Guru, Siswa dan Orangtua Siswa

Efek Kemajuan Teknologi Bagi Siswa

Tak ada yang tak kenal teknologi. Di zaman canggih seperti sekarang, hampir semua orang menggunakan teknologi, minimal menikmati teknologi.

Teknologi adalah hasil penerapan ilmiah yang tujuannya untuk mempermudah kerja manusia agar menjadi praktis dan dinamis.

Kemajuan teknologi menuntun kita berfikir cepat, tetapi tidak menuntun kita berfikir dua kali.

Tak sedikit orang menggampangkan segala sesuatu karena adanya teknologi.

Sebenarnya tak salah, namun hanya sedikit orang menyadari bahwa kehadiran teknologi tak  bisa  membuat kebiasaan berfikir terabaikan. 

Teknologi masih membutuhkan manusia untuk berfikir membuat dan menciptakan teknologi, minimal untuk mengupgrade teknologi yang sudah ada.

Sungguhpun semakin canggih sebuah teknologi, manusia tetap dibutuhkan untuk berfikir. Tidak semua hal dapat diatasi oleh teknologi, misalnya tentang membentuk karakter.

Yah, berfikir cepat. Persaingan semakin ketat sehingga manusia harus berfikir cepat, namun dinamis.

Tindakan ini memiliki efek yang kurang baik dimana manusia kurang menyadari akan hal yang tak perlu dilakukan. 

Keadaan seperti ini menuntut orang untuk berfikir dua kali. Contoh sederhana adalah kehadiran Smartphone.

Smartphone / ponsel cerdas atau dengan kata lain telfon genggam yang memiliki kemampuan tingkat tinggi memiliki keuntungan yang luar biasa bagi penggunanya.

Dalam hal ini, kepada siswa (i) dan Guru-guru.

Selama Pandemi, Guru dapat mengajar dari rumah berkat kehadiran teknologi yaitu  Smartphone dan teknologi tanpa kabel (Wifi).

Hal ini sangat berguna, kehadirannya juga membantu Orangtua siswa dalam mengajar anak-anak mereka di rumah, khususnya selama study from home. 

Dengan kata lain, jika ada tugas yang rumit, Orangtua dan anak sering mencari bantuan di mbah Gugel, jika di rasa penjelasan Guru tidak memuaskan atau dirasa kurang jelas, alasannya supaya cepat selesai. (mencari yang praktis).

Nah, hal seperti ini yang keliru, mengapa? karena tidak membiasakan anak berfikir bagaimana memecahkan masalah sendiri, bagaimana berfikir kritis, hanya menggunakan jalan pintas melalui mbah Gugel.

Tak bisa terbantahkan bahwa hasil  teknologi seperti mbah Gugel memang sangat fantastis, mampu memberikan informasi yang begitu cepat kepada para penikmatnya.

Namun efek buruknya juga ada jika tidak digunakan dengan bijak. Memanjakkan diri untuk menggapai sesuatu secara praktis akan mempersulit pemakaiannya, khususnya siswa (i). 

Jika sejak dini membiasakan diri tidak berfikir kritis atau hanya menghandalkan yang gampangnya saja, maka dikawatirkan kwalitas siswa (i) lulusan Corona atau Siswa yang bersekolah selama Pandemi akan menurun drastis.

Tak bisa dibayangkan jika suatu saat, siswa (i) yang bersekolah saat ini akan dikucilkan, karena tidak memiliki kemampuan yang bisa di harapkan. Tentu semua orang tidak ingin ini terjadi.

Agar hal ini tidak terjadi, sebaiknya teknologi digunakan dengan bijak, tetap menggunakannya, namun menggunakan kemampuan sendiri harus tetap di asah.

Zaman sekarang, teknologi mewujudkan banyak impian termasuk meningkatkan hasil produksi, misalnya di bidang industri, bidang pertanian dan lain-lain.

Jika teknologi selalu didewakan karena dianggap sanggup menyelesaikan segala kebutuhan, kesulitan dan kewajiban dengan mudah, maka efek buruknya akan lebih dominan.

Seyogyanya, kehadiran teknologi adalah keuntungan besar bagi umat manusia, karena dapat dipermudah dalam berbagai hal.

Namun jika teknologi selalu dihandalkan oleh siswa (i), maka dikawatirkan siswa (i) akan kesulitan untuk memecahkan masalah atau menciptakan sesuatu termasuk menciptakan alat canggih seperti teknologi.

Mengupayakan diri untuk selalu menyelesaikan tugas minimal 70 persen secara mandiri dan menggunakan akal sendiri  adalah cara yang bijak belajar selama Pandemi.

Baca Juga :

  1. Siswa harus mengenal masyarakat 5.0
  2. Teknologi berperan aktif di masa kini dan seterusnya

 

 

 

Delyana Tonapa

I am Delyana