Guru, Siswa dan Orangtua Siswa

Plus Minus New Normal Bagi Sekolah

Ditengah semberautnya ekonomi akibat Pandemi, President Republik Indonesia, Joko Widodo telah mengaungkan rencana penerapan New Normal, dikutip dari kompas.com, Rabu, 27 Mei 2020 menyatakan bahwa Indonesia harus tetap produktif, tetapi aman dari virus Covid-19.

Hal serupa juga disampaikan oleh juru bicara penangana COVID-19, Achmad Yurianto bahwa satu-satunya cara yang kita lakukan bukan dengan menyerah tidak melakukan apapun, melainkan kita harus jaga produktivitas kita agar dalam situasi ini kita produktif, namun tetap aman dari COVID-19.

Sosialisai besar-besaran dilakukan oleh Pemerintah agar perekonomian tetap berjalan. Hal ini membuat semua Aparatur Negara bergegas mengambil strategi agar tetap aman dalam menjalankan tanggung jawab selama masa Pandemi.

Mengetahui hal ini, dunia pendidikan tidak tinggal diam, tetap ada gebrakan agar siswa (i) tetap belajar, namun untuk kembali ke sekolah masih dalam pengajian yang mendalam. Menurut Nadiem Anwar Makarim, B.A, M.B.A mengatakan bahwa keputusan ini masih menunggu keputusan dari berbagai pakar-pakar dan Petugas Gugus percepatan penanganan COVID-19.

Ada pertimbangan jika New Normal (Penormalan Baru) diberlakukan akan banyak perbaikan-perbaikan diberbagai bidang Pendidikan dan ini bisa bermanfaat agar tidak ketinggalan trend, namun tentu saja Pemerintah tidak akan gegabah menentukan waktu yang tepat untuk kembali aktif ke sekolah.

Dengan adanya rencana ini, telah memunculkan beragam pandangan dari berbagai pihak, ada yang mendukung dan ada yang tidak, dengan melihat keuntungan dan kerugiannya sebagai berikut :

Keuntungan jika New Normal diberlakukan untuk sekolah adalah siswa (i) kembali belajar dan berinteraksi dengan teman-teman dan Guru-guru, bebas berdiskusi tentang materi pelajaran yang mungkin tidak dimengerti selama study from home, kejenuhan karena terlalu lama berada di rumah yang kemungkinan bisa menimbulkan stress pada anak akan sedikit terobati, walau tetap mematuhi peraturan menjaga jarak.

Sedangkan kerugian yang mungkin terjadi jika New Normal diberlakukan bagi sekolah adalah dikhwatirkan sekolah akan menjadi klaster penyebaran virus karena siswa (i) tidak bisa mematuhi aturan untuk menjaga jarak. seperti yang diketahui, pemahaman secara mendalam anak untuk tidak melakukan kontak langsung dengan teman-teman agak sulit mereka terapkan mengingat mereka masih dalam tahap pertumbuhan dan memiliki rasa ingin tau tanpa memikirkan sebab akibat, siswa (i) belum cukup mampu mengontrol keinginan untuk tidak bermain dengan teman-teman yang bisa mengakibatkan mereka saling kontak langsung.

Pertimbangan plus minus New Normal bagi sekolah memang sangat susah, namun tentunya para otoritas Pendidikan tidak akan mengorbankan pendidikan anak, sebaliknya menginginkan agar generasi ini tetap cerdas walau berada dalam masa transisi.

Peran Orangtua, Guru dan Siswa (i) itu sendiri sangat penting agar jika New Normal diberlakukan bagi sekolah, senyuman bisa kembali mekar, tanpa ada rasa cemas dan takut. Tentu kunci yang harus dipegang adalah menjaga kesehatan dan mematuhi peraturan Pemerintah untuk selalu menjaga jarak dan menggunakan pelindung diri.

Delyana Tonapa

I am Delyana