GuruSiswa

Pengertian Model Hybrid Learning

Sumber Gambar : pixabay.com

Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) adalah alternatif satu-satunya yang digunakan oleh mayoritas tenaga pendidik saat ini. Bagaimana tidak, jumlah korban Covid-19 di Indonesia terus meroket, mendorong mentri Pendidikan Nadiem Makarim berfikir cepat, agar sekolah tidak menjadi klaster penyebaran virus.

Dilansir dari dikutipnews.com, Dalam rapat kerja bersama komisi X DPR pada tanggal 02 Juli 2020 Nadiem Makarim mengatakan “Pembelajaran jarak jauh, ini akan menjadi permanen. Bukan pembelajaran jarak jauh pure saja, tapi hybrid model. Adaptasi teknologi itu pasti tidak akan kembali lagi”

Lanjut beliau menuturkan “Kesempatan kita untuk melakukan berbagai macam efisiensi dan teknologi dengan software dengan aplikasi dan memberikan kesempatan bagi guru-guru dan kepala sekolah dan murid-murid untuk melakukan berbagai macam hybrid model atau school learning management sistem itu potensinya sangat besar,”

Yang menjadi pertanyaan besar adalah apakah pengertian Hybrid Model Pembelajaran dan bagaimana cara mengimplementasikannya dalam pembelajaran jarak jauh?.

Hybrid learning merupakan sebuah istilah penyebutan untuk suatu strategi pembelajaran Blended/Hybrid Learning. Jika fokus terhadap kata  blended berarti campuran, atau mengandung satu cara dengan cara lainnya.

Menurut Jay Caulfield (2011), Hybrid learning adalah program yang mengurangi ‘waktu tatap muka’ yang digantikan oleh waktu yang dihabiskan di luar ruang kelas tradisional. dengan kata lain, pembelajaran tidak selalu diadakan di dalam ruang kelas.

Garrison & Vaughan (2008) blended learning adalah perpaduan yang baik antara pengalaman pembelajaran online dan tatap muka. dari hal ini bisa diartikan bahwa pembelajaran tidak hanya dilakukan di dalam kelas, tetapi juga bisa dilakukan dari jarak jauh.

Dari penjelasan tersebut dapat diartikan bahwa hybrid learning adalah penggabungan pembelajaran yang mengitegrasikan pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran jarak jauh.

Melihat hal ini, berarti pembelajaran tidak hanya menggunakan sumber belajar dari buku cetak,  tetapi juga sumber belajar online, serta menggunakan alat komunikasi secara online seperti Whatsapp, Google classroom, Zoom, Microsoft Teams dan lain-lain.

Langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk melaksanakan Hybrid learning adalah :

  1. Menentukan Bahan Ajar. Setelah melihat Kompetensi Dasar, maka Guru dapat menentukan materi apa yang akan diberikan kepada siswa (i)dan mengaturnya secara apik. Jika pembelajaran dilakukan secara daring, maka, Guru harus mengatur waktu berapa lama kegiatan online berlangsung, agar siswa (i) tidak merasa kekurangan atau kehabisan kuota (pulsa data)
  2. Merancang Blended/Hybrid Learning. Berkoordinasi dengan pihak kurikulum untuk mengatur kapan waktu yang tepat agar bisa melakukan tatap muka di kelas, apakah sekali atau dua kali sebulan dan atau dibagi beberapa siswa per kelas (menggunakan sesi waktu yang berbeda per kelas). Untuk sekolah kejuruan, intensitas pertemuan untuk pelajaran jurusan mungkin lebih banyak tatap muka untuk praktek.
  3. Melakukan uji coba terhadap rancangan yang dibuat Guru. hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah kegiatan ini efektif atau tidak, jika tidak berarti ada perbaikan yang harus dilakukan oleh Guru yang akan bekerja sama dengan wali kelas dan bagian Kurikulum sekolah.
  4. Menyiapkan kriteria penilaian secara daring dan luring. Hal ini tentunya Guru harus menyampaikan SOP dalam pembelajaran tatap muka dan pembelajaran jarak jauh.

Jika merujuk dari model pembelajaran ini, maka bentuk Perangkat Pembelajaran yang seyogyanya digunakan adalah RPP model  kombinasi, yaitu RPP tatap muka dan RPP pembelajaran jarak jauh.

Referensi :

Caulfield, J. (2011). How to design and teach a hybrid course : achieving student-centered learning through blended classroom, online, and experiential activities. Stylus Pub.

Garrison, D. R., & Vaughan, N. D. (2008). Blended learning in higher education : framework, principles, and guidelines. Jossey-Bass.

 

 

Delyana Tonapa

I am Delyana