu :

  1. Memiliki nilai lengkap dari tugas-tugas yang diberikan oleh Guru-guru mata pelajaran (Penugasan).
  2. Mengikuti pelajaran secara daring atau luring. Dari kegiatan ini, Guru dapat mengambil nilai keterampilan dan nilai karakter siswa (i).
  3. Mengikuti ujian akhir semester. Tujuan diadakannya ujian akhir adalah untuk mengukur dan menilai kompetensi siswa (i), sehingga Guru bisa melihat kelayakan siswa untuk mengikuti pelajaran ketingkat berikutnya.

Dari uraian diatas, dapat dilihat bahwa untuk menentukan kelayakan siswa (i) untuk bisa naik kelas atau tidak, semuanya tergantung dari keaktifan siswa (i) memenuhi persyaratan tadi.

ilustrasinya :

Seorang siswa mengikuti sebuah lomba. Sebelum kegiatan lomba diadakan, anak tersebut aktif berlatih, namun tidak mengikuti pelajaran sekolah, dengan alasan sibuk.

Tak ada tugas yang dikumpulkan, tak ada waktu untuk belajar, sehingga wali kelas mengadakan pemangilan dan kunjungan, namun siswa tersebut tetap kekeh dengan keinginannya.

Pada saat lomba, dia menunjukkan kebolehannya yang begitu luar biasa, yang pada akhirnya dia  mendapatkan juara.

Pada saat penggumuman, nama sekolahnya juga disebutkan, sehingga orang yang hadir saat itu tau bahwa dia berasal dari sekolah (kita ambil contoh sekolah A).

Tibalah waktu kenaikan kelas. Si anak tersebut hanya mengikuti ujian semester. Pada saat penggumpulan nilai, dia mendapatkan nilai sangat minim atau dibawah kriteria ketuntasan minimum (KKM).

Wali kelas segera menghubunginya untuk segera melakukan perbaikan nilai, namun kurang direspon dengan baik, karena anggapannya, dia telah berprestasi dan membawa nama baik sekolah.

Pada saat penerimaan raport, dia dan Orangtuanya shock melihat raport yang tertulis merah dan tidak naik kelas.

Kecewa, sedih, menyesal dan marah pasti akan dirasakan siswa dan Orangtuanya, namun taukah mengapa tidak bisa dipaksakan naik kelas? Simple, karena siswa tersebut dianggap tidak kompeten.

Taukah anda bahwa prestasi yang didapatkan saat ini bukan sebagai kompensasi bahwa pihak sekolah akan meloloskan siswa dalam semua hal.

Pihak sekolah bangga akan prestasi siswa (i), namun tentu pihak sekolah akan sangat bangga jika prestasi dan pelajaran sekolah bisa berjalan beriringan.

Siswa bisa saja berlatih dan tidak ikut pelajaran seratus persen hadir, namun masih banyak cara untuk belajar mandiri dan mengerjakan tugas sekolah.

Selesai berlatih, sebaiknya luangkan waktu untuk membaca (pelajaran dari Guru-guru), kerjakan tugas, walau mungkin tidak seratus persen benar semua.

Usaha kerja keras siswa seperti demikian pasti akan dihargai Guru-guru, alasannya karena mereka melihat niat siswa.

Perlu disadari bahwa prestasi yang diraih sekarang belum tentu menjamin kelangsungan hidup siswa pada masa mendatang.

Walaupun bidang lomba tersebut sudah menjamin masa depannya, namun anak atau siswa tersebut masih butuh hal lain untuk dipelajari, agar pada saat dia bekerja, dia tidak mudah kalah dengan keadaan, karena dia masih memiliki bekal pengetahuan lain yang bisa dia handalkan. 

Maka dari itu, pelajaran dari sekolah dan prestasi harus sama-sama menjadi prioritas siswa, agar tidak ada penyesalan suatu saat nanti.

Baca Juga :

Jangan lupa kunjungi channel YouTube saya (Del Channel Ok) untuk melihat materi bahasa Inggris lainnya.

Tetap semangat 💪

Delyana Tonapa

I am Delyana