Guru, Siswa dan Orangtua Siswa

Prediksi Setelah Pandemi Di Sekolah

Sumber Gambar : pixabay.com

Pandemi telah merusak mata pencarian banyak orang. Tidak sedikit orang  kehilangan keluarga karena hadirnya Covid-19.

Pandemi telah merubah banyak kebiasaan, seperti kebiasaan bersosialisasi dan kebiasaan belajar.

Pandemi juga telah merubah pola fikir manusia akan suatu peradaban. Tatanan adat istiadat yang biasa dilakukan oleh masyarakat sekitar, seperti upacara adat kematian, upacara adat pernikahan, syukuran dan lain-lain.

Upacara rutin setiap hari Senin akan berbeda, sebelum Pandemi, siswa berdiri hanya berjarak satu meter, namun kedepannya akan diatur menjadi dua meter atau lebih dengan menggunakan masker.

Jika luas lapangan dianggap tidak muat dengan jumlah siswa yang banyak, maka kemungkinan akan ada jadwal pembagian kelas, agar semua siswa (i) tetap mengikuti upacara bendera secara bergantian setiap minggu.

Demikian juga di sekolah, kebiasaan berkumpul bersama-sama, kerja tugas dalam bentuk team, bermain bola atau yang lainnya akan di hilangkan hingga waktu yang belum ditentukan.

Sungguhpun siswa belajar di Sekolah, kapasitas kelas hanya bisa di gunakan oleh beberapa siswa saja, sehingga jadwal pembagian belajar  kemungkinan akan berubah drastis seperti sebelum Pandemi.

Kemungkinan siswa  (i) tidak harus belajar 5 – 6 hari  di sekolah, masalahnya jumlah belajar siswa dibatasi dan diatur dengan siswa kelas lain.

Jumlah belajar di sekolah yang sebelumnya 7 – 8 jam perhari kemungkinan akan  dikurangi, mengingat pihak sekolah akan memberikan waktu bagi siswa dan Guru untuk memiliki waktu beristrahat, agar imunitas tubuh siswa (i) dan Guru-guru tetap terjaga.

Selain itu, kemungkinan sekolah-sekolah akan mengadakan kegiatan baru sebelum pembelajaran di mulai, seperti berjemur di pagi hari, dengan kata lain seluruh Siswa (i), Guru-guru dan Staff TU diwajibkan untuk berjemur sebelum kegiatan dimulai, gunanya untuk meningkatkan daya tahan tubuh.

Prilaku siswa sebelum Pandemi akan berubah setelah Pandemi. Kebiasaan mencium tangan Guru sebagai wujud membuktikan rasa hormat siswa (i) kepada Guru kemungkinan tidak diperbolehkan lagi, yang kemungkinan akan diganti dengan salam menyatukan kedua tangan di dada, melambaikan tangan, salam siku atau kaki, atau menundukkan sedikit kepala.

Tugas Guru piket kemungkinan akan bertambah, selain mengawasi siswa (i) yang tidak mematuhi tata tertib sekolah, sekarang akan bertambah untuk mengawasi siswa (i) yang tidak mematuhi protokol dengan baik dan benar.

Guru-guru yang biasanya sering tidak memiliki jam pelajaran pada waktu-waktu tertentu dan memilih duduk berkumpul bersama Guru lainnya tidak akan di perbolehkan lagi.

Hal yang dikwatirkan yaitu learning lost atau kehilangan kemampuan dan pengalaman belajar bagi siswa. Sebagian besar Guru menilai sebagian besar siswa (i) tidak memenuhi standar kompetensi.

Guru lebih menonjolkan rasa memaklumi  karena alasan  Covid-19 dan kondisi situasi siswa (i) untuk membantu Orangtua mencari nafkah selama Pandemi.

Hal ini perlu diperhatikan bahwa jika situasi seperti ini terus terjadi, maka kemungkinan kemampuan siswa (i) akan menurun, atau bisa dikatakan jika sekolah tatap muka kembali diaktifkan, maka Guru-guru perlu berusaha lagi atau mereset ulang tentang pemahaman dan cara belajar yang baik dan benar.

Selalu ada perubahan. Awal-awal perubahan akan terasa rumit dilakukan, namun tak mungkin hanya duduk diam  sambil meratapi keadaan atau bersembunyi dari peradaban baru.

Hidup terus berjalan, dunia terus bergerak maju, Hal yang perlu di lakukan adalah beradaptasi dengan keadaan dan terus bergerak maju.

Baca Juga :

  1. Mengajar dan belajar online terasa berat diongkos
  2. Plus minus new normal bagi sekolah
  3. Pro dan kontra bersekolah di tengah Pandemi

Delyana Tonapa

I am Delyana