Perjalanan

Nkopi Di Cafe Pantai Dok 2

Tak biasanya kami memutuskan jalan-jalan jauh pada malam hari, biasanya, untuk mengisi waktu saat sedang merasa mumet,  kami hanya nongkrong di cafe terdekat saja.

Semalam, cuaca terasa panas, seakan turun hujan, namun langit tak mendukung. Lalu kami memutuskan menghilangkan penat dengan duduk nongkrong, sambil menyesap secangkir kopi Wamena yang dicampur susu kental manis dan ditemani dengan pisang goreng sambal kacang dan kentang goreng krispi.

Rasanya sangat nikmat, belum lagi didukung dengan pemandangan malam yang indah, lampu – lampu nelayan bersilauan dari kejauhan, angin laut yang sepoi-sepoi semakin menambah indahnya malam kemarin.

Tiba-tiba…….

“sa malas lihat ko, ko su berubah”. Saya shock, dan langsung menoleh ke belakang. Ternyata seorang anak gadis muda berbicara dengan nada marah kepada teman laki-lakinya yang kemungkinan berumur jauh dari dirinya.

Terlihat wajahnya sedang cemberut manis, dan teman laki-lakinya terus merayu sambil menatapnya dengan sesekali menghisap rokoknya dan membuang asapnya ke atas kepalanya.

Dengan sayup saya mendengar “jangan kwatir, saya akan meninggalkan istri dan anakku demi kamu, sayang”.

Sambil membelai rambut anakku, saya tersenyum, namun juga saya merasa aneh.

Tersenyum, karena gombalan kopi sang pria kepada wanitanya sepertinya tepat sasaran, hal ini terlihat dari wajah anak gadis itu yang sudah mulai tak kusut lagi.

Merasa aneh, karena pria itu memanfaatkan anak gadis itu untuk memenuhi keinginannya dan anak itu rela jika teman laki-lakinya meninggalkan istri dan anaknya demi dia.

Belum lagi saya memperhatikan, anak tersebut masih sekolah, terlihat di mejanya ada dua buku cetak, satu buku bahasa Indonesia kelas XII dan buku Matematika kelas XII.

Benar mereka bukan urusan saya, namun saya berfikir, apakah anak itu tidak sadar bahwa dia belum memiliki pekerjaan atau mungkin belum memiliki keterampilan yang baik untuk bekal hidupnya?,

Merelakan pria itu meninggalkan istri dan anaknya, apakah sudah benar atau sudah sungguh-sungguh ataukah hanya diprank saja?,

Jika membandingkan, seorang pria dewasa yang sudah memiliki banyak pengalaman, benarkah dia rela meninggalkan keluarganya demi anak gadis yang belum tau banyak hal tentang kehidupan, termasuk berumah tangga?,

Kuatkah mentalnya dengan berumah tangga diusia muda dengan cap pelakor?,

Mampukan dia berhadapan dengan keluarganya dan keluarga mertuanya dalam posisi dan keadaan seperti itu?,

Tak heran, banyak kasus anak sekolah incar om-om demi duit, kalau dulunya yang heboh anak kuliahan disebut ayam kampus, malah sekarang semakin maju.

Saya berfikir, pemerintah sebaiknya bergerak  cepat melakukan banyak sosialisasi dan penertiban bagi yang bukan pasangan di setiap kelurahan atau mungkin lingkungan RT.

Akan semakin banyak masalah sosial yang akan terus bertambah, jika pembiaran terus dibiarkan tumbuh subur.

Pemahaman bahwa pendidikan dalam berumah tangga akan mendukung hasil yang baik, baik bagi pasangan, maupun bagi anak.

Bukankah banyak orang suka nyinyir, tidak fokus dengan apa yang dimiliki, namun fokus akan milik orang lain sudah sangat hedon saat ini?.

Cetakkannya dari mana? tentu sebagian muncul karena kurangnya pemahaman seseorang sebelum mengambil keputusan penting dalam hidup.

Awalnya, kopi susu Wamena semalam terlihat nikmat, namun pada akhirnya, semuanya terasa kurang rasa, Kecemasan yang mungkin bukan urusan saya telah menjadi penghalang nongkrong santai kami semalam.

Kira-kira pukul 08.30 WIT, kami memutuskan untuk balik ke Abepura Kotaraja tempat kami tinggal, namun tak lupa kopi dan cemilan take away, karena masih tersisa banyak.

Diperjalanan pulang, saya meminta untuk mengambil jalur panjang, lewat Tasangka agar bisa berputar melewati jembatan merah dan menikmati indahnya malam Holtekam sebelum pulang ke rumah.

Di perjalanan saya berfikir, “pantas saja masalah sosial dan kemiskinan susah untuk dihapuskan”.

Delyana Tonapa

I am Delyana