CeritakuGuru, Siswa dan Orangtua Siswa

Kerja Keras Dan Keberanian Tak Membohongi Hasil.

Taukah anda!.

Cara berdagang, agar cepat dapat banyak cuan saat ini apa?

Para buk ibuk pasti sudah menjawab setelah membaca pertanyaan di atas.

Benar, cara termudah dapat cuan saat ini bagi pedagang lama maupun pedagang baru adalah berbisnis jual jasa, jasa titip (Jastip).

Berawal sejak awal Covid 19 memporak-porandakan perekonomian dunia, membuat para pedagang yang kreatif tak tinggal diam untuk terus berinovasi.

Ada yang membuat aneka jajanan dan menjualnya secara online, ada yang membuat tas unik dari bahan yang muda di dapatkan yang juga dijual secara online.

Setelah Covid 19 mulai bisa bersahabat dengan manusia, akhirnya penjualan secara online dan offline kembali memeriangkan dunia perdagangan.

Malah, cara mengais rezeki dibidang ini semakin maju dengan cara menawarkan jasa titip.

Jika saya perhatikan, modalnya hanya satu, yaitu  B E R A N I. Mengapa saya katakan demikian?

  1. Berani Berkunjung Ke Negara Orang, Walau Hanya Beberapa Waktu.
  2. Berani Mempertaruhkan Nama Baik.
  3. Berani Beradaptasi Dengan Orang Baru.

Usaha ini tidak hanya diminati orang yang telah lama bergelut tentang perdagangan, tetapi tak jarang anak yang baru lulus sekolah sudah ada yang serius mengeluti pekerjaan ini.

Saya juga melihat, dengan bermodalkan akun media sosial, lalu memperomosikannya secara konsisten, maka orang lain bisa mengetahui profesi ini dan segera bergabung.

Ada seorang siswa yang pernah saya ajar saat saya masih di kampung dulu. Dia bercerita bahwa saat ini dia mengeluti bisnis ini dan negara yang paling sering dia kunjungi untuk mendukung aktivitas barunya ini adalah Bangkok.

Yap, Barang dagang dari bangkok khusu di dunia fashion, seperti baju, sepatu, topi  dan asesories lainnya sangat banyak di sana, termasuk bahan dan modelnya yang selalu ter-up to date atau terbaru.

Tak perlu menanyakan harga, karena rata-rata barang bangkok murah. Hal ini yang digunakan oleh siswa tersebut bersama para jastiber untuk menaikkan harga sebagai pengganti uang tiket dan penginapan  selama di sana.

Cara memesan barang juga sangat ketat, agar tidak dikacangin oleh para Pemberi Harapan Palsu (PHP) yaitu setiap pembelian di atas satu pieces, customer harus deposito dulu kepada owner berdasarkan nomor rekening yang sudah diberikan.

Jika customer mengalami penipuan atau salah transfer uang, maka hal tersebut bukan tanggung jawab pemilik usaha.

Bisnis ini sangat menjanjikan, bukan?

Namun, anak yang pernah saya didik tersebut mengatakan dengan sadar bahwa dia harus pintar-pintar simpan modal banyak, walau sekarang sudah banyak keuntungan, pasalnnya, perekonomian setelah masa transisi menjadi flaktuatif atau naik turun.

Dengan bangga saya merasa anak ini keren. Dia bisa tau kapan menyediakan payung sebelum hujan.

Saya juga bertanya tentang daerah atau objek wisata apa saja yang sudah dia kunjungi di Bangkok, dan jawabannya membaut saya sedikit terdiam.

Dia berkata kalau daerah pusat perbelanjaan sudah semua dia kunjungi, tapi untuk bersenang-senang, seperti pergi mengunjungi  objek menarik belum sama sekali, masih fokus kumpulkan cuan (uang) banyak.

Sepertinya, dia sangat menikmati pekerjaan yang dia gumuli saat ini dengan keuntungan cuan yang tak main-main.

Dia bercerita bahwa tingkat kriminalitas di sana minim, bahkan jika pelanggan ketinggalan barang atau handphone, tak akan ada satupun orang di sana mengambilnya. Mereka akan membiarkan barang tersebut tetap berada di tempatnya, hingga pemiliknya datang atau pihak penggelola yang datang mengambilnya.

Hebat bukan?.

Jika dunia industri dan kehidupan sosial orang Indonesia juga demikian, maka Indonesia akan sama dengan Bangkok.

Caranya bagaimana? tentu Pemerintah harus membenahi banyak hal dan di dukung oleh masyarakat itu sendiri.

Dan, belajar dari anak muda yang berani dan selalu ingin bekerja keras  walau prosesnya tak mudah.

Delyana Tonapa

I am Delyana