Perjalanan

Tengah Hari Bolong Di The Marlin Seafood Jayapura

Sekitar pukul 11.30 WIT, kami memutuskan menghabiskan waktu senggang  di pantai terdekat, namun kami belum memutuskan pantai mana yang hendak kami kunjungi, kami terus jalan hingga kami tiba di pantai yang ramai dikunjungi banyak orang.

Tepat pukul 12.00 WIT, kami tiba di sebuah cafe di pinggir pantai Hamadi. Tempatnya ramai dan juga diminati pedagang asongan.  Karena kami kesulitan memarkir kendaraan, akhirnya kami masuk ke sebuah cafe saja, namun tempat tersebut full pengunjung juga.

Sebenarnya cafe tersebut cukup nyaman untuk ditempati nongkrong sambil menikmati pemandangan pantai, sekaligus untuk berenang, namun airnya meti (air lautnya surut).

Kami sepakat untuk melanjutkan perjalanan di sekitar pantai, dan tibalah kami di jembatan merah. Tepat diujung jembatan, kami belok kiri dan sepanjang jalan kami terus menoleh ke sebelah kanan untuk memilih tempat nongkrong yang tepat.

Karena kami kebingungan memilih tempat, akhirnya pilihan jatuh di The Marlin Seafood. Sebenarnya semua cafe di sana bagus, hanya saja karena kami susah memilih makanya kami memilih The Marlin.

Bisa dikatakan bahwa cafe ini baru dibuka sekitar dua bulanan atau lebih sedikit dan kami sudah empat kali menghabiskan waktu di sana. Hanya saja untuk menulis sambil menikmati suasana  pantai di sana, sangat tidak cocok untuk membawa laptop. Alasannya karena air lautnya sangat kencang dan tempat colokan juga sangat terbatas.

Jika berbicara soal menu tak perlu diragukan, begitu pula dengan pelayanan dan pemandangannya di pagi dan di siang hari, namun untuk berenang di sini sangat tidak cocok. Well, bagi orang lain mungkin sah-sah saja untuk sekedar duduk dipinggir pantai cafe sambil membasahi kaki.

Tempat ini tidak terlalu ramai seperti lokasi yang kami hendak kunjungi sebelumya, namun sangat aman untuk membawa anak-anak, tempatnya luas dan tidak terlalu panas, karena terdapat beberapa payung sebagai pelindung dari sinar matahari di siang bolong.

Jika saya amati, tempat tersebut begitu dinikmati oleh anggota keluarga, rekan bisnis, orang dewasa dan orang yang sudah berumur (maaf). Ada beberapa bapak-bapak lebih senang duduk menghadap ke laut sambil ngobrol dengan kolega mereka.

Para anggota keluarga lebih memilih duduk dibawah payung dan lesehan sambil sesekali berdiri diujung cafe untuk sekedar berfoto-foto ria dan merekam ombak yang saat itu memang cukup deras.

Entah mengapa, mungkin karena kemarin terjadi dua kali gempa, pada saat saya melihat air laut yang begitu deras, saya sedikit berfikir bahwa ini akibat gempa kemarin. Hehehehehe, Maklum hawa kemarin masih kebawa.

Jika difikir-fikir, ombak deras seperti itu akan mempengaruhi penjualan ikan, nelayan akan susah untuk melaut dan kalaupun mereka tetap memaksakan diri untuk memancing, maka dipastikan harga ikan akan mahal untuk beberapa hari ke depan.

Saat di cafe, kami tak lupa mengabadikan gambar seperti pengunjung  lainnya, namun hal yang saya tidak bisa lakukan di sana tadi adalah saya tidak bisa menulis, karena pemandangan telah menarik hati saya lebih kuat daripada untuk melihat ke hape untuk menulis.

Sekitar pukul 16.00 WIT, kami pulang, dan tak lupa kami lewat jalan lain untuk sekedar membeli buah duku yang sebelumnya telah kami pantau pada saat kami lewat tadi. Harganya agak murah, biasanya harga pasaran Rp. 40.000,00 atau Rp. 35.000,00 namun tadi hanya seharga Rp. 30.000.00. Sangat laris.

Marketing sang pedagangnya sangat bagus, patut untuk ditiru bagi penjuah buah lainnya. Mengapa saya katakan demikian?, karena mereka memilih tempat yang strategis, harganya murah, pedagannya ramah dan lincah saat melayani pelanggan, tidak menyebabkan macet, walau banyak kendaraan yang parkir disebelahnya dan tidak membayar tempat jualan. Mereka menggunaka mobil open cup.

Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan pulang, namun karena anak saya ketagihan dengan taman yang kami kunjungi pada hari sebelumnya, dia meminta untuk belok kanan di ujung jalan untuk mengunjungi taman tersebut, namun karena kurang beruntung, arena permainan balon belum buka. Dengan wajah yang agak marah, dia terdiam dan kami memutuskan untuk pulang.

Sekitar pukul 17.00 WIT, kami tiba di rumah. Setelah di rumah, saya membersihkan seperti tugas pada umumnya dan beristrahat sejenak. Sekitar pukul 18.00 WIT, saya menyantap buah duku yang kami beli tadi. mmmmm…….Rasanya manis, semanis hati ini yang telah refreshing, dan juga hari ini adalah Hari Ulang Tahun Pekabaran Injil Di Tanah Papua.

Delyana Tonapa

I am Delyana