Ternyata Siswa Berkebutuhan Khusus Ada Di Semua Sekolah?
Ada banyak hal yang harus diketahui, disadari oleh guru dan Orangtua siswa, mulai dengan mengenal gaya belajar siswa/anak hingga mencari tau hambatan belajarnya.
Namun sebelum membaca penjelasan tentang PDBK yang saya dapatkan dari sebuah webinar dan dari Platfom Merdeka Mengajar (PMM), saya ingin menyampaikan tujuannya adalah agar guru mampu mengenal lebih baik PDBK dan Orangtua siswa bisa mengetahui langkah apa yang perlu dilakukan jika memiliki anak yang Berkebutuhan Khusus (BK).
Peserta Didik Berkebutuhan Khusus (PDBK) terbagi dua, yaitu ;
- PDBK yang bersifat sementara, yaitu anak yang mengalami hambatan belajar dan hambatan perkembangan yang desebabkan oleh faktor-faktor eksternal
- PDBK yang bersifat permanen., yaitu anak yang mengalami hambatan belajar dan hambatan perkembangan yang bersifat internaldan akibat langsung kondisi disabilitasnya.
Klasifikasi Peserta Didik Berkebutuhan Khusus (PDBK).
- Hambatan Penglihatan, yaitu peserta didik atau siswa yang tidak bisa melihat 6 meter didepannya atau pada bidang penglihatannya berdiameter kurang 20. Prilaku yang muncul pada siswa yang mengalami hal ini adalah membaca buku dengan jarak mata yang sangat dekat dan biasanya dibantu dengan kacamata khusus.
Hal ini bisa dikatakkan tidak mudah bagi guru, karena terkadang siswa yang mengalami hal seperti ini merasa malu menyampaikannya kepada guru, dan parahnya awal masuk disebuah sekolah, ada saja orangtua yang tidak menceritakan masalah anak tersebut kepada wali kelas dengan alasan tidak perduli, malas, karena acuh, sibuk atau mengharapkan wali kelas dan guru untuk mencari tau sendiri kondisi tentang anaknya.
Beda dengan siswa yang dikategorikan Buta Total, yaitu kondisi dimana siswa sama sekali tidak bisa melihat rangsangan cahaya dari luar. Biasanya orang/siswa yang mengalami hal ini membutuhkan alat bantu sebagai mobilitasnya atau didampingi oleh orang lain jika berada di tempat baru, untuk belajar mengenal lingkungan tersebut.
- Hambatan Pendengaran, yaitu suatu kondisi kerusakan atau tidak berfungsinya pendengaran dalam berbagai tingkatan yang menyebabkan keterlambatan bahasa dan hambatan dalam berkomunikasi verbal.
- Hambatan Intelektual, yaitu siswa yang mengalami inteligensi signifikan yang berada dibawah rata-rata yaitu ber IQ atau Intelligence Quotient (nilai kecerdasan seseorang) 70 ke bawah serta memiliki keterbatasan dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan
- Hambatan Fisik Motorik, yaitu hilangnya atau rusaknya sebagian tubuh seseorang/siswa dalam jangka panjang yang mengakibatkan terbatasnya fungsi fisik mobilitas, stamina atau ketangkasan.
Hambatan fisik motorik terdiri dari dua kategori, yaitu hambatan otak dan hambatan otot. Misalnya terdapat cacat pada alat gerak sehingga jari tidak bisa menggenggam, kesulitan berdiri, duduk bahkan berjalan
- Hambatan Emosi dan Prilaku, ciri-cirinya yaitu Pertama : ketidak mampuan belajar, tetapi tidak terikat dengan masalah intelektual atau faktor kesehatan. Kedua : ketidakmampuan membangun hubungan interpersonal yang baik dengan siapapun. Ketiga : yaitu orang/siswa yang bisa belakuemosi dalam situasi normal. Keempat : menunjukkan ketidakbahagiaan dan depresi. Kelima : cenderung menunjukan tanda kecemesan yang berkaitan dengan masalah personal maupun masalah di sekolah
Siswa yang memiliki hambatan yang telah dijabarkan di atas bisa disebut slow learner yaitu anak yang memiliki intelektuak sedikit dibawah rata-rata teman sebayanya. siswa yang seperti ini membutuhkan waktu belajar lebih lama dengan teman-temannya sehingga guru memerlukan adaptasi kurikulum.
Ada juga siswa yang kesulitan belajar spesifiknya yaitu apabila memiliki IQ rata-rata atau di atas rata-rata, namun memiliki hasil belajar pada bidang tertentu yang di bawah perkembangan umurnya, contoh karena siswa tersebut kesulitan dalam membaca (diseleksia), kesulitan menulis (disgrafia), dan kesulitan berhitung (diskalkulia).
Tak lupa, ada juga siswa yang berkebutuhan khusus yang memiliki kecerdasan istimewah dan bakat istimewah, siswa yang seperti ini cepat memahami materi pelajaran, suka ngobrol dengan orang dewasa, senang memberikan kritik terhadap pernyataan daripada menjawab pertanyaan, namun cendrung lebih rapuh secara emosional.
Dari penjabaran di atas guru dan Orangtua siswa sebaiknya saling berkolaborasi untuk mencari tahu solusi dalam penanganan siswa berkebutuhan khusus. Guru juga dapat melakukan adaptasi kurikulum dan proses pembelajaran yang tepat untuk memberikan simulasi yang lebih tepat, lebih menantang sesuai kemampuan siswa.
Baca Juga :