Kamu Adalah Apa Yang Kamu Fikirkan
Pagi tadi, seorang siswa menceritakan permasalahannya tentang alasan mengapa dia tidak gabung di beberapa kelas meeting via zoom dan alasan tugas di semester ini belum terselesaikan.
Dia menceritakan tentang persoalan hidupnya dengan latar belakang keluarganya.
Dari semua penjelasannya, saya terfokus akan kekwatiran dirinya yang seakan telah termakan oleh perkataan orang akan masa depan.
Saya menceritakan akan keadaan hidup saya. Dia shock, karena nasibnya hampir sama dengan saya.
Saya katakan “semua orang memiliki jalan hidup yang berbeda, ada yang awalnya mulus, tetapi di suatu saat pasti akan berhadapan dengan permasalahan hidup. Apakah bersumber dari keluarga, teman atau lingkungan”.
Saya pun menjelaskan bahwa yang menghantarkan saya bisa berada di sini karena kesabaran, ketekunan dan disiplin.
Yah, tidak 100%. itu pasti.
Saya juga manusia biasa, namun mayoritas diantara semua tindakan dan sikap saya adalah yang saya katakan tadi.
Awalnya, dia tidak yakin akan cerita hidup saya, namun akhirnya dia percaya karena saya menjelaskannya secara jujur.
Saya katakan kepadanya “ke depannya akan tetap ada masalah atau pergumulan hidup, tetapi semuanya tergantung dari bagaimana cara kamu menyikapinya, jika kamu terbawa arus, terbawa omongan atau perkataan orang, maka kamu akan demikian, demikian juga apa yang kamu fikirkan itu akan terjadi”.
Saya sebenarnya prihatin akan permasalahan anak tersebut. Saya bisa rasakan apa yang dia alami.
Kasihan dia, namun saya tidak bisa berbuat banyak, karena saya tidak memiliki otoritas akan pergumulan yang dia hadapi.
Pasti, ada siswa lain juga di luar sana yang mengalami pergumulan serius. Tetapi saya berharap, mereka tetap kuat dan mampu melaluinya.
Dia bertanya “apakah benar bahwa segala sesuatu akan indah pada waktunya?”.
Saya katakan kepadanya bahwa selama kita masih berada di dunia, tak akan ada yang indah selamanya.
Masalah atau pergumulan akan bisa terselesaikan jika kita mampu melaluinya, namun setelah itu akan ada masalah lagi, begitu seterusnya.
Selama kita hidup akan ada masalah.
Saya katakan kepadanya bahwa kamu hebat, dengan masalah seperti ini, kamu masih bisa bertahan, kekurangannya hanya satu, kamu tidak bisa fokus menyelesaikan tugas sekolah.
“Apakah kamu berfikir bahwa tidak menyelesaikan sekolah tidak apa-apa, karena kamu memiliki masalah hidup? orang akan memaklumi itu?, Apakah kamu berfikir keadaan akan memaklumi masalah yang kamu hadapi?, Big no. Semakin kamu terjatuh, semakin mereka senang, kamu sukses pun belum tentu semua orang menghargai kamu, alasannya karakter orang berbeda-beda”.
Sambil menahan air mata, saya terus meyakinkan dia bahwa dia adalah anak yang kuat, sabar dan penuh semangat.
Jujur, mendengarkan curhatan siswa adalah hal tersulit menjadi seorang Guru. Guru hanya sebagai pendengar dan sedikit memberikan saran, motivasi dan pujian, tak bisa berbuat lebih.
Entah apa nama pelajaran yang bisa ditambahkan di sekolah untuk siswa pelajari, agar mereka bisa menghadapi pergumulan hidup, jika ada, hal itu akan sangat berguna bagi mereka.
Masalahnya, tidak semua siswa beruntung, tidak semua siswa berasal dari keluarga yang baik.
Tidak semua siswa diperlakukan layaknya sebagai seorang anak di dalam keluarganya.
Setelah percakapan kami akhiri, saya berfikir, apakah sebagian besar siswa yang bermasalah di sekolah atau bahkan putus sekolah memiliki problema hidup yang keras yang sebenarnya tidak bisa mereka hadapi sehingga mereka terjerumus?.
Tidak semua siswa berani menceritakan masalah yang mereka sedang hadapi kepada Guru, Wali kelas atau Guru bimbingan konseling (BK).
Pengalaman saya sebagai wali kelas, pada saat siswa memiliki masalah di sekolah lalu dilakukan pemanggilan orangtua atau wali, barulah ketahuan jika siswa memiliki masalah di dalam keluarganya.
Tetap semangat hai anak-anak generasi bangsa, semua orang memiliki masalah, jadi kalian jangan kwatir. Hadapi masalah dan selalu semangat.
Kalahkan keadaan dengan semangat kalian, yah. Tetap fikirkan yang baik-baik atau hal yang positif.
Guru mencintai kalian.
Baca Juga :