Mata Pelajaran Gempa Bumi Di Jayapura, Perlukah?
Gempa di Jayapura cukup menguncang semua masyarakat di Indonesi. Bagaimana tidak, Selain telah memakan korban, hingga hari ini, 11 Januari 2023 gempa masih saja terus mengemparkan masyarakat.
Beruntungnya, kemarin 10 Januari 2023, Plt Walikota Jayapura bpk Dr. Frans Pekey, M.Si meliburkan seluruh sekolah berdasarkan koordinasi dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, hal ini membuat guru dan siswa memiliki waktu untuk bersiap beradaptasi dengan sikon seperti ini.
BMKG mengungkapkan setidaknya ada 1.079 gempa yang terjadi di Jayapura, Papua sejak tanggal 2 Januari 2023 hingga Kamis 9 Januari 2023 dan belum terhitung hingga hari ini. Skala gempa memang tidak sedahsyat seperti di Turki, namun efeknya sudah mulai menimbulkan ketakutan bagi anak-anak.
Mengingat Indonesia berada di ring of fire atau Cincin Api Pasifik / Lingkaran Api Pasifik atau lebih dikenal daerah sabuk gempa Pasifik maka tak menutup kemungkinan gempa bumi akan terus ada, hanya saja waktunya yang belum diketau pasti.
Deputi Geofisika BMKG Mohammad Sadly dalam Keminfo mengatakan Pulau Kalimantan relatif lebih aman secara seismik jika dibandingkan dengan pulau-pulau lain di Indonesia. Merujuk dari pernyataan ini, maka Jayapura harus mengambil tindakan darurat.
Memang Pemerintah Kota (Pemkot) telah menetapkan situasi tanggap darurat bencana selama 21 hari, namun bagaimana dengan pendidikan di Jayapura kedepannya, Jika hal ini masih terjadi lagi suatu saat.
Apakah ada cara khusus untuk memberikan pemahaman diri tentang bencana alam, khusunya benca alam?
Belum hilang diingatan tentang banjir yang melanda kota Jayapura dan sekitarnya di awal tahun 2022, yang tak tanggung-tanggung telah menenggelamkan rumah-rumah dan fasilitas publik, dan tahun ini terjadi gempa yang tak diketahui apakah kedepannya masih ada, masih sama atau tidak.
Namun jika merujuk akan lokasi yang rawan, maka saya fikir, sebaiknya ada tindakan lebih untuk melakukan aksi nyata dalam pencegahan kedepannya. Menghilangkan bencana alam mungkin rumit, namun meminimalisir korban dan dampak adalah hal yang patut direalisasikan.
Kurikulum bencana atau menambahkan mata pelajaran gempa bumi atau bencana alam kedepannya sebaiknya tidak dianggap sepele oleh siapapun.
Lebih baik pembekalan diri dibangun, agar setiap orang, setiap siswa yang ada di daerah rawan bencana memiliki dasar ilmu jika berhadapan di situasi seperti ini lagi.
Ungkapan cintailah lingkungan adalah solusi utama, namun bagaimana dengan prilaku manusia yang sudah ada, pembiaran lingkungan yang berefek hingga kini yang perlu ditindak lanjuti untuk meminimalisir efeknya.
Harapan saya kedepannya, dengan adanya Kurikulum bencana atau penambahan mata pelajaran bencana alam ke depennya kesadaran akan tingginya potensi bencana di Indonesia, khususnya di Jayapura dapat menjadi paradigma dalam penyusunan kurikulum pendidikan maupun penyusunan kebijakan publik lainnya, sehingga meminimalkan potensi korban jiwa maupun material.