Kebiasaan Yang Membuat Siswa Malas Belajar
Bikin onar, main game, janji ketemuan dengan teman-teman sambil duduk-duduk di pinggir pantai, main futsal, main sepak bola hingga lupa waktu, duduk di pinggir lapangan sambil mabuk-mabukan.
Ini adalah beberapa kebiasaan dan kegiatan siswa (i) yang kerap membuat siswa lupa hingga malas belajar.
Sadarkah kalian bahwa tongkat estafet pembangunan bangsa ada di tangan kalian?,
Kalian adalah generasi muda yang sangat diharapkan oleh bangsa, apakah kalian tau akan hal ini?,
Permata keluarga adalah kalian, selain sebagai penerus dan pembawa nama keluarga, siswa juga adalah tempat mereka bersandar di masa mendatang, pernahakah kalian fikirkan ini?.
Memang, ada istilah :
isilah masa mudamu, karena masa muda datangnya hanya sekali dalam hidup.
Apakah kalian mengerti terminologi tersebut?
Jangan sia-siakan masa muda kalian dengan melakukan kegiatan yang berlebihan dan tidak masuk akal.
Mungkin nasehat ini kerap kalian dengarkan dari Orangtua, keluarga terdekat, Wali kelas, Guru BK dan lain-lain.
Tetapi, pernahkan siswa (i) menyadari bahwa tujuannya baik, atau mungkin kalian sudah tau, tetapi kalian acuh dengan mengharapkan Orangtua atau keluarga kalian anggap mampu membantu kalian setiap akan mengalami kesusahan?.
Seperti pada artikel sebelumnya sudah dijelaskan untuk selalu giat belajar dalam keadaan apapun, dimanapun dan dengan siapapun.
Baca juga :
Namun faktanya pada penerimaan hasil belajar pada semester genap tahun ajaran 2020/2021, mayoritas siswa mendapatkan nilai yang kurang memuaskan.
Penilaian ini bukan, karena faktor hadirnya Covid-19 saja, namun karena minat belajar benar-benar hampir hilang. Siswa sudah tidak begitu perduli akan pentingnya belajar.
Faktor yang menyebabkan siswa malas belajar atau minimal malas membaca adalah karena seperti yang sudah disebutkan pada awal paragraf tadi, juga karena tidak adanya self driving dari siswa itu sendiri.
Fenomena akan tau jika sudah kepepet atau istilah lainnya the power of kepepet sangat kuat di benak siswa dan mungkin beberapa Orangtua siswa.
Anggapan bahwa suatu saat mereka akan tau apa yang mereka akan lakukan, tau apa yang akan mereka kerjakan untuk mengais rezeki.
Bisa dibayangkan jika pemikiran tradisional ini dibiarkan, kira-kira akan kemana generasi bangsa nantinya?
Apakah semua orang memiliki nasib yang sama?, atau apakah semua orang akan beruntung?. BIG NO!
Untuk mencapai sebuah kesuksesan terkadang orang melalui banyak rintangan, yah, ada juga orang yang beruntung, dimana kendala yang dihadapi tidak sukar, namun pasti suatu saat akan dihadapkan dalam suatu masalah. nah, jika tidak terbiasa melewati hal yang rumit, kemungkinan akan gagal.
Contoh : seorang anak yang lulus sekolah ingin melamar pekerjaan, terkadang dia harus mengikuti banyak pelatihan atau banyak belajar untuk bisa hebat dan mungkin bisa mendapatkan penghasilan lebih dengan cara belajar sendiri, berbekal ilmu dari sekolah, atau melihat orang lain bekerja (belajar dari cara kerja orang lain).
Jika dia sudah memiliki banyak bekal, banyak keterampilan atau banyak referensi dari berbagai sumber, tentu dia akan memiliki banyak akal untuk mengatasi masalah, kendala dalam bekerja, sebaliknya anak yang mendapatkan pekerjaan atau sesuatu dengan mudah, kemungkinan akan kesusahan mengatasi masalah yang akan dia hadapi nanti, alasannya karena dia tidak memiliki banyak ilmu dan tidak tidak banyak belajar.
Hal ini serupa dengan permasalahan kehidupan, semakin sering belajar dari berbagai sumber akan sebuah masalah, semakin banyak bekal pelajaran hidup yang dimiliki.
Dalam hal ini, sebaiknya siswa terus melatih diri. Mempersiapkan diri untuk masa depan dengan meninggalkan kebiasaan buruk seperti yang sudah dijelaskan pada awal paragraf akan membuat siswa tidak terlalu kesusahan untuk menghadapi masa depan yang penuh persaingan.
Tetaplah giat belajar.