GuruOrangtua Siswa

Tidak Hanya Guru, Orangtua Juga Bisa Menjadi Coach Bagi Anaknya.

Sumber Gambar: pixabay.com

Salah satu teknik untuk meningkatkan hasil pembelajaran adalah Pendampingan Coaching. Coaching menjadi salah satu proses ‘menuntun’ memerdekaan belajar murid dalam pembelajaran di sekolah, karena pendampingan dengan pendekatan coaching  menjadi proses yang sangat penting dilakukan.

Coaching adalah proses menghantarkan seseorang (coachee) dari situasi dimana sekarang ini siswa berada ke situasi yang dia inginkan di masa depan, atau proses dimana seorang pelatih /guru atau coach membantu siswa untuk mencapai tujuan, mengembangkan keterampilan, menyelesaikan masalah, merencanakan tindakan  dan memberikan support.

Saat guru berperan sebagai coach, maka guru tersebut sebagai mitra siswa yang memampukan mereka untuk bisa menemukan situasi yang inginkan di masa mendatang, seperti cita-cita, perubahan karakter saat ini menjadi lebih baik di masa mendatang, dan lain-lain.

Kegiatan coaching dapat mengembangkan proses kreatifitas pemikiran, memberikan inspirasi dan memunculkan potensi siswa, sehingga mereka mampu mengetahui diri mereka dan langkah-langkah apa yang harus dilakukan dan tidak lakukan untuk meraih masa depan.

Peran Orangtua Sebagai Coach

Tak hanya guru, Orangtua juga sebenarnya adalah coach, tanpa disadari, sejak bayi orangtua sudah melakukannya, karena umur berapapun anak bisa di-coach.

Secara umum, peran coach sebagai Orangtua sama halnya dengan peran coach sebagai guru, namun memiliki perbedaan batas waktu untuk coaching. Guru hanya bisa mendampingi siswa sesuai jam sekolah, dan hanya beberapa situasi saja terjadi komunikasi jarak jauh, tetapi tidak dengan Orangtua.

Menurut Naindra Pramudita (Dita), professional coach, dalam sesi sharing dengan tema “Parent as Coach” bersama para orangtua di Klub Oase, terdapat tahapan coaching Orangtua bersama anak, yaitu :

Respect

Jika melihat situasi saat ini, menghargai “respect” adalah tindakan yang hampir tidak dimiliki oleh anak, mengapa?, karena mereka mudah terpengaruh dengan berbagai informasi yang mereka baca dan tonton dari berbagai  media sosial  yang begitu masif, sehingga tak sedikit rasa menghormati sudah tidak diutamakan lagi.

Dari sinilah peran Orangtua diharapkan menjadi coach bagi anak sejak dini, agar mereka selalu peka akan rasa menghormati kepada sesama manusia, sehingga mereka bisa didengarkan.

Listening

Membiasakan anak, membimbing anak untuk mau mendengarkan oranglain merupakan salah satu cara untuk menghargai orang lain, walalupun mungkin tidak sama dengan fakta, namun dengan mau mendengarkan, maka orang akan bisa mengerti. “If you listen me, I will understand you”.

Hal serupa juga, sebagai Orangtua sepatutnya mendengar seruan hati anak untuk memilih hal apa yang sebaiknya mereka pilih atau lakukan sejak dini dan tentu dalam pemantauan dan bimbingan Orangtua.

Understand

Setelah mendengarkan keinginan anak, mengerti adalah bagian yang tak bisa terlupakan, karena pada bagian ini, Orangtua selaku coach akan dihadapkan dengan keadaan yang mungkin bertolak belakang dengan keinginan akan tujuan anak di masa depan.

Disinilah peran Orangtua sangat dibutuhkan untuk

Appreciate

Orang tua yang memposisikan diri sebagai coach akan menghargai anak sebagai individu yang memiliki potensi dan bakat dalam diri mereka, yang mungkin saja sangat berbeda dengan orang tuanya. Maka orang tua yang sadar, tentu akan berusaha menyelami aspirasi dan harapan terhadap masa depan cita-cita dan masa depan anak, karena hal demikian merupakan adalah milik mereka, sehingga mereka sendiri yang perlu memutuskan mana yang mereka pilih. Dengan cara demikian dapat membantu anak untuk belajar menghargai pendapat orang lain.

Support

Tak bisa dipungkiri bahwa terkadang anak dihadapkan dengan masalah yang besar, baik dalam mengerjakan tugas, pertemanan dan lain-lain, sebagai coach tentu harus mampu memberikan dukungan kepada anak agar mereka selalu memiliki solusi dalam mengatasi masalah, bukan menjadi bodyguard anak yang mengakibatkan anak tidak bisa memiliki kemampuan sebagai self defender (pembela diri).

Responsible

Memiliki rasa bertanggung jawab adalah salah satu sikap yang tak boleh lupa ditanamkan kepada anak, hal ini bisa dimulai dari hal kecil, seperti bertanggung jawab untuk merapikan mainan setelah digunakan, bertanggung jawab akan kesalahan yang sengaja dan tidak sengaja dilakukan, dan lain-lain.

Independent

Bekerja dengan kelompok atau tim adalah langkah awal anak belajar berkolaborasi, namun perlu difahami bahwa tidak selamanya anak akan bekerja sama untuk menyelesaikan sesuatu di dunia ini, akan ada saatnya anak mengerjakan sesuatu secara independent atau secara mandiri, jadi mengenalkan kondisi seperti ini akan memberikan bekal atau pengalaman anak untuk bisa menghadapi masa depannya dengan baik.

Dengan melihat beberapa penjelasan tentang coaching di atas, maka sejak dini, baik guru maupun Orangtua sebaiknya berusaha untuk lebih mendalami peran sebagai coach, sehingga siswa atau anak mampu menghadapi masa depannya dengan baik.

Yuk, belajar menjadi coach.

Baca Juga :

  1. Kreativitas bukanlah sesuatu yang dimiliki, tetapi sesuatu yang harus dilakukan
  2. Tak masalah jika tak lulus SNMPTN, berikut 4 alasanya
  3. Mengapa mama-mama semakin pintar selama Pandemi?

Delyana Tonapa

I am Delyana