Ceritaku

Yang Penting Gelar Atau Kompetensi?

Sumber Gambar : pixabay.com

Hari ini,  12 Februari 2023, saya shock ketika membaca surat kabar Kompas yang menuliskan tentang maraknya perjokian publikasi ilmiah, yang mengakibatkan perguruan tinggi dinilai mendewakan gelar.

Merujuk pada peraturan kemdikbud yang  mewajibkan dosen menulis jurnal internasional berindex scopus membuat sebagian tenaga pendidik berfikir keras untuk memenuhi target tersebut.

Bagaimana tidak, mereka yang belum terbiasa menulis akan mengalami kendala yang tak tanggung-tanggung akan mempersulit jenjang karir mereka.

Hal ini juga dialami oleh Guru, dimana guru harus bisa menulis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai salah satu syarat naik golongan dan jumlahnya tidak hanya satu PTK, tetapi lebih, berdasarkan persyaratan tiap golongan.

Jika diamati, hal ini memang sulit, namun kembali lagi, apakah ada yang mudah di dunia ini?, tentu tidak ada. Tetapi jika tenaga pendidik terbiasa menulis, tentu hal ini tidak akan terlalu sulit, hanya dibutuhkan ketekunan dan komitmen yang kuat untuk bisa terus menulis.

Saya memetik salah seorang founder literasi yang mengatakan “menulislah setiap hari maka lihatlah hasilnya”.

Dengan mencoba saran beliau tentu akan mempermudah siapapun yang ingin menulis untuk memenuhi kriteria apapun itu.

Yang menjadi spot light saat ini adalah apakah yang penting bagi seorang siswa atau mahasiswa, gelar atau kompetensi?

Atta Halilintar baru saja membagikan ilmunya dengan mengajar kelas private BUMN, pada hal dia tidak lulus SMA. Sebelumnya dia dikenal sebagai seorang YouTuber, dan dari penghasilannya dia membangun istana bisnis di berbagai bidang, salah satunya adalah bidang teknologi.

Sekarang, berkat belajar dari pengalamannya, dia mengembangkan karirnya sebagai pemateri. Hebat, bukan?, Bukankah selama ini pemateri mayoritas dilakukan oleh orang bergelar?.

Perlu digaris bawahi, dia adalah pebisnis  yang tidak lulus SMA, tetapi dia memiliki skill yang dibutuhkan pasar.

Tak adil jika hanya berbicara dengan orang yang tidak bergelar, mari kita lihat orang disekeliling kita yang bergelar, tak sedikit di antara mereka sukses, bahkan, lebih banyak orang yang bergelar sukses besar juga, bukan?

Yang membedakan hanya, seorang yang bergelar tidak terlalu rumit mendapatkan pekerjaan, walau penghasilannya pas-pasan, dan orang yang tidak bergelar membutuhkan kerja keras yang lebih daripada orang bergelar untuk mendapatkan pekerjaan.

Dari uraian di atas, saya  simpulkan bahwa, dua-duannya, penting, karena tak ada yang bisa menjauhi perkembangan zaman. Pendidikan perlu, tetapi pendidikan yang mengutamakan kompetensi jauh lebih penting daripada hanya ingin bergelar.

Tak benar jika berkata “Atta saja sukses walau dua tidak lulus SMA, kenapa saya tidak, saya tidak mau sekolah!”. Ini dia yang salah, tak baik menyamakan diri dengan orang lain, karena proses hidup, proses juang setiap orang berbeda.

Atta adalah orang yang berjiwa kuat, berkharisma, jadi tentu baginya untuk terkenal tidaklah rumit, Pertanyaannya “apakah setiap orang bisa sama dengan dia?”, tidak kan?.

Pekerjaan Apa Yang Paling Diminati Dan Bagaimana Hasilnya?

Pertanyaan di atas tentu akan kontroversial di negara kita, karena kebanyakan dari warga +62 lebih memilih menjadi pegawai Negeri Sipil.

Hal ini terjadi, karena pada saat duduk di bangku sekolah, pemahaman mendalam akan membangun usaha, dunia bisnis atau  kewirausahaan tidak begitu mendalam, sehingga tidak menjadi impian besar mayoritas siswa akan bidang usaha.

Jika bertanya “cita-cita kamu apa?”, mayoritas di antara siswa akan menjawab ingin menjadi pegawai bank, polisi, dokter, dosen dan lain-lain.

Jawaban ini tentu membanggakan juga, karena mereka memiliki acuan untuk sukses, mereka memiliki gambaran di masa sekarang yang siap membangun masa mendatang, namun jika kita amati, sedikit di antara mereka yang memilih dunia usaha, karena mereka kurang atau tidak memiliki kompetensi yang lebih, tidak memiliki kompetensi yang dibutuhkan pasar saat itu.

Tak salah jika memperkenalkan dunia usaha kepada siswa/mahasiswa sejak dini dengan mengembangkan skill mereka.

Skill tidak hanya untuk siswa SMK, namun siswa SMA pun bisa, karena usaha memiliki banyak peluang, tidak hanya berusaha di tempat, tetapi seorang pegawai, dokter dan lain-lainnya bisa memiliki usaha.

Yang tak kalah penting adalah meningkatkan kompetensi yang sudah ada, jika sedang bersekolah atau duduk dibangku kuliah, sebaiknya fokus akan kompetensi diri, bukan hanya mengejar gelar saja.

Gelar tanpa kompensasi di masa sekarang, berat.

Delyana Tonapa

I am Delyana