Guru, Siswa dan Orangtua Siswa

Sewaktu Pak Guru Menyuruh Saya Mencuci Kloset.

Sumber : pixabay.com

“Hukuman apa yang tidak bisa kamu lupakan pada saat masih di bangku sekolah?”.

Kembali lagi Dels. Apa kabar anda hari ini.

Saya berharap para Dels tetap prima dan produktif, yah!.

Pernahkah Dels tak sengaja ngobrol tentang masa sekolah dulu dengan kolega, relatif atau mungkin tetangga?.

Kalau pernah, bahas tentang apa?,

Opss, let me guess!.

Nanya pelajaran yang tidak disukai, yah? (jangan bilang pelajaran bahasa Inggris dan matematika) 🤦,

atau nanya kebiasaan bolos?,

atau nanya tentang mantan di sekolah dulu?,

atau nanya tentang pernah kerjain Guru?

or bahas tentang Guru galak?.

Yah, itu sudah menjadi trend jika membuka masa lalu tentang masa sekolah pasti pertanyaanya berkutat di situ.😀😀😀

Tapi it’s ok, itu tandanya kalian masih kangen sekolah kalian dulu, dan para Guru kalian pasti senang jika demikian.

Well Dels, pernah baca ini?

“Masa lalu itu adalah hal di mana kita bisa kembali atau hal di mana kita bisa melupakan.”

Ini adalah salah satu kalimat motivasi tentang masa lalu yang bisa di jadikan pegangan hidup.

Tak sedikit orang berkata bahwa lupakan masa lalu dan majulah untuk masa depan, tetapi jika mengingat masa lalu saat masih di bangku sekolah, khususnya bangku SMA/SMK, saya fikir sangat susah untuk dilupakan seutuhnya.

Mengapa demikian?

Karena masa SMA/SMK datangnya hanya sekali, masa dimana rata siswa (i) berumur 15 – 18 tahun, pada umur ini, siswa sudah mulai membangun identitas diri. 

Masa ini merupakan masa transisi untuk mencapai usia dewasa. Dikutip dari Healthy Children mengkategorikan sisi psikologis menjadi dua yaitu sisi emosional dan sisi sosial.

Masa di SMA/SMK siswa (i)  kerab berbuat ulah yang seolah-olah tidak ingin dipegang atau diatur. Mereka lebih memilih mengikuti kata hati yang sebenarnya mereka belum faham seutuhnya dan mendahulukan pertemanan.

Hal seperti ini yang kerab membuat siswa melakukan pelanggaran di sekolah, seperti tentang pekerjaan rumah, tugas rutin kelas, jadwal kerja bengkel dan lain – lain.

Bahkan tak sedikit siswa mudah terprovokasi untuk melakukan hal yang membuat tanduk Guru berdiri yang mengakibatkan mereka memilih untuk telat masuk kelas hingga bolos sekolah.

Terkadang kejadian seperti ini membuat Guru mengambil tindakan untuk mendisiplinkan mereka, sehingga ganjaran yang terasa berat atau menjijikkan bagi siswa terpaksa mereka lakukan.

Ada banyak hukuman yang tujuannya mendisiplinkan siswa (i), seperti mengangkat sampah, berlari memutari lapangan, menulis satu buku tentang perjanjian tidak akan mengulangi kesalahan lagi, hingga membersihkan kloset siswa.

Dari beberapa hukuman tersebut ada hukuman yang sering diingat alumni atau bahasa sekarang viral, seperti:

  • Mengerjakan Tugas Di Depan Kelas Atau Menggantikan Guru Menjelaskan Materi Ajar. Siswa yang sering terlambat masuk ruang kelas,  tidak menggerjakan pekerjaan rumah dan kerab tidak konsentrasi pada saat Guru sedang mengelaborasikan materi cocok diberikan hukuman ini. Tak jarang siswa merasa grogi kepada teman kelasnya, karena hukuman ini yang terkadang membuat siswa memiliki wajah merah seperti kepiting rebus atau gemetar di depan teman kelas, karena malu atau tidak menguasai materi. 
  • Menulis Surat Permintaan Maaf Dengan Baik Dan Benar. Ganjaran ini sama dengan menulis perjanjian dalam satu buku tulis. Jika siswa melakukan pelanggaran kedisiplinan maka Guru akan meminta untuk menulisnya.  Hal ini bisa saja terjadi lebih dari lima kali, karena siswa tersebut merasa bersalah dan membuatnya tidak berkonsentrasi dalam menulis. Namun pernah terjadi kecurangan dimana siswa yang bermasalah meminta bantuan teman-temannya untuk menulis tugasnya, tapi untungnya ide nakalnya itu ketahuan.
  • Membersihkan Kloset. Nah, ini yang sering membuat siswa merasa dongkol, namun sering membuat siswa tertawa lebar. Tak jarang siswa bercerita bahwa di rumah mereka tidak pernah bersihkan kloset, tapi masuk bersekolah di sini dia harus melakukannya. 

Masih banyak ganjaran yang sering siswa super aktif dapatkan di sekolah, namun setelah lulus sekolah mereka menjadikannya lelucon yang mengocak perut mereka.

Hendaknya melupakan pengalaman sekolah tidak perlu seutuhnya, namun dijadikan hiburan atau penyemangat untuk meraih cita-cita dan impian.

Pada dasarnya, Guru tidak ingin memberikan ganjaran kepada siswa yang melakukan pelanggaran, namun untuk memberikan didikan, agar siswa tau kesalahannya, terpaksa Guru harus melakukannya.

Baca Juga : 

Jangan lupa kunjungi dan subscribe Del Channel Ok.

Delyana Tonapa

I am Delyana